Sebelum Dibunuh, Kakak Tiri Kim Jong-un Bertemu Agen Intelijen AS
A
A
A
KUALA LUMPUR - Kim Jong-nam, 45, kakak tiri diktator muda Korea Utara (Korut) Kim Jong-un, yang tewas diserang racun di Kuala Lumpur dilaporkan pernah bertemu dengan seorang agen intelijen Amerika Serikat (AS) di Malaysia.
Pertemuan yang terjadi beberapa hari sebelum kematiannya itu untuk membahas rencana penggulingan Kim Jong-un.
China dilaporkan telah secara serius mempertimbangkan sebuah rencana untuk menggantikan Kim Jong-un dengan saudara tirinya itu demi melayani kepentingan strategis AS dan China.
Anak laki-laki Kim Jong-nam yang jadi target percobaan pembunuhan di Korut juga telah memberikan teori bahwa anggota keluarga Kim yang lainnya dapat digunakan untuk menggulingkan Kim Jong-un dalam sebuah kudeta.
Kakak tiri diktator Korut itu tewas di Bandara Internasional Kuala Lumpur II pada 13 Februari 2017. Dia tewas dalam perjalanan ke rumah sakit setelah diserang dua perempuan dengan cairan yang oleh polisi Malaysia dinyatakan sebagai racun VX.
Kedua perempuan yang kini dipenjara di Malaysia adalah Siti Aisyah asal Indonesia dan Doan Thi Huong asal Vietnam. Keduanya mengaku ditipu seseorang yang diduga agen intelijen Korut. Mereka menjalankan adegan lelucon berbayar untuk tayangan televisi, dan tidak tahu jika adegan itu untuk membunuh kakak tiri Kim Jong-un.
Seorang pejabat polisi Malaysia dalam pengadilan hari Senin (29/1/2018), mengatakan beberapa hari sebelum Kim Jong-nam dibunuh, korban bertemu dengan seorang pejabat intelijen AS di sebuah pulau di Malaysia.
Kesaksian petugas polisi ini mengonfirmasi laporan Asahi Shimbun pada Mei 2017. Laporan itu mengulas pertemuan Kim Jong-nam dengan orang Korea-Amerika yang oleh pejabat Malaysia dicurigai sebagai seorang agen intelijen AS.
Menurut laporan tersebut, keduanya bertemu pada tanggal 9 Februari. Komputer Kim Jong-nam memuat sebuah rekaman yang oleh beberapa pihak diduga digunakan untuk merilis informasi penting ke agen intelijen AS.
Laporan media Jepang itu juga dilengkapi sebuah foto yang menunjukkan dua pertemuan tersebut, meskipun wajah sosok yang diduga agen intelijen AS dipotong. Pada hari Senin, pejabat polisi Malaysia mengonfirmasi pertemuan tersebut memang terjadi.
Empat hari kemudian, Kim Jong-nam meninggal oleh serangan racun, di mana Siti Aisyah dan Doan Thi Huong dijadikan tersangka.
Mengapa bertemu agen AS?
Laporan soal pertemuan dengan agen intelijen AS itu kontra dengan laporan perihal kehidupan Kim Jong-nam selama ini. Dia sebelumnya digambarkan sebagai seorang penjudi yang tidak berambisi untuk memerintah Korut, apalagi menyingkirkan adik tirinya dari kekuasaan.
Pada usia 34 tahun, Kim Jong-un bisa memimpin Korea Utara selama tiga sampai lima dekade berikutnya. Sementara kepemimpinannya membuat jelas permusuhannya terhadap AS. Kim Jong-un juga bukan penggemar China, meski kedua negara merupakan sekutu lama.
Mengutip tiga sumber, Nikkei Asian Review melaporkan pada Agustus 2017 bahwa pejabat tinggi pemerintah di China dan Korea Utara secara serius mempertimbangkan sebuah rencana untuk menggulingkan Kim Jong-un pada tahun 2012. Namun komplotan tersebut dilaporkan gagal dan menyebabkan paman Kim Jong-un yakni diduga terlibat dieksekusi.
Tidak seperti pendahulunya, Kim Jong-un tidak pernah mengunjungi Beijing. Kim Jong-un belum pernah bertemu dengan kepala negara lainnya, dan dianggap tidak diawasi Beijing sebagai sekutu utama. Sementara itu, Pyongyang justru terus mengancam AS dengan senjata nuklir.
Pertemuan yang terjadi beberapa hari sebelum kematiannya itu untuk membahas rencana penggulingan Kim Jong-un.
China dilaporkan telah secara serius mempertimbangkan sebuah rencana untuk menggantikan Kim Jong-un dengan saudara tirinya itu demi melayani kepentingan strategis AS dan China.
Anak laki-laki Kim Jong-nam yang jadi target percobaan pembunuhan di Korut juga telah memberikan teori bahwa anggota keluarga Kim yang lainnya dapat digunakan untuk menggulingkan Kim Jong-un dalam sebuah kudeta.
Kakak tiri diktator Korut itu tewas di Bandara Internasional Kuala Lumpur II pada 13 Februari 2017. Dia tewas dalam perjalanan ke rumah sakit setelah diserang dua perempuan dengan cairan yang oleh polisi Malaysia dinyatakan sebagai racun VX.
Kedua perempuan yang kini dipenjara di Malaysia adalah Siti Aisyah asal Indonesia dan Doan Thi Huong asal Vietnam. Keduanya mengaku ditipu seseorang yang diduga agen intelijen Korut. Mereka menjalankan adegan lelucon berbayar untuk tayangan televisi, dan tidak tahu jika adegan itu untuk membunuh kakak tiri Kim Jong-un.
Seorang pejabat polisi Malaysia dalam pengadilan hari Senin (29/1/2018), mengatakan beberapa hari sebelum Kim Jong-nam dibunuh, korban bertemu dengan seorang pejabat intelijen AS di sebuah pulau di Malaysia.
Kesaksian petugas polisi ini mengonfirmasi laporan Asahi Shimbun pada Mei 2017. Laporan itu mengulas pertemuan Kim Jong-nam dengan orang Korea-Amerika yang oleh pejabat Malaysia dicurigai sebagai seorang agen intelijen AS.
Menurut laporan tersebut, keduanya bertemu pada tanggal 9 Februari. Komputer Kim Jong-nam memuat sebuah rekaman yang oleh beberapa pihak diduga digunakan untuk merilis informasi penting ke agen intelijen AS.
Laporan media Jepang itu juga dilengkapi sebuah foto yang menunjukkan dua pertemuan tersebut, meskipun wajah sosok yang diduga agen intelijen AS dipotong. Pada hari Senin, pejabat polisi Malaysia mengonfirmasi pertemuan tersebut memang terjadi.
Empat hari kemudian, Kim Jong-nam meninggal oleh serangan racun, di mana Siti Aisyah dan Doan Thi Huong dijadikan tersangka.
Mengapa bertemu agen AS?
Laporan soal pertemuan dengan agen intelijen AS itu kontra dengan laporan perihal kehidupan Kim Jong-nam selama ini. Dia sebelumnya digambarkan sebagai seorang penjudi yang tidak berambisi untuk memerintah Korut, apalagi menyingkirkan adik tirinya dari kekuasaan.
Pada usia 34 tahun, Kim Jong-un bisa memimpin Korea Utara selama tiga sampai lima dekade berikutnya. Sementara kepemimpinannya membuat jelas permusuhannya terhadap AS. Kim Jong-un juga bukan penggemar China, meski kedua negara merupakan sekutu lama.
Mengutip tiga sumber, Nikkei Asian Review melaporkan pada Agustus 2017 bahwa pejabat tinggi pemerintah di China dan Korea Utara secara serius mempertimbangkan sebuah rencana untuk menggulingkan Kim Jong-un pada tahun 2012. Namun komplotan tersebut dilaporkan gagal dan menyebabkan paman Kim Jong-un yakni diduga terlibat dieksekusi.
Tidak seperti pendahulunya, Kim Jong-un tidak pernah mengunjungi Beijing. Kim Jong-un belum pernah bertemu dengan kepala negara lainnya, dan dianggap tidak diawasi Beijing sebagai sekutu utama. Sementara itu, Pyongyang justru terus mengancam AS dengan senjata nuklir.
(mas)