Menlu Saudi: Tak Ada Ibu Kota Arab yang Aman dari Rudal Iran
A
A
A
KAIRO - Arab Saudi mendesak negara-negara Liga Arab untuk menemukan solusi ”non-kompromi” untuk menghadapi apa yang mereka sebut sebagai “agresi Iran”. Menteri Luar Negeri (Menlu) Arab Saudi Adel al-Jubeir memperingatkan bahwa tak ada ibu kota negara Arab yang aman dari rudal Teheran.
Peringatan itu disampaikan dalam pertemuan darurat para menteri luar negeri Arab di Kairo, Mesir, hari Minggu. ”Kami tidak akan berdiri diam dalam menghadapi agresi Iran,” kata al-Jubeir.
Pejabat Saudi ini menuduh Teheran campur tangan urusan internal di berbagai negara Timur Tengah, terutama yang berfokus pada faksi Houthi di Yaman, dan Hizbullah di Libanon.
”Iran menciptakan agen di wilayah tersebut, seperti milisi Houthi dan Hizbullah, yang sama sekali mengabaikan semua prinsip internasional,” kata al-Jubeir.
Diplomat top Riyadh yang menjabat sebagai Duta Besar Saudi untuk Amerika Serikat dua tahun lalu itu mengatakan bahwa 80 rudal buatan Iran telah diluncurkan dari Yaman sejak konflik pecah bulan Maret 2015.
“Melihat kelonggaran terhadap Iran tidak akan membiarkan Ibu Kota Arab aman dari rudal balistik tersebut,” katanya, mengacu pada serangan rudal balistik dari Houthi Yaman terhadap Riyadh yang digagalkan awal bulan ini. Saudi meyakini, serangan rudal itu diperintahkan oleh Teheran.
Kepala Liga Arab Ahmed Aboul-Gheit, seperti dilansir dari Al Arabiya, Senin (20/11/2017), juga membuat tuduhan serupa terhadap Iran yang mengembangkan tekonologi rudal. Liga Arab terdiri dari 22 negara yang didominasi negara Muslim Sunni di Timur Tengah dan Afrika Utara.
”Kami mengatakan dengan jelas bahwa ancaman Iran telah melampaui semua batas dan mendorong wilayah tersebut menuju jurang maut,” kata Aboul-Gheit.
Dalam sebuah resolusi, Liga Arab mengatakan bahwa pihaknya tidak bermaksud untuk mengumumkan perang melawan Iran untuk saat ini. Namun, kelompok negara Arab itu memperingatkan bahwa Arab Saudi memiliki hak untuk mempertahankan wilayahnya.
Peringatan itu disampaikan dalam pertemuan darurat para menteri luar negeri Arab di Kairo, Mesir, hari Minggu. ”Kami tidak akan berdiri diam dalam menghadapi agresi Iran,” kata al-Jubeir.
Pejabat Saudi ini menuduh Teheran campur tangan urusan internal di berbagai negara Timur Tengah, terutama yang berfokus pada faksi Houthi di Yaman, dan Hizbullah di Libanon.
”Iran menciptakan agen di wilayah tersebut, seperti milisi Houthi dan Hizbullah, yang sama sekali mengabaikan semua prinsip internasional,” kata al-Jubeir.
Diplomat top Riyadh yang menjabat sebagai Duta Besar Saudi untuk Amerika Serikat dua tahun lalu itu mengatakan bahwa 80 rudal buatan Iran telah diluncurkan dari Yaman sejak konflik pecah bulan Maret 2015.
“Melihat kelonggaran terhadap Iran tidak akan membiarkan Ibu Kota Arab aman dari rudal balistik tersebut,” katanya, mengacu pada serangan rudal balistik dari Houthi Yaman terhadap Riyadh yang digagalkan awal bulan ini. Saudi meyakini, serangan rudal itu diperintahkan oleh Teheran.
Kepala Liga Arab Ahmed Aboul-Gheit, seperti dilansir dari Al Arabiya, Senin (20/11/2017), juga membuat tuduhan serupa terhadap Iran yang mengembangkan tekonologi rudal. Liga Arab terdiri dari 22 negara yang didominasi negara Muslim Sunni di Timur Tengah dan Afrika Utara.
”Kami mengatakan dengan jelas bahwa ancaman Iran telah melampaui semua batas dan mendorong wilayah tersebut menuju jurang maut,” kata Aboul-Gheit.
Dalam sebuah resolusi, Liga Arab mengatakan bahwa pihaknya tidak bermaksud untuk mengumumkan perang melawan Iran untuk saat ini. Namun, kelompok negara Arab itu memperingatkan bahwa Arab Saudi memiliki hak untuk mempertahankan wilayahnya.
(mas)