Horor ABK WNI di Kapal China: Sudah 12 Tewas Termasuk 4 Dibuang ke Laut
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia Retno Marsudi menyampaikan keprihatinan mendalam atas kematian para anak buah kapal (ABK) Indonesia di kapal-kapal penangkap ikan China . Sikap Menlu Retno ini disampaikan saat berbicara dengan Menlu China Wang Yi.
Retno mengonfirmasi empat ABK warga negara Indonesia (WNI) tewas di kapal penangkap ikan berbendera China antara Mei dan Juni 2020. Kementerian Luar Negeri mengungkap jumlah kematian ABK WNI di kapal-kapal tersebut bertambah menjadi 12 orang sejak November 2019.
Dari total 12 korban, empat jasad di antaranya dibuang atau dilarung ke laut . (Baca: Video: WNI Kerja Bak Budak di Kapal China, Meninggal Dibuang di Laut )
Para aktivis mengklaim beberapa ABK, yang kebanyakan tidak membawa dokumen, dituntut bekerja dalam kondisi yang mengerikan di atas kapal-kapal nelayan China.
Menlu Retno menuntut penyelidikan setelah pembicaraan dengan Menlu Wang Yi.
"Saya menyampaikan kekhawatiran mendalam Pemerintah Indonesia tentang berbagai insiden yang menimpa awak kapal Indonesia di atas kapal nelayan China," katanya yang dilansir sejumlah media asing pada hari Jumat (31/7/2020).
"Secara khusus, kami mendesak pemerintah China untuk melakukan penyelidikan menyeluruh, diikuti dengan tindakan hukum, sehubungan dengan kematian, pembuangan jasad dan kondisi kerja yang tidak layak," lanjut diplomat top Indonesia tersebut.
Direktur Pelindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia di Kementerian Luar Negeri Indonesia, Judha Nugraha, seperti dilansir Express.co.uk, mengaku telah menerima informasi baru tentang empat pelaut yang tewas di dua kapal nelayan China pada Mei dan Juni. (Baca juga: Jasad ABK RI Dibuang ke Laut, China: Sesuai Praktik Internasional )
Judha mengatakan jasad-jasad ABK Indonesia itu telah dilarung di Laut China Selatan dan Samudra Hindia awal bulan Juli.
Perwakilan Indonesia di Singapura, Beijing dan Guangzhou telah meminta jenazah-jenazah ABK WNI dipulangkan ke Tanah Air. Melarung jasad di laut hanya boleh dilakukan ketika tidak ada pilihan lain.
"Kami sangat prihatin, meskipun praktik ini diizinkan di dunia maritim," kata Judha.
"Tapi ini harus menjadi pilihan terakhir ketika pemulangan (jenazah) tidak memungkinkan lagi," katanya lagi.
Duta Besar China untuk Indonesia, Xiao Qian, dilaporkan telah menghadiri sebuah pertemuan pada hari Selasa yang membahas nasib para ABK WNI.
Retno mengonfirmasi empat ABK warga negara Indonesia (WNI) tewas di kapal penangkap ikan berbendera China antara Mei dan Juni 2020. Kementerian Luar Negeri mengungkap jumlah kematian ABK WNI di kapal-kapal tersebut bertambah menjadi 12 orang sejak November 2019.
Dari total 12 korban, empat jasad di antaranya dibuang atau dilarung ke laut . (Baca: Video: WNI Kerja Bak Budak di Kapal China, Meninggal Dibuang di Laut )
Para aktivis mengklaim beberapa ABK, yang kebanyakan tidak membawa dokumen, dituntut bekerja dalam kondisi yang mengerikan di atas kapal-kapal nelayan China.
Menlu Retno menuntut penyelidikan setelah pembicaraan dengan Menlu Wang Yi.
"Saya menyampaikan kekhawatiran mendalam Pemerintah Indonesia tentang berbagai insiden yang menimpa awak kapal Indonesia di atas kapal nelayan China," katanya yang dilansir sejumlah media asing pada hari Jumat (31/7/2020).
"Secara khusus, kami mendesak pemerintah China untuk melakukan penyelidikan menyeluruh, diikuti dengan tindakan hukum, sehubungan dengan kematian, pembuangan jasad dan kondisi kerja yang tidak layak," lanjut diplomat top Indonesia tersebut.
Direktur Pelindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia di Kementerian Luar Negeri Indonesia, Judha Nugraha, seperti dilansir Express.co.uk, mengaku telah menerima informasi baru tentang empat pelaut yang tewas di dua kapal nelayan China pada Mei dan Juni. (Baca juga: Jasad ABK RI Dibuang ke Laut, China: Sesuai Praktik Internasional )
Judha mengatakan jasad-jasad ABK Indonesia itu telah dilarung di Laut China Selatan dan Samudra Hindia awal bulan Juli.
Perwakilan Indonesia di Singapura, Beijing dan Guangzhou telah meminta jenazah-jenazah ABK WNI dipulangkan ke Tanah Air. Melarung jasad di laut hanya boleh dilakukan ketika tidak ada pilihan lain.
"Kami sangat prihatin, meskipun praktik ini diizinkan di dunia maritim," kata Judha.
"Tapi ini harus menjadi pilihan terakhir ketika pemulangan (jenazah) tidak memungkinkan lagi," katanya lagi.
Duta Besar China untuk Indonesia, Xiao Qian, dilaporkan telah menghadiri sebuah pertemuan pada hari Selasa yang membahas nasib para ABK WNI.
(min)