Eks PM Zionis: Hamas Masih Jauh dari Kehancuran Meski Israel Bombardir Gaza 50 Hari
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Mantan Perdana Menteri (PM) Israel Ehud Barak mengatakan 50 hari setelah militer Israel membombardir Gaza dengan kejam, kelompok Hamas masih jauh dari kehancuran dan tetap mempertahankan kemampuannya.
Dalam sebuah artikel di surat kabar Haaretz, mantan PM Zionis itu menegaskan bahwa tujuan perang Israel yang dipimpin PM Benjamin telah gagal.
Menurutnya, pasukan Israel telah memperoleh keuntungan yang signifikan. "Namun Hamas masih jauh dari kehancuran," tulis Barak.
Barak memperingatkan bahwa dukungan internasional terhadap perang Israel akan segera habis, sementara ketegangan meningkat secara tertutup, termasuk dengan Amerika Serikat dan bahkan mungkin menjadi lebih buruk.
Dia menjelaskan bahwa merupakan tanggung jawab PM Netanyahu untuk mengatasi kompleksitas ini, namun dia telah gagal dalam misi ini, dan oleh karena itu dia tidak layak untuk memimpin.
Barak menuduh Netanyahu mengabaikan fakta bahwa hubungan yang didasarkan pada kepercayaan dengan Gedung Putih sangat penting bagi Israel untuk mencapai tujuannya.
"Kegagalan Netanyahu dalam memimpin perang terletak pada penolakannya terhadap pemahaman bahwa kemenangan tidak dapat dicapai tanpa rencana tujuan yang jelas untuk hari setelah perang dan cara untuk melaksanakan rencana itu," lanjut Barak, yang dikutip Middle East Monitor, Rabu (29/11/2023).
Dalam sebuah artikel di surat kabar Haaretz, mantan PM Zionis itu menegaskan bahwa tujuan perang Israel yang dipimpin PM Benjamin telah gagal.
Menurutnya, pasukan Israel telah memperoleh keuntungan yang signifikan. "Namun Hamas masih jauh dari kehancuran," tulis Barak.
Barak memperingatkan bahwa dukungan internasional terhadap perang Israel akan segera habis, sementara ketegangan meningkat secara tertutup, termasuk dengan Amerika Serikat dan bahkan mungkin menjadi lebih buruk.
Dia menjelaskan bahwa merupakan tanggung jawab PM Netanyahu untuk mengatasi kompleksitas ini, namun dia telah gagal dalam misi ini, dan oleh karena itu dia tidak layak untuk memimpin.
Barak menuduh Netanyahu mengabaikan fakta bahwa hubungan yang didasarkan pada kepercayaan dengan Gedung Putih sangat penting bagi Israel untuk mencapai tujuannya.
"Kegagalan Netanyahu dalam memimpin perang terletak pada penolakannya terhadap pemahaman bahwa kemenangan tidak dapat dicapai tanpa rencana tujuan yang jelas untuk hari setelah perang dan cara untuk melaksanakan rencana itu," lanjut Barak, yang dikutip Middle East Monitor, Rabu (29/11/2023).
(mas)