Biden Dilaporkan Desak Netanyahu Berlakukan Jeda Tiga Hari di Jalur Gaza

Rabu, 08 November 2023 - 15:45 WIB
loading...
Biden Dilaporkan Desak...
Presiden AS Joe Biden dilaporkan telah mendesak PM Israel Benjamin Netanyahu untuk menghentikan serangan terhadap Hamas di Jalur Gaza selama tiga hari. Foto/Al Arabiya
A A A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dilaporkan telah mendesak Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu untuk menghentikan serangan terhadap Hamas di Jalur Gaza selama tiga hari. Biden mengatakan penghentian pertempuran di Gaza dapat memungkinkan para perunding untuk menjamin pembebasan lebih banyak sandera.

"Berdasarkan proposal yang sedang dibahas antara AS, Israel dan Qatar, Hamas akan membebaskan 10 hingga 15 sandera selama jeda tiga hari dan memverifikasi identitas tawanan yang tersisa," bunyi laporan Axios pada hari Selasa seperti dikutip dari RT, Rabu (8/11/2023).

Kelompok militan tersebut juga akan mengirimkan daftar sandera tersebut, kata outlet tersebut, mengutip seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya.

Menurut laporan tersebut, Biden dan Netanyahu membahas proposal itu selama panggilan telepon mereka pada hari Senin.

"Netanyahu mengatakan kepada Biden bahwa dia tidak mempercayai Hamas dan tidak yakin kelompok tersebut siap menyetujui kesepakatan penyanderaan," kata Axios, mengutip pejabat AS dan Israel yang tidak disebutkan namanya.



Dia juga menyatakan bahwa Israel mungkin kehilangan dukungan internasional atas serangannya selama jeda tiga hari. Netanyahu mencatat bahwa Hamas menyerang tentara Israel dan menangkap salah satu dari mereka selama jeda kemanusiaan dalam perang tahun 2014 dengan Yerusalem Barat.

Meskipun terus menentang gencatan senjata secara umum dalam perang dengan Hamas, para pejabat AS telah berulang kali menyatakan dalam beberapa hari terakhir bahwa jeda taktis dapat digunakan untuk membebaskan sandera, memberikan lebih banyak bantuan kemanusiaan ke Gaza dan memungkinkan lebih banyak warga sipil Palestina untuk mengevakuasi daerah yang menjadi fokus serangan Israel.

Netanyahu dengan tegas menolak kemungkinan gencatan senjata, dan mengatakan seruan untuk menghentikan pertempuran adalah seruan agar Israel menyerah kepada Hamas.

Netanyahu menuntut agar sekitar 240 sandera yang disandera Hamas dibebaskan sebelum gencatan senjata dipertimbangkan.

Namun, pada hari Senin, PM Israel itu mengatakan kepada ABC News bahwa jeda singkat mungkin dilakukan untuk memfasilitasi pengiriman bantuan dan pembebasan sandera.

“Sejauh jeda taktis – satu jam di sini, satu jam di sana – kita sudah pernah mengalaminya sebelumnya,” katanya.



“Saya kira kita akan memeriksa keadaannya, agar barang-barang, barang-barang kemanusiaan, bisa masuk, atau sandera kita, sandera individu, bisa pergi,” sambungnya.

Gencatan senjata akan menghambat upaya untuk membebaskan lebih banyak sandera, kata Netanyahu kepada ABC.

“Satu-satunya hal yang berhasil terhadap para penjahat di Hamas ini adalah tekanan militer yang kami lakukan,” katanya.

Pejuang Hamas membunuh sekitar 1.400 orang dalam serangan mendadak tanggal 7 Oktober terhadap Israel selatan, dan kelompok tersebut mengklaim telah menyandera cukup banyak tawanan untuk menjamin pembebasan semua warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.

Empat sandera, termasuk dua orang Amerika, telah dibebaskan, dan pasukan Israel menyelamatkan seorang tentara yang ditangkap oleh Hamas. Kelompok tersebut mengklaim dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa bahwa mereka siap untuk membebaskan 12 warga negara asing, namun mereka tidak dapat melakukannya karena serangan udara dan serangan darat Israel.



(ian)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1072 seconds (0.1#10.140)