Akankah Perang Israel-Hamas Ganggu Strategi China di Timur Tengah?
loading...
A
A
A
Keterlibatan China dengan negara-negara non-GCC dalam perdagangan dan investasi juga kuat dan berwawasan ke depan. Di Iran, China telah setuju untuk berinvestasi sebesar USD400 miliar selama 25 tahun sebagai imbalan atas pasokan minyak yang stabil untuk menggerakkan mesin pertumbuhannya.
The New York Times melaporkan bahwa janji investasi China senilai USD400 miliar akan ditaruh di berbagai bidang, termasuk perbankan, telekomunikasi, pelabuhan, kereta api, layanan kesehatan, dan teknologi informasi. Investasi China di Irak dan Suriah telah tumbuh secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Namun, seiring dengan langkah-langkah yang berorientasi ekonomi di Timur Tengah, China terlihat mengambil langkah yang diperhitungkan dengan baik untuk meningkatkan pengaruh politiknya di wilayah tersebut. Hal ini terlihat pada mediasinya dalam membantu normalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Iran.
"Dengan berhasil membawa dua rival paling sengit di Timur Tengah ke meja perundingan, China bertujuan untuk membangun kredibilitas sebagai mitra kompeten di kawasan ini," kata Carnegie Endowment For International Peace dalam sebuah artikel baru-baru ini.
Untuk meningkatkan pengaruhnya di negara-negara kawasan, China membantu mendorong UEA, Arab Saudi, dan Iran untuk menjadi anggota BRICS dalam pertemuan puncak kelompok tersebut di Johannesburg pada Agustus lalu.
Dalam Organisasi Kerja Sama Shanghai yang didominasi China, Iran telah menjadi anggota, sementara status mitra dialog telah diberikan kepada Qatar, UEA, Arab Saudi, Bahrain, dan Kuwait.
Namun ada ketakutan bahwa ketika Israel menargetkan Iran karena dukungannya terhadap Hamas atau Teheran menyerang Israel karena dukungannya terhadap perjuangan Palestina, maka dikhawatirkan konflik Israel-Hamas saat ini dapat berubah menjadi perang berskala besar yang melibatkan negara-negara Timur Tengah. Jika hal ini terjadi, maka China akan mengalami kerugian besar, menurut estimasi para ahli.
Lihat Juga: 5 Negara Sahabat Korea Utara, Semua Musuh AS Termasuk Pemilik Bom Nuklir Terbanyak di Dunia
The New York Times melaporkan bahwa janji investasi China senilai USD400 miliar akan ditaruh di berbagai bidang, termasuk perbankan, telekomunikasi, pelabuhan, kereta api, layanan kesehatan, dan teknologi informasi. Investasi China di Irak dan Suriah telah tumbuh secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Risiko Eskalasi Perang Israel-Hamas
Namun, seiring dengan langkah-langkah yang berorientasi ekonomi di Timur Tengah, China terlihat mengambil langkah yang diperhitungkan dengan baik untuk meningkatkan pengaruh politiknya di wilayah tersebut. Hal ini terlihat pada mediasinya dalam membantu normalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Iran.
"Dengan berhasil membawa dua rival paling sengit di Timur Tengah ke meja perundingan, China bertujuan untuk membangun kredibilitas sebagai mitra kompeten di kawasan ini," kata Carnegie Endowment For International Peace dalam sebuah artikel baru-baru ini.
Untuk meningkatkan pengaruhnya di negara-negara kawasan, China membantu mendorong UEA, Arab Saudi, dan Iran untuk menjadi anggota BRICS dalam pertemuan puncak kelompok tersebut di Johannesburg pada Agustus lalu.
Dalam Organisasi Kerja Sama Shanghai yang didominasi China, Iran telah menjadi anggota, sementara status mitra dialog telah diberikan kepada Qatar, UEA, Arab Saudi, Bahrain, dan Kuwait.
Namun ada ketakutan bahwa ketika Israel menargetkan Iran karena dukungannya terhadap Hamas atau Teheran menyerang Israel karena dukungannya terhadap perjuangan Palestina, maka dikhawatirkan konflik Israel-Hamas saat ini dapat berubah menjadi perang berskala besar yang melibatkan negara-negara Timur Tengah. Jika hal ini terjadi, maka China akan mengalami kerugian besar, menurut estimasi para ahli.
Lihat Juga: 5 Negara Sahabat Korea Utara, Semua Musuh AS Termasuk Pemilik Bom Nuklir Terbanyak di Dunia
(mas)