Nilai Patriotisme Memudar, Veteran Militer AS Meminta Anggota Keluarganya Tidak Menjadi Tentara
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Kemunduran perekrutan militer Amerika Serikat (AS) dilaporkan telah meningkat karena para prajurit saat ini dan veteran perang menyarankan anggota keluarga mereka untuk tidak mendaftar.
Itu menjadi bukti melemahnya tradisi militer dalam multi-generasi yang secara historis menjadi sumber utama tentara baru negara itu.
Para veteran militer telah merekomendasikan agar orang yang dicintai tidak mengikuti jejak mereka. Selain itu, faktor pasar tenaga kerja yang ketat dan meningkatnya kekhawatiran akan gaji rendah, cedera yang melemahkan, bunuh diri, dan perang yang bimbang. Demikian dilaporkan Wall Street Journal (WSJ).
Krisis perekrutan militer AS juga muncul di tengah kontroversi mengenai prioritas Pentagon terhadap isu-isu sayap kiri, seperti transgenderisme dan teori ras kritis.
"Berakhirnya perang Afghanistan secara tiba-tiba pada Agustus 2021 menambah kekhawatiran beberapa tentara saat ini atau sebelumnya," ungkap veteran Angkatan Laut AS Catalina Gasper.
“Kami dibiarkan dengan perasaan memilukan, 'Untuk apa semua ini?'” kata Gasper, yang masih menderita cedera otak traumatis yang terjadi selama serangan Taliban di markasnya di Kabul. Dia bersumpah untuk melakukan semua yang dia bisa untuk memastikan anak-anaknya tidak pernah bergabung dengan militer. “Saya hanya tidak melihat bagaimana itu berkelanjutan jika mesin terus mengunyah dan memuntahkan anak muda kita," paparnya.
Demikian pula, perwira Angkatan Udara AS Ernest Nisperos memutuskan bahwa dia tidak ingin anak-anaknya bergabung dengan militer setelah menyadari kerugian yang ditimbulkan oleh penempatannya. Salah satu putrinya, Sky Nisperos, mengatakan bahwa setelah bertahun-tahun bermimpi mengikuti ayah dan kakeknya ke dinas militer, dia malah menjadi desainer grafis.
Satu peristiwa yang melekat di benaknya datang selama perjalanan keluarga tahun 2019 ke Disneyland setelah ayahnya kembali dari penugasan ke Afghanistan. Selama pertunjukan kembang api malam, dia meringkuk karena trauma sementara keluarganya menyaksikan pesta kembang api.
Itu menjadi bukti melemahnya tradisi militer dalam multi-generasi yang secara historis menjadi sumber utama tentara baru negara itu.
Para veteran militer telah merekomendasikan agar orang yang dicintai tidak mengikuti jejak mereka. Selain itu, faktor pasar tenaga kerja yang ketat dan meningkatnya kekhawatiran akan gaji rendah, cedera yang melemahkan, bunuh diri, dan perang yang bimbang. Demikian dilaporkan Wall Street Journal (WSJ).
Krisis perekrutan militer AS juga muncul di tengah kontroversi mengenai prioritas Pentagon terhadap isu-isu sayap kiri, seperti transgenderisme dan teori ras kritis.
"Berakhirnya perang Afghanistan secara tiba-tiba pada Agustus 2021 menambah kekhawatiran beberapa tentara saat ini atau sebelumnya," ungkap veteran Angkatan Laut AS Catalina Gasper.
“Kami dibiarkan dengan perasaan memilukan, 'Untuk apa semua ini?'” kata Gasper, yang masih menderita cedera otak traumatis yang terjadi selama serangan Taliban di markasnya di Kabul. Dia bersumpah untuk melakukan semua yang dia bisa untuk memastikan anak-anaknya tidak pernah bergabung dengan militer. “Saya hanya tidak melihat bagaimana itu berkelanjutan jika mesin terus mengunyah dan memuntahkan anak muda kita," paparnya.
Baca Juga
Demikian pula, perwira Angkatan Udara AS Ernest Nisperos memutuskan bahwa dia tidak ingin anak-anaknya bergabung dengan militer setelah menyadari kerugian yang ditimbulkan oleh penempatannya. Salah satu putrinya, Sky Nisperos, mengatakan bahwa setelah bertahun-tahun bermimpi mengikuti ayah dan kakeknya ke dinas militer, dia malah menjadi desainer grafis.
Satu peristiwa yang melekat di benaknya datang selama perjalanan keluarga tahun 2019 ke Disneyland setelah ayahnya kembali dari penugasan ke Afghanistan. Selama pertunjukan kembang api malam, dia meringkuk karena trauma sementara keluarganya menyaksikan pesta kembang api.