Pangeran Mahkota Saudi: Teror Sinai Menggembleng Aliansi Militer Muslim

Senin, 27 November 2017 - 02:38 WIB
Pangeran Mahkota Saudi: Teror Sinai Menggembleng Aliansi Militer Muslim
Pangeran Mahkota Saudi: Teror Sinai Menggembleng Aliansi Militer Muslim
A A A
RIYADH - Serangan terhadap sebuah masjid di Mesir yang menewaskan lebih dari 300 orang akan menggembleng sebuah koalisi militer Islam. Koalisi ini bertujuan untuk melawan terorisme dan ekstrimisme.

Hal itu diungkapkan oleh Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman.

Pejabat tinggi pertahanan dari 40 negara berpenduduk mayoritas Muslim bertemu di Riyadh pada hari Minggu (27/11/2017). Mereka adalah bagian dari sebuah aliansi yang berkumpul dua tahun yang lalu oleh Pangeran Muhammed, yang juga menteri pertahanan Saudi.

"Serangan hari Jumat di Mesir adalah kejadian yang sangat menyakitkan dan harus membuat kita merenung dengan cara internasional dan kuat peran terorisme dan ekstremisme ini," kata Pangeran Muhammad kepada para delegasi.

Orang-orang bersenjata yang membawa bendera ISIS menyerang masjid di Sinai Utara. Kelompok negara-negara Muslim, yang disebut Koalisi Anti Terorisme Militer Islam, belum mengambil tindakan tegas terhadap serangan ini.

Para pejabat mengatakan bahwa kelompok tersebut akan mengizinkan anggota untuk meminta atau menawarkan bantuan satu sama lain untuk memerangi militan. Ini bisa termasuk bantuan militer, bantuan keuangan, peralatan atau keahlian keamanan. Kelompok tersebut, yang akan memiliki basis permanen di Riyadh, juga akan membantu memerangi pendanaan dan ideologi teroris.

"Ancaman terbesar dari terorisme dan ekstremisme tidak hanya membunuh orang-orang yang tidak bersalah dan menyebarkan kebencian, tapi menodai reputasi agama kita dan mendistorsi kepercayaan kita," kata Pangeran Muhammad kepada pejabat dari Timur Tengah, Afrika dan Asia seperti dilansir dari Reuters.

Irak dan Suriah, yang berada di garis depan pertempuran melawan Negara Islam, bukanlah anggota. Begitu juga dengan Iran yang nota bene adalah saingan regional Arab Saudi.

Qatar, yang awalnya merupakan bagian dari aliansi tersebut, tidak diundang ke pertemuan. Qatar masih diisolasi oleh kelompok yang dipimpin oleh Arab Saudi karena mendukung terorisme, tuduhan yang dengan tegas dibantah oleh Doha.

Sementara itu Abdulelah al-Saleh, seorang letnan jenderal Saudi dan sekretaris koalisi, mengatakan bahwa Qatar dikecualikan untuk membantu membangun sebuah konsensus untuk meluncurkan operasi. Dia juga mengatakan bahwa kelompok tersebut tidak bertujuan menciptakan blok Sunni untuk melawan Iran.

"Musuhnya adalah terorisme. Bukan sekte atau agama atau ras, tapi terorisme," kata Saleh kepada wartawan.

Saleh mengatakan bahwa inisiatif militer telah diajukan ke dewan menteri kelompok tersebut, namun dia tidak menjelaskannya.

Meskipun ada kesepakatan mengenai prinsip, anggota menyuarakan prioritas yang berbeda pada pertemuan tersebut. Delegasi Yaman mengatakan bahwa fokusnya adalah Iran, Al Qaeda dan ISIS, sementara Turki meminta "dukungan dari teman-temannya" terhadap separatis Kurdi.

Kritik mengatakan koalisi bisa menjadi sarana bagi Arab Saudi untuk menerapkan kebijakan luar negeri yang lebih tegas dengan memenangkan dukungan dari negara-negara Afrika dan Asia yang miskin dengan menawarkan bantuan finansial dan militer.

Bersamaan dengan tuduhan diplomatik terhadap Qatar, Arab Saudi juga memimpin sebuah perang melawan pemberontak Houthi yang bersekutu dengan Iran di negara tetangganya, Yaman,

Saleh mengatakan Riyadh akan membayar tagihan USD 107 juta untuk pusat baru koalisi tersebut, namun mengatakan bahwa negara-negara lain dapat menawarkan dukungan finansial untuk inisiatif spesifik.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4354 seconds (0.1#10.140)