Stop Virus Ransomware Pengacau Dunia, Pemuda Ini Jadi 'Pahlawan'

Senin, 15 Mei 2017 - 08:11 WIB
Stop Virus Ransomware Pengacau Dunia, Pemuda Ini Jadi Pahlawan
Stop Virus Ransomware Pengacau Dunia, Pemuda Ini Jadi 'Pahlawan'
A A A
LONDON - Di saat serangan teror virus ransomware yang melanda jaringan komputer di seluruh dunia, muncul sosok pemuda 22 tahun yang dianggap “pahlawan” karena menghentikan serangan itu. Pemuda ini bernama Marcus Hutchins, 22, peselancar dunia maya asal Inggris.

Serangan virus ransomware terjadi secara masif di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Serangan siber ini belum pernah terjadi sebelumnya. Hacker penyebar virus ini dalam aksinya meminta uang tebusan jika ingin virus dihilangkan.

Hutchins yang dijuluki “penyihir komputer” berhasil menghentikan penyebaran virus komputer ransomware secara global beberapa jam setelah serangan. Di Inggris, serangan teror virus ransomware telah mengacaukan sistem komputer Layanan Kesehatan Nasional (NHS) dengan ribuan orang menjadi korbannya.

Pemuda ini melakukan aksinya dari sebuah kamar tidur kecil di rumah orang tuanya yang dilengkapi dengan permainan video dan sekotak pizza.

Salah satu teman Marcus Hutchins mengatakan kepada The Telegraph bahwa peselancar dunia maya ini menulis tweet menggunakan nama samaran "MalwareTech". Hutchins menyatakan bahwa dia hanya melakukan pekerjaannya untuk menghentikan penyebaran virus tersebut.

Teman Hutchins yang mengungkap aksinya itu adalah Kurtis Baron, pendiri Fidus Information Security. ”Dia adalah teman yang sangat baik dan juga rekan bisnis,” kata Baron.

Huthchins merupakan peneliti keamanan siber. Menurut Baron, temannya tersebut bekerja seperti ”accidental hero” yang menemukan ”kill switch” untuk menghentikan serangan ransomware terhadap jaringan komputer NHS.

”Ini bukan pekerjaan baginya, (tapi) lebih merupakan gairah yang dia dapatkan untuk dibayar,” kata Baron, yang dilansir Senin (15/5/2017).

Sebelumnya, seorang pakar IT Inggris mengklaim bahwa hacker asal China telah mencoba membajak ”kill switch” yang digunakan untuk mencegah serangan.

Steven Wilson, Kepala Pusat Cybercrime Eropa Europol mengatakan kepada Sky News bahwa Departemen IT penting untuk memeriksa sistem mereka pada hari Senin (15/5/2017) pagi untuk memastikan bahwa mereka tidak dikompromikan.

“Ini bukan serangan yang sangat canggih. Yang baru adalah penggunaan worm untuk merambat melalui sistem. Itu di luar apa yang telah kita lihat sebelumnya,” katanya.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3334 seconds (0.1#10.140)