Kondisi Terbaru Rumah Sakit Indonesia di Gaza: Tim Medis Bekerja dalam Gelap

Senin, 30 Oktober 2023 - 21:45 WIB
loading...
Kondisi Terbaru Rumah Sakit Indonesia di Gaza: Tim Medis Bekerja dalam Gelap
Rumah Sakit Indonesia tetap beroperasi di tengah serangan rudal Israel di Jalur Gaza. Foto/MER-C
A A A
JALUR GAZA - Rumah sakit yang didanai Indonesia di Gaza sedang berjuang merawat banyak pasien yang terluka akibat pemboman Israel di tengah berkurangnya stok obat-obatan dan pemadaman listrik.

Situasi darurat itu memaksa para dokter beroperasi dalam kegelapan, menurut organisasi sukarelawan Komite Penyelamatan Darurat Medis (MER-C).

Fikri Rofiul Haq, relawan MER-C yang berbasis di Indonesia, yang mengorganisir sumbangan untuk membangun rumah sakit pada tahun 2011, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa Rumah Sakit di Indonesia telah dibanjiri pasien setelah berminggu-minggu pemboman tanpa henti oleh pasukan Israel.

“Di Rumah Sakit (RS) Indonesia saja, tercatat 870 orang meninggal dunia dan 2.530 orang dirawat karena luka-luka. Sekitar 164 pasien masih dirawat di rumah sakit,” papar Haq kepada Al Jazeera.

“Sekitar separuh penduduk Gaza telah mengungsi ke tempat-tempat yang dianggap lebih aman daripada rumah mereka, seperti sekolah dan rumah sakit, termasuk Rumah Sakit Indonesia. Lebih dari 1.500 warga mengungsi ke RS Indonesia dan berkemah di ruangan kosong dan halaman rumah sakit,” ujar dia.

Pekan lalu, rumah sakit tersebut kehilangan aliran listrik karena pemadaman listrik akibat kekurangan bahan bakar karena blokade Israel terhadap wilayah kantong tersebut menghalangi masuknya pasokan penting.

“Kami berusaha mencari bahan bakar untuk menghidupkan Rumah Sakit Indonesia setelah pemadaman listrik yang berlangsung selama lebih dari satu jam. Dokter tidak punya pilihan selain melakukan operasi dan merawat pasien tanpa penerangan apa pun,” papar Haq.

“Rumah Sakit Indonesia sangat membutuhkan bantuan medis dan tenaga rumah sakit kelelahan karena dipaksa bekerja 24 jam sehari,” ujar dia.

Haq mengatakan mengirimkan bantuan ke rumah sakit merupakan tantangan besar, namun MER-C telah mengumpulkan sumbangan dari masyarakat Indonesia dan organisasi bantuan lainnya di Gaza dan para sukarelawan dapat mengirimkan sejumlah pasokan ke rumah sakit pada 19 Oktober dan 24 Oktober.

“Kami sempat mendapatkan beberapa obat dan alat kesehatan lainnya, namun masih banyak obat yang belum kami miliki karena sudah habis,” ungkap dia.

Misi Kemanusiaan Indonesia


Terdapat 45 warga Indonesia yang saat ini tinggal di Palestina yakni 10 orang di Gaza dan 35 orang di Tepi Barat yang diduduki, menurut Kementerian Luar Negeri Indonesia.

Ada juga sekitar 230 warga Indonesia yang tinggal di Israel, sebagian besar dari mereka datang ke sana untuk wisata religi.

Rumah Sakit Indonesia terletak di Beit Lahia, kota berpenduduk sekitar 90.000 orang di Gaza utara, dan berdiri di atas tanah seluas 16.000 meter persegi (19.136 yard persegi) yang disumbangkan oleh pemerintah Gaza pada 2011.

Pembangunan rumah sakit ini menelan biaya hampir USD8 juta dan didanai sumbangan warga negara Indonesia bersama dengan organisasi-organisasi termasuk Palang Merah Indonesia dan Perkumpulan Muhammadiyah, salah satu organisasi Muslim terbesar di Indonesia.

MER-C yang menggambarkan misinya untuk membantu “masyarakat yang paling rentan” tanpa memandang latar belakang, agama, kebangsaan, etnis, kelas, atau status kriminal, didirikan oleh sekelompok mahasiswa Universitas Indonesia yang melakukan prosedur medis di Maluku pada 1999, saat terjadi konflik sektarian antara komunitas Kristen dan Muslim.



Sejak didirikan pada 1999, MER-C telah melakukan misi kemanusiaan di negara-negara yang dilanda konflik, termasuk Afghanistan, Irak, Iran, Palestina, Lebanon, Sudan, Filipina, dan Thailand.

Wakil Presiden Indonesia saat itu, Jusuf Kalla, secara resmi meresmikan rumah sakit tersebut, yang memiliki sekitar 100 tempat tidur, empat ruang operasi, dan unit perawatan intensif, pada 2016.

Pada Jumat, komunikasi terputus di seluruh Gaza, menyebabkan berbagai organisasi bantuan termasuk MER-C tidak dapat menghubungi staf mereka di lapangan.

Rima Manzanaris, manajer operasional MER-C yang berbasis di Indonesia, mengatakan meningkatnya pemboman militer di Gaza dan komunikasi yang tidak merata sangat mengkhawatirkan, terutama menyusul laporan pemboman besar-besaran di dekat rumah sakit itu dalam beberapa hari terakhir.

“Kami tidak dapat menghubungi ketiga relawan Indonesia di Gaza sejak sore hari tanggal 27 Oktober karena semua jaringan telepon dan WhatsApp mati,” ujar dia kepada Al Jazeera.

Manzanaris mengatakan MER-C saat ini sedang bersiap mengirimkan tim ke Mesir untuk mengumpulkan bantuan untuk didistribusikan ke rumah sakit itu.

“Sejak pekan lalu, tim MER-C di Gaza telah mendistribusikan bantuan yang diberikan oleh WNI dengan mencari perbekalan di Jalur Gaza, antara lain obat-obatan, pakaian paramedis, makanan siap saji, perlengkapan musim dingin, dan bahan bakar genset di RS Indonesia,” ujar dia.

Komunikasi di Gaza pulih pada Minggu setelah hampir 36 jam pemadaman komunikasi total akibat serangan Israel.

Haq mengatakan serangan Israel merusak bagian atap rumah sakit sehingga menyebabkan langit-langit di sejumlah ruangan ambruk.

“Dua hari yang lalu, terjadi penembakan yang sangat hebat oleh pasukan Israel di sekitar Rumah Sakit Indonesia, yang dimulai pada sore hari dan tidak berhenti sepanjang malam. Kami hanya mendengar ledakan terus menerus,” papar Haq.

Dia menjelaskan, “Suara ledakannya memekakkan telinga dan beberapa roket Israel mendarat di area sekitar rumah sakit.”

“Bom tersebut menyebabkan seluruh rumah sakit berguncang dan kami harus berusaha menyelamatkan diri dengan berlindung di ruang bawah tanah,” ungkap dia.

Haq mengatakan dia mendapat kabar bahwa truk yang membawa bantuan sedang dalam perjalanan dari Mesir, namun terhambat oleh antrian untuk memasuki Gaza.

“Kami berharap gencatan senjata segera diumumkan,” papar dia.

“Musim dingin akan segera tiba dan jika perang ini terus berlanjut, para pengungsi di Jalur Gaza akan berada dalam posisi yang sangat berbahaya karena mereka tidak memiliki cukup kasur, selimut, dan jaket,” pungkas dia.

(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1498 seconds (0.1#10.140)