Ingin Merdeka, Pemimpin Catalan Minta Dunia Internasional Jadi Mediator
A
A
A
BARCELONA - Pemimpin separatis Catalonia meminta mediasi internasional terkait perselisihan wilayah tersebut dengan Madrid. Permintaan itu muncul setelah ratusan orang terluka saat polisi mengayunkan pentungan dan menembakkan peluru karet untuk mengganggu referendum kemerdekaan.
Hasil menunjukkan pemilih sangat mendukung kemerdekaan dalam referendum. Pemerintah Spanyol sendiri telah memutuskan referendum tersebut ilegal dan diboikot oleh penentang kemerdekaan.
Pemimpin Catalan Carles Puigdemont menegaskan bahwa pemungutan suara itu sah dan harus dilaksanakan.
"Ini bukan urusan rumah tangga. Jelas bahwa kita memerlukan mediasi," kata Puigdemont dalam sebuah konferensi pers seperti dikutip dari Reuters, Selasa (3/10/2017).
"Kami tidak menginginkan istirahat yang traumatis. Kami menginginkan sebuah pemahaman baru dengan negara Spanyol," tegasnya.
Puigdemont pun mendesak Perdana Menteri Spanyol, Mariano Rajoy, untuk memberikan tanggapan apakah mendukung mediasi yang menurutnya harus diawasi oleh Uni Eropa (UE). Ia mengatakan bahwa Brussels sangat malu dan tidak memiliki keberanian dalam masalah ini.
Juru bicara UE menolak untuk mengatakan apakah lembaga itu akan menengahi, meskipun tidak biasa bagi Brussel untuk mengambil langkah seperti itu bagi salah satu anggota blok tersebut.
Para pemimpin Eropa lainnya kebanyakan telah menghindar mengomentari apa yang mereka anggap sebagai masalah internal, meskipun beberapa orang telah menyatakan kekhawatirannya atas aksi kekerasan tersebut.
Referendum Catalonia pada akhir pekan lalu berujung bentrok antara pemilih dengan kepolisian Spanyol. Polisi anti huru hara Spanyol memasuki lokasi pemungutan suara di Catalonia pada hari Minggu. Mereka menyita kotak suara dan surat suara untuk mencegah referendum kemerdekaan .
Polisi memukul orang-orang dengan tongkat, menembakkan peluru karet ke orang banyak dan secara paksa memindahkan calon pemilih dari tempat pemungutan suara. Setidaknya lebih dari 760 orang terluka, beberapa diantaranya mengalami luka serius, akibat tindakan kekerasan polisi Spanyol.
Hasil referendum sendiri menunjukkan sebanyak 90,1 persen dari total 95 persen suara yang dihitung menginginkan kemerdekaan dari Spanyol, dengan jumlah pemilih 2,26 juta dari 5,34 juta pemilih terdaftar.
Hasil menunjukkan pemilih sangat mendukung kemerdekaan dalam referendum. Pemerintah Spanyol sendiri telah memutuskan referendum tersebut ilegal dan diboikot oleh penentang kemerdekaan.
Pemimpin Catalan Carles Puigdemont menegaskan bahwa pemungutan suara itu sah dan harus dilaksanakan.
"Ini bukan urusan rumah tangga. Jelas bahwa kita memerlukan mediasi," kata Puigdemont dalam sebuah konferensi pers seperti dikutip dari Reuters, Selasa (3/10/2017).
"Kami tidak menginginkan istirahat yang traumatis. Kami menginginkan sebuah pemahaman baru dengan negara Spanyol," tegasnya.
Puigdemont pun mendesak Perdana Menteri Spanyol, Mariano Rajoy, untuk memberikan tanggapan apakah mendukung mediasi yang menurutnya harus diawasi oleh Uni Eropa (UE). Ia mengatakan bahwa Brussels sangat malu dan tidak memiliki keberanian dalam masalah ini.
Juru bicara UE menolak untuk mengatakan apakah lembaga itu akan menengahi, meskipun tidak biasa bagi Brussel untuk mengambil langkah seperti itu bagi salah satu anggota blok tersebut.
Para pemimpin Eropa lainnya kebanyakan telah menghindar mengomentari apa yang mereka anggap sebagai masalah internal, meskipun beberapa orang telah menyatakan kekhawatirannya atas aksi kekerasan tersebut.
Referendum Catalonia pada akhir pekan lalu berujung bentrok antara pemilih dengan kepolisian Spanyol. Polisi anti huru hara Spanyol memasuki lokasi pemungutan suara di Catalonia pada hari Minggu. Mereka menyita kotak suara dan surat suara untuk mencegah referendum kemerdekaan .
Polisi memukul orang-orang dengan tongkat, menembakkan peluru karet ke orang banyak dan secara paksa memindahkan calon pemilih dari tempat pemungutan suara. Setidaknya lebih dari 760 orang terluka, beberapa diantaranya mengalami luka serius, akibat tindakan kekerasan polisi Spanyol.
Hasil referendum sendiri menunjukkan sebanyak 90,1 persen dari total 95 persen suara yang dihitung menginginkan kemerdekaan dari Spanyol, dengan jumlah pemilih 2,26 juta dari 5,34 juta pemilih terdaftar.
(ian)