56 Pejuang Tewas Diserang Israel, Kapan Hizbullah Akan Balas Dendam?
loading...
A
A
A
Meskipun pertukaran lintas batas antara Hizbullah dan Israel semakin intensif pada minggu-minggu berikutnya, pertukaran tersebut masih terbatas di wilayah perbatasan. Gerakan Syiah telah hati-hati memilih sasarannya, dengan fokus pada pos-pos militer Israel di wilayah tersebut. Tindakan balasan Israel terhadap Lebanon juga telah diukur dan dibatasi hanya di wilayah perbatasan.
Sumber-sumber informasi yang dekat dengan Hizbullah menekankan bahwa ruang lingkup operasi gerakan tersebut sejauh ini tampaknya membantah anggapan bahwa mereka bermaksud untuk membuka front kedua melawan Israel.
“Jika Hizbullah ingin mengambil keuntungan, mereka akan melakukannya segera setelah operasi Hamas karena Israel masih dalam posisi rentan,” kata salah satu sumber yang tidak mau disebutkan namanya.
“Semua pihak ingin menghindari perang habis-habisan” tambahnya, seraya menegaskan bahwa sikap ini sangat berlaku bagi Hizbullah. “Perang besar-besaran sekarang akan memakan banyak biaya, karena Israel mengerahkan pasukan di utara dan Amerika Serikat mengirim kapal induk ke wilayah tersebut,” tegasnya.
Pejabat senior dari gerakan Syiah Lebanon menggambarkan operasi lintas batas mereka dirancang untuk menunjukkan solidaritasnya terhadap Hamas dan mengalihkan perhatian militer Israel. Pemimpin kedua gerakan ini, Naim Qassem, menyatakan bahwa tujuannya adalah untuk melemahkan pihak Israel.
Sumber kedua yang dekat dengan kepemimpinan Hizbullah menegaskan bahwa gerakan tersebut mencoba untuk melemahkan militer Israel di tengah kampanyenya di Gaza.
“Yang terjadi adalah perang atrisi,” jelas sumber yang enggan disebutkan namanya. “Hizbullah memaksa Israel mengalihkan sumber daya militer ke front utara untuk melemahkan operasi militernya di Gaza,” tambahnya.
Namun, menurut sumber kedua, strategi Hizbullah bisa berubah jika Israel melancarkan serangan darat besar-besaran ke Gaza sesuai rencana.
“Semua opsi ada di meja jika Israel melanjutkan invasi darat ke Gaza,” tegasnya.
Sumber-sumber informasi yang dekat dengan Hizbullah menekankan bahwa ruang lingkup operasi gerakan tersebut sejauh ini tampaknya membantah anggapan bahwa mereka bermaksud untuk membuka front kedua melawan Israel.
“Jika Hizbullah ingin mengambil keuntungan, mereka akan melakukannya segera setelah operasi Hamas karena Israel masih dalam posisi rentan,” kata salah satu sumber yang tidak mau disebutkan namanya.
“Semua pihak ingin menghindari perang habis-habisan” tambahnya, seraya menegaskan bahwa sikap ini sangat berlaku bagi Hizbullah. “Perang besar-besaran sekarang akan memakan banyak biaya, karena Israel mengerahkan pasukan di utara dan Amerika Serikat mengirim kapal induk ke wilayah tersebut,” tegasnya.
Pejabat senior dari gerakan Syiah Lebanon menggambarkan operasi lintas batas mereka dirancang untuk menunjukkan solidaritasnya terhadap Hamas dan mengalihkan perhatian militer Israel. Pemimpin kedua gerakan ini, Naim Qassem, menyatakan bahwa tujuannya adalah untuk melemahkan pihak Israel.
Sumber kedua yang dekat dengan kepemimpinan Hizbullah menegaskan bahwa gerakan tersebut mencoba untuk melemahkan militer Israel di tengah kampanyenya di Gaza.
“Yang terjadi adalah perang atrisi,” jelas sumber yang enggan disebutkan namanya. “Hizbullah memaksa Israel mengalihkan sumber daya militer ke front utara untuk melemahkan operasi militernya di Gaza,” tambahnya.
Namun, menurut sumber kedua, strategi Hizbullah bisa berubah jika Israel melancarkan serangan darat besar-besaran ke Gaza sesuai rencana.
“Semua opsi ada di meja jika Israel melanjutkan invasi darat ke Gaza,” tegasnya.