Mohammed bin Salman Malu Arab Saudi Akan Eksekusi Warga karena Tweet, tapi Tak Bertindak

Minggu, 01 Oktober 2023 - 19:40 WIB
loading...
Mohammed bin Salman...
Pihak berwenang Arab Saudi akan mengeksekusi seorang warga yang dihukum mati karena posting tweet yang mengkritik pemerintah. Putra Mahkota Mohammed bin Salman merasa malu. Foto/SPA via REUTERS
A A A
RIYADH - Kerabat warga Arab Saudi yang menghadapi eksekusi karena mengunggah tweet menyerukan penguasa de facto kerajaan tersebut, Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS), untuk mengambil tindakan.

Desakan muncul setelah Pangeran MBS menyampaikan rasa malu atas kasus seperti itu.

Dalam wawancara yang jarang terjadi dengan Fox News pekan lalu, Putra Mahkota MBS ditanya tentang Mohammed al-Ghamdi, seorang pensiunan guru sekolah yang dijatuhi hukuman mati pada bulan Juli karena posting-an di media sosial X—sebelumnya bernama Twitter—, di mana dia hanya memiliki sekitar 10 pengikut.

Pangeran Mohammed bin Salman mengakui bahwa rincian kasus yang dijelaskan dalam laporan media adalah “benar” dan mengatakan dia tidak menyetujui keputusan tersebut.

“Kami tidak senang dengan hal itu. Kami malu akan hal itu,” katanya, menyalahkan “hukum buruk” yang sejauh ini tidak dapat diubah.



Dia juga mengemukakan kemungkinan bahwa Ghamdi bisa terhindar dari eksekusi.

“Saya berharap pada sidang tahap berikutnya, hakim di sana lebih berpengalaman. Dan mereka mungkin melihatnya dengan cara yang berbeda,” kata calon raja Arab Saudi tersebut.

Komentar tersebut menimbulkan keresahan di kalangan aktivis hak asasi manusia (HAM) yang mengecam penindasan sejak Pangeran Mohammed bin Salman menjadi pewaris takhta pertama enam tahun lalu, yang menurut mereka dimaksudkan untuk menghilangkan kritik terhadap pemerintah.

Para aktivis telah lama mendesak agar hukuman seperti yang dijatuhkan pada Ghamdi dibatalkan.

Saudara laki-laki Ghamdi, kritikus pemerintah yang berbasis di Inggris, Saeed al-Ghamdi, mengatakan kepada AFP bahwa Pangeran Mohammed bin Salman dapat mengubah undang-undang— dan menentukan hasil dari setiap kasus—jika dia mau.

Arab Saudi adalah negara monarki absolut tanpa Parlemen terpilih dan tidak mengizinkan oposisi politik.

Hakim diangkat atas perintah kerajaan.

“Semuanya ada di tangan putra mahkota,” kata Saeed al-Ghamdi, yang dilansir AFP, Minggu (1/10/2023).

“Karena dia mengetahui ada putusan pengadilan yang membuatnya malu, dia mempunyai kesempatan untuk membatalkannya.”

Dia menambahkan: “Saya berharap akan ada kemunduran yang nyata, tidak hanya dengan membatalkan hukuman mati tetapi juga dengan membebaskan dia dan [orang-orang yang terjebak dalam] semua kasus serupa.”

Ghamdi diadili berdasarkan undang-undang kontraterorisme yang disahkan pada tahun 2017, tahun yang sama ketika Pangeran Mohammed bin Salman menjadi putra mahkota.

Pada saat itu, Human Rights Watch mengecam definisi terorisme yang tidak jelas dalam undang-undang tersebut, yang memungkinkan pihak berwenang untuk terus menargetkan kritik yang bersifat damai.

Joey Shea, peneliti Arab Saudi untuk Human Rights Watch, mengatakan pada konferensi pers online minggu ini bahwa penerapan undang-undang kontraterorisme melemahkan klaim Pangeran Mohammed bahwa hukuman terhadap Ghamdi adalah produk dari undang-undang lama yang belum diubah.

“Ini bukanlah undang-undang lama yang buruk,” katanya.

“Ini adalah undang-undang buruk baru yang mulai berlaku pada tahun 2017 ketika Mohammed bin Salman menjadi putra mahkota.”

Tuduhan spesifik terhadap Mohammed al-Ghamdi berpusat pada postingan yang mengkritik pemerintah dan menyatakan dukungan terhadap ulama yang dipenjara termasuk Salman al-Awda dan Awad al-Qarni.

Jaksa juga menuntut hukuman mati terhadap kedua ulama tersebut.

Putra Awda, Abdullah Alaoudh, mengatakan ekspresi malu Pangeran Mohammed atas kasus Ghamdi tidak dapat dipercaya.

"Pernyataan putra mahkota tidak serius dan merupakan bagian dari penghindaran, upaya untuk mengatasi rakyat Amerika dan meningkatkan citranya," kata Alaoudh, direktur Freedom Initiative yang berbasis di Saudi.

Areej al-Sadhan, yang saudara laki-lakinya menjalani hukuman 20 tahun penjara karena postingan media sosial yang mengkritik monarki, mengatakan Pangeran Mohammed memiliki kekuatan untuk membatalkan hukuman tersebut.

“Dengan satu tanda tangan, dia bisa membebaskan semua tahanan tidak bersalah yang telah dijatuhi hukuman berdasarkan undang-undang ini,” katanya, mengacu pada undang-undang kontraterorisme.

Arab Saudi juga berada di bawah pengawasan global yang ketat tahun lalu atas hukuman yang telah dijatuhkan selama puluhan tahun menjatuhkan hukuman terhadap dua wanita Saudi; Salma al-Shehab dan Nourah al-Qahtani, karena posting-an online yang mengkritik pemerintah.

Seorang pejabat Saudi, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena sensitifnya masalah ini, mengatakan kepada AFP bahwa hukuman keras untuk postingan media sosial adalah pekerjaan hakim konservatif yang ingin mempermalukan putra mahkota di depan dunia.

Pangeran Mohammed ingin mengubah citra Arab Saudi di bawah agenda reformasi Visi 2030, yang bertujuan untuk mengubah perekonomian kerajaan Teluk yang bergantung pada minyak, termasuk melalui pariwisata global dan mengubahnya menjadi pusat bisnis.

Namun, banyaknya penggunaan hukuman mati telah menjadi hambatan besar dalam upaya tersebut. Kerajaan ini memiliki sejarah melakukan eksekusi dengan cara dipenggal.

Sepanjang tahun ini, 111 eksekusi telah dilakukan, menurut penghitungan AFP berdasarkan laporan media pemerintah.

Selama wawancaranya dengan Fox News, Pangeran Mohammed mengatakan dia berusaha memprioritaskan perubahan undang-undang hari demi hari tetapi terhambat oleh kekurangan pengacara pemerintah.

Lina al-Hathloul, kepala pemantauan dan komunikasi kelompok HAM ALQST, mengatakan harus ada lebih banyak transparansi dalam penerapan undang-undang yang ada.

“Jika semuanya terjadi secara tertutup, kita tidak bisa mengatakan bahwa pemerintah benar-benar siap untuk mengubah situasi," katanya.
(mas)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Begini Hubungan Kerabat...
Begini Hubungan Kerabat Raja Salman dengan Pangeran Arab Saudi Si Sleeping Prince yang Koma 20 Tahun
Arab Saudi dan Qatar...
Arab Saudi dan Qatar Umumkan Akan Lunasi Utang Suriah Rp252,8 Miliar
Citra Satelit Ungkap...
Citra Satelit Ungkap Kemajuan Mencengangkan Proyek NEOM Mohammed bin Salman Senilai Rp8.418 Triliun
85 Persen Insiatif Visi...
85 Persen Insiatif Visi 2030 Sudah Tercapai, Akankah Citra Saudi Berubah?
5 Fakta Pangeran Al...
5 Fakta Pangeran Al Waleed, Sleeping Prince yang Sudah Koma 19 Tahun
Trump Tawari Arab Saudi...
Trump Tawari Arab Saudi Paket Senjata Senilai Lebih dari Rp1.684 Triliun
Kisah Pangeran Arab...
Kisah Pangeran Arab Saudi Koma 20 Tahun: Sleeping Prince Ultah Ke-36 tapi Tak Kunjung Bangun
5 Cerita WNI Terjebak...
5 Cerita WNI Terjebak 18 Jam Mati Listrik di Spanyol: Enggak Ada yang Nyalain Lilin
Profil Hussein Al Sheikh,...
Profil Hussein Al Sheikh, Calon Kuat Pengganti Presiden Palestina Mahmoud Abbas
Rekomendasi
Bulog Kantongi Laba...
Bulog Kantongi Laba Rp66 Miliar di 2024, Realisasi Pengadaan Beras Capai 138%
Peringati Hari Down...
Peringati Hari Down Syndrome Sedunia, Cordlife Gelar Trisomy Awareness Bash 2025
Hasil Piala Sudirman...
Hasil Piala Sudirman 2025: Rehan/Gloria Kalah Dramatis, Indonesia Tertinggal 0-1 dari India
Berita Terkini
Houthi Akui Serang Kapal...
Houthi Akui Serang Kapal Induk AS Harry S Truman di Laut Merah
24 menit yang lalu
3 Negara yang Memperebutkan...
3 Negara yang Memperebutkan Kashmir, Siapa yang Berhak?
1 jam yang lalu
Siapa Sayyid Theyazin?...
Siapa Sayyid Theyazin? Putra Mahkota Oman yang Menikah dalam Upacara Tertutup
1 jam yang lalu
Mahathir Mohamad: Bangsa...
Mahathir Mohamad: Bangsa Melayu Kehilangan Singapura, Jatuh ke Tangan Orang China
1 jam yang lalu
3 Fakta Pembunuhan Muslim...
3 Fakta Pembunuhan Muslim di Prancis yang Gegerkan Dunia, Pemicunya Islamofobia?
2 jam yang lalu
Drama Perseteruan Klan...
Drama Perseteruan Klan Miliarder Kwek Guncang Singapura, Berikut 3 Faktanya
3 jam yang lalu
Infografis
Negara-negara Arab Dikecam...
Negara-negara Arab Dikecam karena Tak Berani Melawan Israel
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved