Ini Alasan Qatar Sering Jadi Mediator Israel-Hamas
loading...
A
A
A
DOHA - Qatar, sebuah kerajaan kecil yang kaya di kawasan Teluk di Timur Tengah, sekali lagi memainkan peran yang sangat besar dengan menjadi mediator gencatan senjata antara Israel dengan Hamas.
Berkat peran Qatar, gencatan senjata sementara selama empat hari tercapai—dimulai sejak Jumat pekan lalu, pukul 07.00 waktu setempat.
Gencatan senjata sementara ini memuluskan pertukaran puluhan sandera yang ditawan Hamas di Gaza dengan ratusan tahanan Palestina yang ditahan Israel.
Berkat gencatan senjata sementara ini pula, truk-truk bantuan kemanusiaan bisa leluasa masuk ke Gaza, Palestina.
Qatar muncul sebagai negara yang unik, yakni selama bertahun-tahun telah menjadi tuan rumah kantor politik untuk berbagai kelompok yang dianggap Barat sebagai organisasi teroris, termasuk Hamas, Taliban Afghanistan, dan Ikhwanul Muslimin Mesir.
Banyak negara di Timur Tengah menginginkan peran mediator—termasuk Mesir, Oman dan Kuwait—namun Qatar menampilkan dirinya sebagai pemecah masalah utama di kawasan dan menganjurkan dialog.
Para pengamat, yang dikutip dari The Guardian, Selasa (28/11/2023), mengatakan Qatar mengambil peran ini karena sebagai negara kecil namun sangat kaya yang dibangun dengan pasokan gas cair dalam jumlah besar, Qatar perlu menjadikan dirinya sangat diperlukan oleh komunitas internasional dan dilindungi dari intervensi yang tidak diinginkan oleh tetangganya yang lebih besar; Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Boikot terhadap Qatar pada tahun 2017-2021 yang dipimpin oleh Arab Saudi menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki alasan kuat untuk merasa takut.
Ya, di sisi sayap kanan Amerika Serikat dan di beberapa kelompok di Israel.
Senator Partai Republik dari North Carolina Ted Budd menulis di X: “Selama berminggu-minggu, Kementerian Luar Negeri Qatar mengeklaim ‘hampir’ merundingkan kesepakatan untuk pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas—termasuk sandera Amerika. Berapa lama Qatar akan terus menjadi tuan rumah bagi teroris yang berlumuran darah Amerika?”
Berkat peran Qatar, gencatan senjata sementara selama empat hari tercapai—dimulai sejak Jumat pekan lalu, pukul 07.00 waktu setempat.
Gencatan senjata sementara ini memuluskan pertukaran puluhan sandera yang ditawan Hamas di Gaza dengan ratusan tahanan Palestina yang ditahan Israel.
Berkat gencatan senjata sementara ini pula, truk-truk bantuan kemanusiaan bisa leluasa masuk ke Gaza, Palestina.
Qatar muncul sebagai negara yang unik, yakni selama bertahun-tahun telah menjadi tuan rumah kantor politik untuk berbagai kelompok yang dianggap Barat sebagai organisasi teroris, termasuk Hamas, Taliban Afghanistan, dan Ikhwanul Muslimin Mesir.
Mengapa Qatar Sering Jadi Mediator dalam Perang Israel-Hamas?
Banyak negara di Timur Tengah menginginkan peran mediator—termasuk Mesir, Oman dan Kuwait—namun Qatar menampilkan dirinya sebagai pemecah masalah utama di kawasan dan menganjurkan dialog.
Para pengamat, yang dikutip dari The Guardian, Selasa (28/11/2023), mengatakan Qatar mengambil peran ini karena sebagai negara kecil namun sangat kaya yang dibangun dengan pasokan gas cair dalam jumlah besar, Qatar perlu menjadikan dirinya sangat diperlukan oleh komunitas internasional dan dilindungi dari intervensi yang tidak diinginkan oleh tetangganya yang lebih besar; Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Boikot terhadap Qatar pada tahun 2017-2021 yang dipimpin oleh Arab Saudi menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki alasan kuat untuk merasa takut.
Ada Pertentangan terhadap Peran Qatar dalam Perang Israel-Hamas?
Ya, di sisi sayap kanan Amerika Serikat dan di beberapa kelompok di Israel.
Senator Partai Republik dari North Carolina Ted Budd menulis di X: “Selama berminggu-minggu, Kementerian Luar Negeri Qatar mengeklaim ‘hampir’ merundingkan kesepakatan untuk pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas—termasuk sandera Amerika. Berapa lama Qatar akan terus menjadi tuan rumah bagi teroris yang berlumuran darah Amerika?”