Israel Hendak Usir 2,3 Juta Warga Gaza ke Mesir, Kairo Marah
loading...
A
A
A
KAIRO - Sebuah bocoran dokumen rencana Israel mengungkap bahwa militer Zionis bermaksud mengusir 2,3 juta warga Palestina di Gaza ke wilayah Sinai, Mesir.
Rencana itu memicu kemarahan pihak Kairo. Perdana Menteri (PM) Mesir Mostafa Madbouly menilai rencana itu sama halnya melimpahkan masalah Gaza yang dihadapi Israel ke Mesir.
PM Madbouly mengatakan negaranya siap “mengorbankan jutaan nyawa demi setip butir pasir" semenanjung Sinai.
“Mesir tidak akan pernah membiarkan apa pun dipaksakan,” kata Madbouly, seperti dikutip Al Arabiya, Rabu (1/11/2023).
Dia menambahkan bahwa masalah-masalah regional tidak akan diselesaikan dengan “mengorbankan” negara.
Komentar Madbouly muncul dalam pidatonya saat kunjungannya ke al-Arish di Sinai utara.
Komentar itu muncul setelah WikiLeaks membocorkan dokumen laporan rancangan proposal masa perang Kementerian Intelijen Israel untuk memindahkan 2,3 juta penduduk Jalur Gaza ke Sinai.
Dengan mengosongkan Jalur Gaza, militer Zionis bermaksud melakukan operasi pembersihan terhadap Hamas dengan mulus.
Namun, kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu meremehkan bocoran dokumen tersebut dan hanya menganggapnya sebagai sebuah hipotesis.
Kendati demikian, rencana itu telah memperdalam ketakutan Mesir yang sudah lama ada bahwa Israel ingin menjadikan Gaza sebagai masalah Mesir, dan menghidupkan kembali kenangan rakyat Palestina akan trauma terbesar mereka—yaitu pengusiran ratusan ribu orang Palestina selama penciptaan Negara Israel pada tahun 1948.
Sejauh ini lebih dari 8.300 warga Palestina, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil, telah terbunuh sejak Israel berperang melawan Hamas—yang dipicu oleh serangan besar Hamas pada 7 Oktober.
Bocoran dokumen Israel tersebut bertanggal 13 Oktober, enam hari setelah militan Hamas membunuh lebih dari 1.400 orang di Israel selatan dan menyandera lebih dari 240 orang dalam serangan yang memicu perang Israel yang menghancurkan di Gaza.
Dokumen itu pertama kali diterbitkan oleh Sicha Mekomit, sebuah situs berita lokal Israel. WikiLeaks juga membagikan bocoran dokumen itu di media sosial X.
Sekadar diketahui, Kementerian Intelijen Israel—yang merupakan kementerian junior—melakukan penelitian namun tidak menetapkan kebijakan.
Rencana itu memicu kemarahan pihak Kairo. Perdana Menteri (PM) Mesir Mostafa Madbouly menilai rencana itu sama halnya melimpahkan masalah Gaza yang dihadapi Israel ke Mesir.
PM Madbouly mengatakan negaranya siap “mengorbankan jutaan nyawa demi setip butir pasir" semenanjung Sinai.
“Mesir tidak akan pernah membiarkan apa pun dipaksakan,” kata Madbouly, seperti dikutip Al Arabiya, Rabu (1/11/2023).
Dia menambahkan bahwa masalah-masalah regional tidak akan diselesaikan dengan “mengorbankan” negara.
Komentar Madbouly muncul dalam pidatonya saat kunjungannya ke al-Arish di Sinai utara.
Komentar itu muncul setelah WikiLeaks membocorkan dokumen laporan rancangan proposal masa perang Kementerian Intelijen Israel untuk memindahkan 2,3 juta penduduk Jalur Gaza ke Sinai.
Dengan mengosongkan Jalur Gaza, militer Zionis bermaksud melakukan operasi pembersihan terhadap Hamas dengan mulus.
Namun, kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu meremehkan bocoran dokumen tersebut dan hanya menganggapnya sebagai sebuah hipotesis.
Kendati demikian, rencana itu telah memperdalam ketakutan Mesir yang sudah lama ada bahwa Israel ingin menjadikan Gaza sebagai masalah Mesir, dan menghidupkan kembali kenangan rakyat Palestina akan trauma terbesar mereka—yaitu pengusiran ratusan ribu orang Palestina selama penciptaan Negara Israel pada tahun 1948.
Sejauh ini lebih dari 8.300 warga Palestina, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil, telah terbunuh sejak Israel berperang melawan Hamas—yang dipicu oleh serangan besar Hamas pada 7 Oktober.
Bocoran dokumen Israel tersebut bertanggal 13 Oktober, enam hari setelah militan Hamas membunuh lebih dari 1.400 orang di Israel selatan dan menyandera lebih dari 240 orang dalam serangan yang memicu perang Israel yang menghancurkan di Gaza.
Dokumen itu pertama kali diterbitkan oleh Sicha Mekomit, sebuah situs berita lokal Israel. WikiLeaks juga membagikan bocoran dokumen itu di media sosial X.
Sekadar diketahui, Kementerian Intelijen Israel—yang merupakan kementerian junior—melakukan penelitian namun tidak menetapkan kebijakan.
(mas)