Iran: Israel Gagal Lenyapkan Hamas, Palestina Pemenang Perang Gaza
loading...
A
A
A
TEHERAN - Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan Israel telah gagal mencapai tujuannya dalam perang Gaza, yakni melenyapkan Hamas. Menurutnya, kesepakatan gencatan sementara ini jelas merupakan kemenangan bagi Palestina.
“Rezim Zionis belum mampu mencapai tujuannya; mereka ingin menetralisir perlawanan [Palestina], tapi mereka tidak mampu,” kata Raisi, mengacu pada kelompok Hamas dan Jihad Islam Palestina yang berbasis di Gaza, seperti dikutip dari IRNA, Jumat (24/11/2023).
Raisi mengatakan tindakan Israel di Gaza hanya menimbulkan kebencian global terhadap negara Yahudi tersebut.
Mengomentari kesepakatan gencatan senjata sementara antara Israel dan Hamas, presiden Iran berkata: “Sekarang setelah gencatan senjata diumumkan, kita dapat mengatakan bahwa Palestina jelas merupakan pemenang konflik ini.”
Pada hari Rabu, Israel dan Hamas mencapai kesepakatan untuk gencatan senjata di Gaza yang berlangsung setidaknya empat hari dan dimulai hari Jumat mulai pukul 07.00 waktu setempat.
Berdasarkan perjanjian tersebut, kelompok militan Palestina akan membebaskan sedikitnya 50 sandera yang mereka tawan dalam serangan 7 Oktober.
Sebagai imbalannya, Israel akan membebaskan sedikitnya 150 tahanan Palestina dan mengizinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.
Israel telah berjanji untuk melenyapkan Hamas, yang menguasai Gaza, sebagai pembalasan atas serangannya pada 7 Oktober--yang diberi nama Operasi Badai al-Aqsa.
Para pejabat Israel mengatakan serangan Hamas tersebut menewaskan sekitar 1.200 orang dan sekitar 240 orang lainnya disandera.
Sedangkan pengeboman dari udara dan serangan darat Israel telah menewaskan lebih dari 14.000 orang di Gaza, termasuk ribuan anak-anak.
Iran, sumber utama dukungan finansial dan militer bagi Hamas, memuji serangan 7 Oktober tersebut namun menyangkal keterlibatannya dalam perencanaan atau pelaksanaan serangan itu.
Teheran menolak mengakui Negara Israel dan menjadikan dukungan terhadap perjuangan Palestina sebagai komponen fundamental kebijakan luar negerinya sejak Revolusi Islam tahun 1979.
“Rezim Zionis belum mampu mencapai tujuannya; mereka ingin menetralisir perlawanan [Palestina], tapi mereka tidak mampu,” kata Raisi, mengacu pada kelompok Hamas dan Jihad Islam Palestina yang berbasis di Gaza, seperti dikutip dari IRNA, Jumat (24/11/2023).
Raisi mengatakan tindakan Israel di Gaza hanya menimbulkan kebencian global terhadap negara Yahudi tersebut.
Mengomentari kesepakatan gencatan senjata sementara antara Israel dan Hamas, presiden Iran berkata: “Sekarang setelah gencatan senjata diumumkan, kita dapat mengatakan bahwa Palestina jelas merupakan pemenang konflik ini.”
Pada hari Rabu, Israel dan Hamas mencapai kesepakatan untuk gencatan senjata di Gaza yang berlangsung setidaknya empat hari dan dimulai hari Jumat mulai pukul 07.00 waktu setempat.
Berdasarkan perjanjian tersebut, kelompok militan Palestina akan membebaskan sedikitnya 50 sandera yang mereka tawan dalam serangan 7 Oktober.
Sebagai imbalannya, Israel akan membebaskan sedikitnya 150 tahanan Palestina dan mengizinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.
Israel telah berjanji untuk melenyapkan Hamas, yang menguasai Gaza, sebagai pembalasan atas serangannya pada 7 Oktober--yang diberi nama Operasi Badai al-Aqsa.
Para pejabat Israel mengatakan serangan Hamas tersebut menewaskan sekitar 1.200 orang dan sekitar 240 orang lainnya disandera.
Sedangkan pengeboman dari udara dan serangan darat Israel telah menewaskan lebih dari 14.000 orang di Gaza, termasuk ribuan anak-anak.
Iran, sumber utama dukungan finansial dan militer bagi Hamas, memuji serangan 7 Oktober tersebut namun menyangkal keterlibatannya dalam perencanaan atau pelaksanaan serangan itu.
Teheran menolak mengakui Negara Israel dan menjadikan dukungan terhadap perjuangan Palestina sebagai komponen fundamental kebijakan luar negerinya sejak Revolusi Islam tahun 1979.
(mas)