Putus Asa Menderita PTSD, Eks Tentara Israel Tewas Bakar Diri
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Seorang mantan tentara Israel berusia 33 tahun tewas setelah membakar dirinya sendiri. Tindakan fatal itu dilakukan karena putus asa setelah Kementerian Pertahanan menolak permintaan status disabilitasnya, di mana dia menderita gangguan stres pasca-trauma (PTSD) terkait pengabdiannya.
Mantan prajurit Zionis tersebut, yang diidentifikasi sebagai Bar Kalaf, awalnya menderita luka parah dan segera dilarikan ke Pusat Medis Sheba di Tel Hashomer pada hari Selasa lalu.
Keluarganya menyalahkan kelalaian pemerintah Israel atas tindakan putus asa pria berusia 33 tahun itu.
Kalaf, yang bertugas di ketentaraan dari 2008 hingga 2011 dan berpartisipasi dalam serangan di Gaza yang dijuluki Operation Protective Edge sebagai tentara cadangan, telah mencari pengakuan untuk PTSD terkait dengan pengabdiannya.
Namun, Kementerian Pertahanan menolak pengajuannya, dengan menyatakan bahwa dia didiagnosis dengan "penyakit mental" yang tidak terkait langsung dengan tugas militernya.
Kementerian menegaskan, kasus Kalaf diperiksa secara menyeluruh sebelum keputusan diambil.
Menurut keluarga Kalaf, yang dikutip Middle East Monitor, Sabtu (5/8/2023), dia merasa sangat putus asa karena permohonan bantuannya tidak dijawab.
Keluarga mengeklaim bahwa komite medis yang bertanggung jawab untuk mengevaluasi permintaannya gagal melakukan pemeriksaan menyeluruh atas kondisinya, yang berujung pada penolakan status disabilitasnya.
Mereka mengkritik proses evaluasi singkat, menyatakan bahwa tidak cukup untuk menilai kompleksitas perjuangan kesehatan mental Kalaf.
Mantan prajurit Zionis tersebut, yang diidentifikasi sebagai Bar Kalaf, awalnya menderita luka parah dan segera dilarikan ke Pusat Medis Sheba di Tel Hashomer pada hari Selasa lalu.
Keluarganya menyalahkan kelalaian pemerintah Israel atas tindakan putus asa pria berusia 33 tahun itu.
Kalaf, yang bertugas di ketentaraan dari 2008 hingga 2011 dan berpartisipasi dalam serangan di Gaza yang dijuluki Operation Protective Edge sebagai tentara cadangan, telah mencari pengakuan untuk PTSD terkait dengan pengabdiannya.
Namun, Kementerian Pertahanan menolak pengajuannya, dengan menyatakan bahwa dia didiagnosis dengan "penyakit mental" yang tidak terkait langsung dengan tugas militernya.
Kementerian menegaskan, kasus Kalaf diperiksa secara menyeluruh sebelum keputusan diambil.
Menurut keluarga Kalaf, yang dikutip Middle East Monitor, Sabtu (5/8/2023), dia merasa sangat putus asa karena permohonan bantuannya tidak dijawab.
Keluarga mengeklaim bahwa komite medis yang bertanggung jawab untuk mengevaluasi permintaannya gagal melakukan pemeriksaan menyeluruh atas kondisinya, yang berujung pada penolakan status disabilitasnya.
Mereka mengkritik proses evaluasi singkat, menyatakan bahwa tidak cukup untuk menilai kompleksitas perjuangan kesehatan mental Kalaf.