Bersitegang dengan China dan Korut, Jepang Akan Percepat Pembelian Rudal Tomahawk
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Jepang akan mulai membeli rudal jelajah Tomahawk buatan Amerika Serikat (AS) pada tahun fiskal 2025 atau setahun lebih awal dari rencana semula. Rencana itu diungkapkan Menteri Pertahanan Jepang Minoru Kihara di tengah berlanjutnya ketegangan Tokyo dengan China dan Korea Utara (Korut).
Kihara menyampaikan pengumuman tersebut pada hari Rabu, pada pertemuan dengan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin di Washington.
Tokyo awalnya ingin membeli 400 rudal terbaru Tomahawk Block V dengan jangkauan sekitar 1.600 kilometer. Kini, mereka akan melakukan pengadaan sebanyak 200 rudal dari model sebelumnya antara tahun fiskal 2025 dan 2027. Sisa dari kesepakatan tersebut terdiri dari rudal-rudal baru, yang akan dikirimkan sesuai rencana awal.
“Upaya untuk secara sepihak mengubah status quo dengan kekerasan tidak boleh ditoleransi di kawasan mana pun, termasuk Indo-Pasifik, dan kita perlu memperkuat kemampuan pencegahan dan respons pasukan sekutu kita,” kata Kihara seperti dilansir dari RT, Kamis (5/10/2023).
Tahun lalu, Tokyo memutuskan untuk melengkapi tentaranya dengan kemampuan “serangan balik”, dengan alasan ketegangan dengan China dan Korut. Pemerintah Jepang meningkatkan belanja pertahanan secara signifikan, sementara Partai Demokrat Liberal yang berkuasa telah mempertimbangkan gagasan untuk mengamandemen konstitusi pasifis negara tersebut pascaperang guna meningkatkan status Pasukan Bela Diri Jepang.
Selama pertemuan dengan Kihara, menurut Gedung Putih, Menteri Pertahanan AS Llyod Austin menegaskan kembali komitmen Washington yang “tak tergoyahkan dan kuat” untuk membela Jepang dan mendukung keinginan Tokyo untuk meningkatkan militernya.
“Postur kekuatan kita menjadi lebih fleksibel, lebih mobile dan lebih tangguh,” katanya, seraya menuduh China melakukan “perilaku koersif.”
Sementara itu, Beijing menuduh AS mencampuri urusan dalam negerinya dengan menjual senjata ke Taiwan dan mendukung “pasukan separatis” di Taipei. China Daratan, yang memandang pulau itu sebagai wilayahnya sendiri, dengan tegas menentang bantuan asing atau hubungan diplomatik dengan pemerintah setempat.
Sedangkan Korut pada bulan lalu memasukkan senjata nuklir ke dalam konstitusinya, dengan mengatakan bahwa senjata-senjata itu akan menjamin “hak untuk hidup” dan mencegah konflik dengan Amerika.
Korut telah meningkatkan uji coba rudal dalam beberapa tahun terakhir, mengutip latihan militer gabungan Washington dengan Jepang dan Korea Selatan (Korsel). AS, serta Seoul dan Tokyo, berpendapat bahwa uji coba ini mengancam perdamaian di kawasan.
Kihara menyampaikan pengumuman tersebut pada hari Rabu, pada pertemuan dengan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin di Washington.
Tokyo awalnya ingin membeli 400 rudal terbaru Tomahawk Block V dengan jangkauan sekitar 1.600 kilometer. Kini, mereka akan melakukan pengadaan sebanyak 200 rudal dari model sebelumnya antara tahun fiskal 2025 dan 2027. Sisa dari kesepakatan tersebut terdiri dari rudal-rudal baru, yang akan dikirimkan sesuai rencana awal.
“Upaya untuk secara sepihak mengubah status quo dengan kekerasan tidak boleh ditoleransi di kawasan mana pun, termasuk Indo-Pasifik, dan kita perlu memperkuat kemampuan pencegahan dan respons pasukan sekutu kita,” kata Kihara seperti dilansir dari RT, Kamis (5/10/2023).
Tahun lalu, Tokyo memutuskan untuk melengkapi tentaranya dengan kemampuan “serangan balik”, dengan alasan ketegangan dengan China dan Korut. Pemerintah Jepang meningkatkan belanja pertahanan secara signifikan, sementara Partai Demokrat Liberal yang berkuasa telah mempertimbangkan gagasan untuk mengamandemen konstitusi pasifis negara tersebut pascaperang guna meningkatkan status Pasukan Bela Diri Jepang.
Selama pertemuan dengan Kihara, menurut Gedung Putih, Menteri Pertahanan AS Llyod Austin menegaskan kembali komitmen Washington yang “tak tergoyahkan dan kuat” untuk membela Jepang dan mendukung keinginan Tokyo untuk meningkatkan militernya.
“Postur kekuatan kita menjadi lebih fleksibel, lebih mobile dan lebih tangguh,” katanya, seraya menuduh China melakukan “perilaku koersif.”
Sementara itu, Beijing menuduh AS mencampuri urusan dalam negerinya dengan menjual senjata ke Taiwan dan mendukung “pasukan separatis” di Taipei. China Daratan, yang memandang pulau itu sebagai wilayahnya sendiri, dengan tegas menentang bantuan asing atau hubungan diplomatik dengan pemerintah setempat.
Sedangkan Korut pada bulan lalu memasukkan senjata nuklir ke dalam konstitusinya, dengan mengatakan bahwa senjata-senjata itu akan menjamin “hak untuk hidup” dan mencegah konflik dengan Amerika.
Korut telah meningkatkan uji coba rudal dalam beberapa tahun terakhir, mengutip latihan militer gabungan Washington dengan Jepang dan Korea Selatan (Korsel). AS, serta Seoul dan Tokyo, berpendapat bahwa uji coba ini mengancam perdamaian di kawasan.
(ian)