Ledakan Beirut: 154 Tewas, 5.000 Terluka dan Puluhan Hilang

Jum'at, 07 Agustus 2020 - 23:24 WIB
loading...
Ledakan Beirut: 154...
Korban tewas akibat ledakan Beirut bertambah menjadi 154 orang dan 5.000 terluka serta puluhan orang hilang. Foto/Sky News
A A A
BEIRUT - Tim penyelamat internasional masih mencari korban ledakan Beirut di pelabuhan kota yang rata. Korban tewas akibat ledakan tersebut terus bertambah dengan ribuan lainnya terluka serta puluhan orang dilaporkan hilang.

Tim penyelamat internasional masih mencari korban di puing-puing pelabuhan Beirut hampir tiga hari setelah ledakan menghantam kota. Tim penyelamat Prancis dan Rusia dengan anjing terlihat menggeledah area pelabuhan pada hari Jumat. Sedikitnya tiga mayat lagi ditemukan dalam 24 jam menjelang Jumat pagi (7/8/2020), sehingga total menjadi 149.

Menteri Kesehatan Lebanon kemudian mengatakan setidaknya 154 orang tewas dalam ledakan pada hari Selasa lalu seperti dikutip dari Sky News.

Sekitar 300.000 orang, lebih dari 12% populasi Beirut, tidak dapat kembali ke rumah mereka karena ledakan tersebut, yang meledakkan pintu dan jendela di seluruh kota serta menyebabkan banyak bangunan tidak dapat dihuni.

Para pejabat memperkirakan kerugian mencapai USD10 miliar hingga USD15 miliar.

Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) di Jenewa mengatakan kebutuhan akan perlindungan di Beirut "sangat besar". Badan anak-anak PBB, UNICEF, mengatakan hingga 100.000 anak-anak terpaksa mengungsi setelah rumah mereka mengalami kerusakan karena ledakan itu.

UNICEF menambahkan bahwa mereka kehilangan 10 kontainer alat pelindung diri (APD) dalam ledakan tersebut dan telah memesan untuk mengganti barang tersebut.

Organisasi Pangan dan Pertanian PBB mengatakan silo gandum yang hancur dalam ledakan Selasa adalah satu-satunya negara itu.

Direktur pelabuhan di kota Tripoli, Lebanon, mengatakan rencana untuk membangun silo biji-bijian sebanyak 150.000 ton di sana telah ditunda karena kurangnya dana.

Itu terjadi ketika Amerika Serikat (AS) telah menjanjikan lebih dari USD17 juta dalam bantuan bencana awal untuk Lebanon. Kedutaan AS mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa bantuan tersebut termasuk bantuan makanan, persediaan medis dan bantuan keuangan untuk Palang Merah Lebanon.

Program Pangan Dunia (WFP) berencana untuk mengimpor tepung terigu dan biji-bijian untuk toko roti dan pabrik untuk membantu melindungi dari kekurangan pangan di seluruh Lebanon.

"WFP prihatin bahwa ledakan dan kerusakan pelabuhan akan memperburuk situasi keamanan pangan yang sudah suram - yang telah memburuk karena krisis keuangan yang mendalam di negara itu dan pandemi Covid-19," kata badan itu dalam sebuah pernyataan.

"WFP juga siap menawarkan manajemen rantai pasokan dan dukungan logistik serta keahlian ke Lebanon," sambung pernyataan itu.

Perkembangan itu terjadi sehari setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron mengunjungi lokasi ledakan dan menjanjikan bantuan.

Dia juga mengatakan Lebanon membutuhkan "inisiatif politik" baru sebagai bagian dari proses pembangunan kembali karena korupsi di negara itu. (Baca: Sambangi Beirut, Macron Diminta Bantu Revolusi Pemerintahan Lebanon )

Sementara itu aksi protes meletus di Beirut ketika penduduk menyalahkan para pemimpin negara atas ledakan tersebut.

Lebanon terperosok dalam krisis ekonomi yang parah sebelum ledakan yang juga secara luas disalahkan pada kelas politik.

Ledakan itu tampaknya disebabkan oleh 2.750 ton amonium nitrat - bahan kimia yang digunakan untuk bahan peledak dan pupuk. Bahan itu telah disimpan di pelabuhan sejak disita dari kapal kargo yang disita pada tahun 2013. (Baca: PM Lebanon Sebut 2.750 Ton Amonium Nitrat Penyebab Ledakan Beirut )
(ber)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1303 seconds (0.1#10.140)