Ini Ancaman Terbesar Bagi Dunia Versi First Lady Suriah
loading...
A
A
A
MOSKOW - Ibu Negara Suriah Asma Assad mengunjungi Moskow, Rusia, minggu ini ketika putra sulungnya, Hafez, lulus dari Moscow State University (MSU). Hafez menerima diploma master dengan pujian di Fakultas Mekanika dan Matematika, dengan Asma menghadiri upacara tersebut.
Selama kunjungannya, ibu negara Suriah itu muncul di program Newsmaker RT Arabic, berbicara tentang masalah pertukaran budaya, hubungan dekat antara Suriah dan Rusia, serta tantangan yang dihadapi kedua negara.
Dikatakan oleh Asma bahwa kedua negara telah menghadapi masalah serupa selama beberapa dekade, keduanya menjadi sasaran tekanan asing yang meningkat, serta upaya terbuka blokade ekonomi dan upaya untuk membangun kendali atas mereka.
“Namun, tantangan universal dan skala besar bagi seluruh dunia adalah ancaman Neoliberalisme, yang dipaksakan pada semua orang. Tujuan utama dari hal ini tentu saja untuk mengaburkan bukan hanya identitas bangsa, tetapi identitas yang sangat manusiawi, juga seluruh unsur pembentuknya, seperti patriotisme, tradisi dan adat istiadat,” ujar Asma seperti dikutip dari Russia Today, Minggu (2/7/2023).
Nilai-nilai tradisional, kata ibu negara Suriah itu, lebih jauh lagi, dilestarikan dalam keluarga, yang seharusnya menjadi pilar untuk dialog antara pemuda di seluruh dunia.
"Itu secara khusus berlaku untuk masyarakat Timur kita, karena masyarakat itulah yang secara langsung terancam dan, pada saat yang sama, paling mampu menahan serangan ini karena budaya, moralitas, dan nilai-nilai yang mereka miliki,” tambahnya.
Ibu negara Suriah itu juga ditanya tentang perkembangan terbaru di Rusia, yaitu pemberontakan singkat baru-baru ini oleh PMC Grup Wagner, yang terjadi sesaat sebelum kunjungannya. Namun, Asma mengatakan pemberontakan itu tidak mempengaruhi tekadnya untuk mengunjungi Rusia sama sekali.
“Teman-teman Rusia mendukung kami tanpa ragu selama perang yang sedang berlangsung di negara kami. Oleh karena itu, kami juga tanpa ragu mendukung dan akan terus mendukung perjuangan teman-teman kami,” tegasnya.
Selama kunjungannya, ibu negara Suriah itu muncul di program Newsmaker RT Arabic, berbicara tentang masalah pertukaran budaya, hubungan dekat antara Suriah dan Rusia, serta tantangan yang dihadapi kedua negara.
Dikatakan oleh Asma bahwa kedua negara telah menghadapi masalah serupa selama beberapa dekade, keduanya menjadi sasaran tekanan asing yang meningkat, serta upaya terbuka blokade ekonomi dan upaya untuk membangun kendali atas mereka.
“Namun, tantangan universal dan skala besar bagi seluruh dunia adalah ancaman Neoliberalisme, yang dipaksakan pada semua orang. Tujuan utama dari hal ini tentu saja untuk mengaburkan bukan hanya identitas bangsa, tetapi identitas yang sangat manusiawi, juga seluruh unsur pembentuknya, seperti patriotisme, tradisi dan adat istiadat,” ujar Asma seperti dikutip dari Russia Today, Minggu (2/7/2023).
Nilai-nilai tradisional, kata ibu negara Suriah itu, lebih jauh lagi, dilestarikan dalam keluarga, yang seharusnya menjadi pilar untuk dialog antara pemuda di seluruh dunia.
"Itu secara khusus berlaku untuk masyarakat Timur kita, karena masyarakat itulah yang secara langsung terancam dan, pada saat yang sama, paling mampu menahan serangan ini karena budaya, moralitas, dan nilai-nilai yang mereka miliki,” tambahnya.
Ibu negara Suriah itu juga ditanya tentang perkembangan terbaru di Rusia, yaitu pemberontakan singkat baru-baru ini oleh PMC Grup Wagner, yang terjadi sesaat sebelum kunjungannya. Namun, Asma mengatakan pemberontakan itu tidak mempengaruhi tekadnya untuk mengunjungi Rusia sama sekali.
“Teman-teman Rusia mendukung kami tanpa ragu selama perang yang sedang berlangsung di negara kami. Oleh karena itu, kami juga tanpa ragu mendukung dan akan terus mendukung perjuangan teman-teman kami,” tegasnya.
(ian)