PM Libanon Mengundurkan Diri, Klaim Jadi Target Pembunuhan
A
A
A
BEIRUT - Perdana Menteri (PM) Libanon Saad al-Hariri mengumumkan pengunduran dirinya pada hari Sabtu. Dia juga mengklaim bahwa dirinya menjadi target pembunuhan.
Pasukan Keamanan Internal Libanon (ISF) dilaporkan telah menggagalkan upaya pembunuhan terhadap Hariri. Namun, ISF enggan mengonfirmasi laporan tersebut dengan menyatakan “tidak memiliki informasi mengenai hal itu”.
Hariri berkunjung ke Arab Saudi pada hari Jumat dan mengumumkan pengunduran dirinya sebagai PM Libanon pada hari Sabtu dalam sebuah pidato. Dalam pidatonya, dia mengecam musuh regional Riyadh—Iran dan Hizbullah.
Media Saudi, Al Arabiya mengutip sumber yang mengetahui rencana pembunuhan tersebut melaporkan bahwa Hariri hendak dibunuh saat konvoi mobilnya melintas.
”Mereka yang berencana membunuh perdana menteri Hariri menonaktifkan menara observasi saat iring-iringan mobilnya lewat,” kata sumber tersebut.
Hariri mengatakan bahwa dia sadar bahwa ada plot pembunuhan terhadap dirinya.”Saya merasakan ada orang yang diam-diam menginginkan saya mati,” ujarnya, seperti dikutip Reuters, Minggu (5/11/2017).
Menurutnya, “atmosfer” politik di negaranya sama dengan yang terjadi sebelum ayahnya—Perdana Menteri Rafik Hariri—dibunuh pada tahun 2005.
”Kita hidup dalam iklim yang mirip dengan atmosfer yang berlaku sebelum pembunuhan martir (ayahnya almarhum Perdana Menteri) Rafik al-Hariri. Saya telah merasakan apa yang direncanakan dengan saksama untuk menargetkan hidup saya,” katanya.
“Kami tidak akan membiarkan Libanon menjadi pemicu keamanan wilayah ini,” ujarnya.”Frustrasi dan fragmentasi di Libanon tidak dapat diterima.”
Presiden Libanon Michel Aoun mengonfirmasi bahwa kantor Perdana Menteri Hariri menghubunginya dari Arab Saudi terkait berita pengunduran dirinya.
Hariri ditunjuk sebagai perdana menteri pada akhir 2016 dan memimpin kabinet persatuan nasional beranggotakan 30 orang yang mencakup kelompok Hizbullah.
Pasukan Keamanan Internal Libanon (ISF) dilaporkan telah menggagalkan upaya pembunuhan terhadap Hariri. Namun, ISF enggan mengonfirmasi laporan tersebut dengan menyatakan “tidak memiliki informasi mengenai hal itu”.
Hariri berkunjung ke Arab Saudi pada hari Jumat dan mengumumkan pengunduran dirinya sebagai PM Libanon pada hari Sabtu dalam sebuah pidato. Dalam pidatonya, dia mengecam musuh regional Riyadh—Iran dan Hizbullah.
Media Saudi, Al Arabiya mengutip sumber yang mengetahui rencana pembunuhan tersebut melaporkan bahwa Hariri hendak dibunuh saat konvoi mobilnya melintas.
”Mereka yang berencana membunuh perdana menteri Hariri menonaktifkan menara observasi saat iring-iringan mobilnya lewat,” kata sumber tersebut.
Hariri mengatakan bahwa dia sadar bahwa ada plot pembunuhan terhadap dirinya.”Saya merasakan ada orang yang diam-diam menginginkan saya mati,” ujarnya, seperti dikutip Reuters, Minggu (5/11/2017).
Menurutnya, “atmosfer” politik di negaranya sama dengan yang terjadi sebelum ayahnya—Perdana Menteri Rafik Hariri—dibunuh pada tahun 2005.
”Kita hidup dalam iklim yang mirip dengan atmosfer yang berlaku sebelum pembunuhan martir (ayahnya almarhum Perdana Menteri) Rafik al-Hariri. Saya telah merasakan apa yang direncanakan dengan saksama untuk menargetkan hidup saya,” katanya.
“Kami tidak akan membiarkan Libanon menjadi pemicu keamanan wilayah ini,” ujarnya.”Frustrasi dan fragmentasi di Libanon tidak dapat diterima.”
Presiden Libanon Michel Aoun mengonfirmasi bahwa kantor Perdana Menteri Hariri menghubunginya dari Arab Saudi terkait berita pengunduran dirinya.
Hariri ditunjuk sebagai perdana menteri pada akhir 2016 dan memimpin kabinet persatuan nasional beranggotakan 30 orang yang mencakup kelompok Hizbullah.
(mas)