Obama Samakan AS Sekarang Mirip saat Nazi Berkuasa

Sabtu, 09 Desember 2017 - 08:24 WIB
Obama Samakan AS Sekarang Mirip saat Nazi Berkuasa
Obama Samakan AS Sekarang Mirip saat Nazi Berkuasa
A A A
CHICAGO - Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama mengatakan bahwa demokrasi di negaranya terancam dan sangat rapuh, mirip saat Nazi di Jerman mengambil alih kekuasaan tahun 1930-an.

Berbicara di sesi tanya jawab di Economic Club of Chicago pada 6 Desember, Obama memperingatkan agar melawan kepuasan pemilih.

”Kita harus cenderung ke taman demokrasi ini atau hal lain bisa cepat berantakan,” katanya dalam pidato tersebut, seperti dilansir Crain's Chicago Business, yang dikutip Sabtu (9/12/2017).

”Itulah yang terjadi di Jerman pada 1930-an, terlepas dari demokrasi Republik Weimar dan berabad-abad dari prestasi budaya dan ilmiah tingkat tinggi, Adolf Hitler bangkit untuk mendominasi,” lanjut Obama.

”Enam puluh juta orang meninggal,” imbuh dia. ”Jadi, Anda harus memperhatikannya. Dan memilih.”

Adolf Hitler menjadi Kanselir Jerman pada bulan Januari 1933 setelah naik ke tampuk kekuasaan melalui Reichstag.

Naiknya Hitler ke tampuk kekuasaan dipandang sebagai kegagalan dramatis demokrasi di Republik Weimar.

Obama tidak menyebutkan nama Donald Trump dalam pidatonya. Namun, Presiden Trump telah banyak dituduh memicu sentimen anti-Muslim di seluruh AS, termasuk yang terbaru di mana dia menyebarkan video anti-Muslim dari kelompok sayap kanan Inggris pada akhir pekan lalu. Para politisi dari Inggris kompak mengutuk tindakan Trump.

Obama dalam pidatonya juga berbicara tentang pentingnya peran AS dalam pembangunan internasional. ”Hal-hal tidak terjadi secara internasional jika kita tidak meletakkan bahu kita ke kemudi,” katanya.

”Tidak ada negara lain yang memiliki pengalaman, bandwidth dan cita-cita. Jika AS tidak melakukannya, itu tidak akan terjadi,” imbuh Obama.

Beberapa hari lalu, Menteri Luar Negeri Jerman Sigmar Gabriel mengatakan kepada Deutsche Welle bahwa AS kehilangan pengaruh di dunia karena kepemimpinan Trump.

”AS tidak lagi melihat dunia sebagai komunitas global, tapi sebagai arena pertempuran di mana setiap orang harus mencari keuntungan sendiri,” kata Gabriel.

”Jerman tidak bisa lagi bereaksi terhadap kebijakan AS tapi harus menetapkan posisinya sendiri, bahkan setelah Trump meninggalkan Gedung Putih, hubungan dengan AS tidak akan pernah sama,” ujarnya.

Presiden AS itu juga dituduh ceroboh setelah dia secara resmi mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel dan menyatakan niatnya untuk memindahkan kedutaan AS di sana dari Tel Aviv ke Yerusalem.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5104 seconds (0.1#10.140)