2 Petinggi Hamas yang Paling Diburu Israel: Yahya Sinwar dan Mohammed Deif
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Yahya Sinwar dan Mohammed Deif sekarang menjadi dua petinggi Hamas yang paling diburu militer dan intelijen Israel. Keduannya dianggap sebagai sosok di balik serangan mengejutkan "Operasi Badai al-Aqsa" yang menyebabkan 1.300 orang tewas.
“Ini Sinwar dan Deif,” kata Ron Dermer, Menteri Urusan Strategis dan anggota Kabinet Perang Israel, kepada CBS News dalam sebuah wawancara di Tel Aviv pada hari Minggu.
“Ada dua orang di Gaza. Mereka adalah orang-orang yang bertanggung jawab atas serangan ini. Namun mereka didukung, sekali lagi, oleh Iran. Mereka didukung secara finansial. Mereka didukung dengan senjata. Mereka didukung dengan pelatihan, dengan logistik, dengan komunikasi, dengan dukungan politik. Iran adalah sumber dari banyak masalah di Timur Tengah," lanjut dia.
Juru bicara militer Israel Letnan Kolonel Richard Hecht juga menyoroti Sinwar dalam sebuah briefing pada hari Sabtu.
“Orang ini sedang dalam pengawasan kami,” kata Hecht. "Dia adalah orang mati yang sedang berjalan dan kita akan menemui orang itu."
Sinwar merupakan pemimpin Hamas yang menjalankan urusan sehari-hari pemerintahan faksi tersebut di Gaza, Palestina. Sedangkan Deif merupakan komandan Brigade Izz ad-Din al-Qassam, sayap militer Hamas.
Para pejabat pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah mengatakan, sejak perang dimulai, bahwa Iran telah lama mendukung Hamas dengan dukungan material, finansial dan logistik, namun hingga saat ini belum ada bukti yang ditemukan yang mengaitkan serangan tersebut dengan Teheran.
Beberapa pejabat AS mengatakan kepada CBS News bahwa intelijen AS tampaknya mengindikasikan Iran terkejut dengan serangan Hamas terhadap Israel, yang telah menewaskan sedikitnya 1.300 orang dan menyebabkan 3.200 lainnya terluka.
Dermer yakin pertanyaan apakah Iran secara spesifik mengetahui “waktu terjadinya serangan” pada 7 Oktober ini adalah pertanyaan yang tidak penting, mengingat intelijen menunjukkan bahwa sebagian besar pendanaan Hamas berasal dari Iran.
“Ada pertanyaan apakah Iran mengetahui waktu serangan spesifik ini,” kata Dermer.
“Jadi kami akan melakukan apapun yang harus kami lakukan untuk membela diri, untuk mencegah rezim seperti itu, yang menyangkal Holocaust pertama—dan ingin melakukan Holocaust yang kedua—untuk menolak rezim tersebut mengembangkan senjata nuklir,” imbuh Dermer.
Dia juga membandingkan antara serangan 7 Oktober di Israel dan 9/11 di AS.
“Ketika Israel kehilangan 1.300 orang, ketika 1.300 orang dibunuh, itu sama dengan 50.000 orang Amerika yang dibunuh dalam satu hari,” kata Dermer, yang dilansir Senin (16/10/2023).
“Saat ini, dengan jumlah yang kita lihat, kejadiannya adalah 20 peristiwa 9/11. Dan kita tidak sedang berhadapan dengan organisasi teroris yang berjarak ribuan mil jauhnya seperti yang Anda lakukan setelah 9/11. Kita sedang berhadapan dengan sebuah organisasi teroris di halaman belakang rumah kita, secara harfiah beberapa meter dari rumah penduduk."
Ketika ditanya tentang keselamatan lebih dari 2 juta penduduk Gaza, Dermer menyalahkan Hamas atas banyaknya korban sipil. Sejak perang dimulai, setidaknya 2.670 orang di Gaza telah tewas akibat serangan balasan Israel, dan 9.600 orang terluka, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
"Tetapi Iran berada di belakang Hamas. Hamas, 93% dari anggaran militer mereka, adalah Iran. Mereka mengadakan pertemuan sepanjang waktu, Iran dan Hamas. Jadi apakah mereka tahu bahwa serangan itu akan terjadi pada hari ini, atau tiga hari kemudian, atau seminggu kemudian, atau dua minggu kemudian, itu adalah pertanyaan terpisah. Tanpa Iran serangan ini tidak akan terjadi. Saya dapat meyakinkan Anda," paparnya.
Ketika ditanya apakah serangan Israel terhadap Iran sedang dipertimbangkan, Dermer menggambarkan Iran sebagai negara yang bekerja setiap hari untuk menghancurkan Israel.
“Ini Sinwar dan Deif,” kata Ron Dermer, Menteri Urusan Strategis dan anggota Kabinet Perang Israel, kepada CBS News dalam sebuah wawancara di Tel Aviv pada hari Minggu.
“Ada dua orang di Gaza. Mereka adalah orang-orang yang bertanggung jawab atas serangan ini. Namun mereka didukung, sekali lagi, oleh Iran. Mereka didukung secara finansial. Mereka didukung dengan senjata. Mereka didukung dengan pelatihan, dengan logistik, dengan komunikasi, dengan dukungan politik. Iran adalah sumber dari banyak masalah di Timur Tengah," lanjut dia.
Baca Juga
Juru bicara militer Israel Letnan Kolonel Richard Hecht juga menyoroti Sinwar dalam sebuah briefing pada hari Sabtu.
“Orang ini sedang dalam pengawasan kami,” kata Hecht. "Dia adalah orang mati yang sedang berjalan dan kita akan menemui orang itu."
Sinwar merupakan pemimpin Hamas yang menjalankan urusan sehari-hari pemerintahan faksi tersebut di Gaza, Palestina. Sedangkan Deif merupakan komandan Brigade Izz ad-Din al-Qassam, sayap militer Hamas.
Para pejabat pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah mengatakan, sejak perang dimulai, bahwa Iran telah lama mendukung Hamas dengan dukungan material, finansial dan logistik, namun hingga saat ini belum ada bukti yang ditemukan yang mengaitkan serangan tersebut dengan Teheran.
Beberapa pejabat AS mengatakan kepada CBS News bahwa intelijen AS tampaknya mengindikasikan Iran terkejut dengan serangan Hamas terhadap Israel, yang telah menewaskan sedikitnya 1.300 orang dan menyebabkan 3.200 lainnya terluka.
Dermer yakin pertanyaan apakah Iran secara spesifik mengetahui “waktu terjadinya serangan” pada 7 Oktober ini adalah pertanyaan yang tidak penting, mengingat intelijen menunjukkan bahwa sebagian besar pendanaan Hamas berasal dari Iran.
“Ada pertanyaan apakah Iran mengetahui waktu serangan spesifik ini,” kata Dermer.
“Jadi kami akan melakukan apapun yang harus kami lakukan untuk membela diri, untuk mencegah rezim seperti itu, yang menyangkal Holocaust pertama—dan ingin melakukan Holocaust yang kedua—untuk menolak rezim tersebut mengembangkan senjata nuklir,” imbuh Dermer.
Dia juga membandingkan antara serangan 7 Oktober di Israel dan 9/11 di AS.
“Ketika Israel kehilangan 1.300 orang, ketika 1.300 orang dibunuh, itu sama dengan 50.000 orang Amerika yang dibunuh dalam satu hari,” kata Dermer, yang dilansir Senin (16/10/2023).
“Saat ini, dengan jumlah yang kita lihat, kejadiannya adalah 20 peristiwa 9/11. Dan kita tidak sedang berhadapan dengan organisasi teroris yang berjarak ribuan mil jauhnya seperti yang Anda lakukan setelah 9/11. Kita sedang berhadapan dengan sebuah organisasi teroris di halaman belakang rumah kita, secara harfiah beberapa meter dari rumah penduduk."
Ketika ditanya tentang keselamatan lebih dari 2 juta penduduk Gaza, Dermer menyalahkan Hamas atas banyaknya korban sipil. Sejak perang dimulai, setidaknya 2.670 orang di Gaza telah tewas akibat serangan balasan Israel, dan 9.600 orang terluka, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
"Tetapi Iran berada di belakang Hamas. Hamas, 93% dari anggaran militer mereka, adalah Iran. Mereka mengadakan pertemuan sepanjang waktu, Iran dan Hamas. Jadi apakah mereka tahu bahwa serangan itu akan terjadi pada hari ini, atau tiga hari kemudian, atau seminggu kemudian, atau dua minggu kemudian, itu adalah pertanyaan terpisah. Tanpa Iran serangan ini tidak akan terjadi. Saya dapat meyakinkan Anda," paparnya.
Ketika ditanya apakah serangan Israel terhadap Iran sedang dipertimbangkan, Dermer menggambarkan Iran sebagai negara yang bekerja setiap hari untuk menghancurkan Israel.
(mas)