AS: Iran Bisa Membuat Bom Nuklir dalam 2 Minggu
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) menilai Iran tidak menjalankan program senjata nuklir saat ini, namun mereka mampu membuat bom pemusnah massal tersebut dalam waktu dua minggu.
Penilaian Amerika itu muncul dalam laporan tentang pemberantasan senjata pemusnah massal yang diterbitkan pada hari Jumat lalu.
Laporan tersebut, yang berjudul "2023 Strategy for Countering Weapons of MassDestruction", mengidentifikasi Republik Islam Iran sebagai ancaman yang terus-menerus dan memperingatkan bahwa negara tersebut dapat membuat bom nuklir dalam dua minggu.
“Iran tidak menjalankan program senjata nuklir saat ini, namun memiliki kapasitas untuk memproduksi cukup bahan fisil untuk perangkat nuklir dalam waktu kurang dari dua minggu,” bunyi laporan tersebut, seperti dikutip Jerusalem Post, Minggu (1/10/2023).
Dalam laporan tersebut, AS mengkritik Iran karena ketidakpatuhannya terhadap kewajiban yang dibuat berdasarkan Konvensi Senjata Kimia dan menyuarakan kekhawatiran bahwa Teheran sedang menggunakan bahan kimia yang dapat bekerja pada sistem saraf pusat dengan penggunaan ganda untuk tujuan ofensif.
Laporan tersebut juga mengidentifikasi Republik Islam Iran sebagai ancaman regional di Timur Tengah yang harus diatasi.
Pekan lalu, Direktur Jenderal Komisi Energi Atom Israel Moshe Edri mengeklaim bahwa Iran sedang melakukan program nuklir militer dan terus menguji dan mengerahkan rudal nuklir jarak jauh yang melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB.
“Iran masih menjadi ujung tombak ketidakstabilan regional, dan merupakan ancaman terhadap perdamaian dan keamanan di seluruh dunia,” kata Edri saat berpidato di Konferensi Umum Badan Energi Atom Internasional ke-67 di Wina.
"Menghentikan aktivitas senjata nuklir Iran memerlukan perhatian penuh komunitas internasional,” kata Edri.
Iran telah berkali-kali menegaskan bahwa program nuklir mereka untuk tujuan sipil dan membantah berupaya memperoleh senjata nuklir.
Penilaian Amerika itu muncul dalam laporan tentang pemberantasan senjata pemusnah massal yang diterbitkan pada hari Jumat lalu.
Laporan tersebut, yang berjudul "2023 Strategy for Countering Weapons of MassDestruction", mengidentifikasi Republik Islam Iran sebagai ancaman yang terus-menerus dan memperingatkan bahwa negara tersebut dapat membuat bom nuklir dalam dua minggu.
“Iran tidak menjalankan program senjata nuklir saat ini, namun memiliki kapasitas untuk memproduksi cukup bahan fisil untuk perangkat nuklir dalam waktu kurang dari dua minggu,” bunyi laporan tersebut, seperti dikutip Jerusalem Post, Minggu (1/10/2023).
Dalam laporan tersebut, AS mengkritik Iran karena ketidakpatuhannya terhadap kewajiban yang dibuat berdasarkan Konvensi Senjata Kimia dan menyuarakan kekhawatiran bahwa Teheran sedang menggunakan bahan kimia yang dapat bekerja pada sistem saraf pusat dengan penggunaan ganda untuk tujuan ofensif.
Laporan tersebut juga mengidentifikasi Republik Islam Iran sebagai ancaman regional di Timur Tengah yang harus diatasi.
Pekan lalu, Direktur Jenderal Komisi Energi Atom Israel Moshe Edri mengeklaim bahwa Iran sedang melakukan program nuklir militer dan terus menguji dan mengerahkan rudal nuklir jarak jauh yang melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB.
“Iran masih menjadi ujung tombak ketidakstabilan regional, dan merupakan ancaman terhadap perdamaian dan keamanan di seluruh dunia,” kata Edri saat berpidato di Konferensi Umum Badan Energi Atom Internasional ke-67 di Wina.
"Menghentikan aktivitas senjata nuklir Iran memerlukan perhatian penuh komunitas internasional,” kata Edri.
Iran telah berkali-kali menegaskan bahwa program nuklir mereka untuk tujuan sipil dan membantah berupaya memperoleh senjata nuklir.
(mas)