Di Tengah Pandemi Covid-19, KBRI London Dorong Startup Inggris Investasi di Indonesia
loading...
A
A
A
LONDON - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) London mendorong perusahaan-perusahaan rintisan (startup) Inggris untuk berinvestasi di bidang ekonomi digital Indonesia. Ajakan investasi di tengah pandemi Covid-19 ini disampaikan Wakil Duta Besar (Dubes) RI di London, Adam M. Tugio, dalam webinar “Indonesia’s Digital Economy” yang berlangsung pada Rabu (29/7/2020).
Webinar diselenggarakan KBRI London yang bekerjasama dengan UK-ASEAN Business Council (UKABC) dan Indonesia Investment Promotion Center (IIPC) London dengan moderator Baroness Neville-Rolfe, Chair UKABC. Webinar diikuti 250 partisipan yang sebagian besar merupakan pelaku usaha ekonomi digital di Inggris, konsultan, pejabat pemerintah, akademisi dan lembaga think tank.
Adam mengatakan selain menjadi ajang promosi, webinar yang diselenggarakan kedutaan merupakan upaya untuk memberikan gambaran potensi Indonesia di sektor ekonomi digital dan diharapkan dapat meningkatkan appetite pelaku ekonomi digital Inggris untuk mengembangkan usahanya dan berinvestasi di pasar ekonomi digital Indonesia pasca-pandemi.
“Dengan pertumbuhan kelas menengah yang terus bertambah, pasar e-commerce Indonesia adalah ladang bisnis yang patut diperhitungkan termasuk buat investor di Inggris,” kata Deputi Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kemenkomarves, Odo R.M. Manuhutu dalam pidato kunci di webinar.
“Dengan pertumbuhan pengguna active smartphone, internet access dan internet user yang terus meningkat, pasar digital Indonesia diramalkan akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara,” lanjut Odo, sebagaimana disampaikan KBRI London dalam keterangan pers yang diterima SINDOnews.com. (Baca juga: Upaya Start Up Pemula Agar Bisa Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19 )
Foto/KBRI London
Indonesia memiliki lanskap digital yang sangat dinamis, di mana saat ini ada 175 juta orang yang aktif menggunakan internet dan 338 juta orang langganan seluler, serta pasar ekonomi digital diproyeksikan meningkat lebih dari 300 persen dibanding tahun 2019 yang berjumlah USD30 miliar menjadi USD130 miliar pada tahun 2025. Hal itu diperkuat oleh adanya empat startup berstatus unicorn dan satu perusahaan decacorn.
Sesi panel webinar Indonesia’s Digital Economy didahului paparan Berni Moestafa, VP Public Policy and Government Relation Gojek yang menjelaskan mengenai perkembangan dari awal bisnis Gojek di tahun 2010 dengan layanan call-centerhingga meluncurkan aplikasi dengan tiga layanan, yakni; GoRide, GoSend, dan GoMart di tahun 2015. Sejak saat itu, laju Gojek semakin cepat hingga menjadi decacorn di tahun 2019 yang melayani jutaan pengguna di Asia Tenggara, termasuk Singapura, Vietnam dan Thailand.
Menurut Berni, physical distancing dan contactless menjadi prinsip utama pengembangan bisnis model Gojek ke depan.
Dalam webinar ini, Astri Wahyuni, VP Public Policy and Government Relation Tokopedia, memaparkan peran Tokopedia dalam mengembangkan sektor ekonomi digital di Indonesia. Selama 11 tahun keberadaannya, kata Astri, Tokopedia telah menjadi sebuah ekosistem e-commerce terbesar di Indonesia.
Menurut Astri, penetrasi pasar e-commerce di Indonesia baru mencapai 5 persen, sehingga peluang pengembangan masih terbuka luas.
Sementara itu, Steven Marcelino, ASEAN Capital Market Lead Accenture UK, menyampaikan bahwa saat ini adalah masa emas bagi pelaku usaha di Inggris untuk berinvestasi di next digital economy giant. Indonesia pada saat ini tercatat berada di ranking 7 dengan jumlah unicorn dan decacorn terbanyak di dunia, melebihi Prancis dan Swiss. “Terdapat tiga hal penting agar investor ekonomi digital Inggris dapat masuk dan sukses di pasar Indonesia, yaitu; masuk langsung dari dalam, melakukan ‘lokalisasi’, dan memiliki mitra dalam negeri,” kata Steven.
Lihat Juga: Nasib Gembong Narkoba Mary Jane: Nyaris Dieksekusi di Era Jokowi, Dilepaskan di Era Prabowo
Webinar diselenggarakan KBRI London yang bekerjasama dengan UK-ASEAN Business Council (UKABC) dan Indonesia Investment Promotion Center (IIPC) London dengan moderator Baroness Neville-Rolfe, Chair UKABC. Webinar diikuti 250 partisipan yang sebagian besar merupakan pelaku usaha ekonomi digital di Inggris, konsultan, pejabat pemerintah, akademisi dan lembaga think tank.
Adam mengatakan selain menjadi ajang promosi, webinar yang diselenggarakan kedutaan merupakan upaya untuk memberikan gambaran potensi Indonesia di sektor ekonomi digital dan diharapkan dapat meningkatkan appetite pelaku ekonomi digital Inggris untuk mengembangkan usahanya dan berinvestasi di pasar ekonomi digital Indonesia pasca-pandemi.
“Dengan pertumbuhan kelas menengah yang terus bertambah, pasar e-commerce Indonesia adalah ladang bisnis yang patut diperhitungkan termasuk buat investor di Inggris,” kata Deputi Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kemenkomarves, Odo R.M. Manuhutu dalam pidato kunci di webinar.
“Dengan pertumbuhan pengguna active smartphone, internet access dan internet user yang terus meningkat, pasar digital Indonesia diramalkan akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara,” lanjut Odo, sebagaimana disampaikan KBRI London dalam keterangan pers yang diterima SINDOnews.com. (Baca juga: Upaya Start Up Pemula Agar Bisa Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19 )
Foto/KBRI London
Indonesia memiliki lanskap digital yang sangat dinamis, di mana saat ini ada 175 juta orang yang aktif menggunakan internet dan 338 juta orang langganan seluler, serta pasar ekonomi digital diproyeksikan meningkat lebih dari 300 persen dibanding tahun 2019 yang berjumlah USD30 miliar menjadi USD130 miliar pada tahun 2025. Hal itu diperkuat oleh adanya empat startup berstatus unicorn dan satu perusahaan decacorn.
Sesi panel webinar Indonesia’s Digital Economy didahului paparan Berni Moestafa, VP Public Policy and Government Relation Gojek yang menjelaskan mengenai perkembangan dari awal bisnis Gojek di tahun 2010 dengan layanan call-centerhingga meluncurkan aplikasi dengan tiga layanan, yakni; GoRide, GoSend, dan GoMart di tahun 2015. Sejak saat itu, laju Gojek semakin cepat hingga menjadi decacorn di tahun 2019 yang melayani jutaan pengguna di Asia Tenggara, termasuk Singapura, Vietnam dan Thailand.
Menurut Berni, physical distancing dan contactless menjadi prinsip utama pengembangan bisnis model Gojek ke depan.
Dalam webinar ini, Astri Wahyuni, VP Public Policy and Government Relation Tokopedia, memaparkan peran Tokopedia dalam mengembangkan sektor ekonomi digital di Indonesia. Selama 11 tahun keberadaannya, kata Astri, Tokopedia telah menjadi sebuah ekosistem e-commerce terbesar di Indonesia.
Menurut Astri, penetrasi pasar e-commerce di Indonesia baru mencapai 5 persen, sehingga peluang pengembangan masih terbuka luas.
Sementara itu, Steven Marcelino, ASEAN Capital Market Lead Accenture UK, menyampaikan bahwa saat ini adalah masa emas bagi pelaku usaha di Inggris untuk berinvestasi di next digital economy giant. Indonesia pada saat ini tercatat berada di ranking 7 dengan jumlah unicorn dan decacorn terbanyak di dunia, melebihi Prancis dan Swiss. “Terdapat tiga hal penting agar investor ekonomi digital Inggris dapat masuk dan sukses di pasar Indonesia, yaitu; masuk langsung dari dalam, melakukan ‘lokalisasi’, dan memiliki mitra dalam negeri,” kata Steven.
Lihat Juga: Nasib Gembong Narkoba Mary Jane: Nyaris Dieksekusi di Era Jokowi, Dilepaskan di Era Prabowo
(min)