Pakar Sindir Pemimpin Barat: Prediksi Runtuhnya Rusia Tidak Tahu Sejarah

Sabtu, 17 Juni 2023 - 07:00 WIB
loading...
Pakar Sindir Pemimpin Barat: Prediksi Runtuhnya Rusia Tidak Tahu Sejarah
Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara di Forum Ekonomi Internasional St Petersburg pada Jumat (16/6/2023). Foto/sputnik
A A A
MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin menjelaskan dinamika global yang bergerak menuju tatanan multipolar dan menjauh dari tatanan yang didominasi Eropa dan Amerika Serikat (AS).

Pemimpin Rusia itu berbicara di Forum Ekonomi Internasional St Petersburg pada Jumat (16/6/2023), mencatat sanksi Barat, yang dimaksudkan untuk mencekik ekonomi Rusia, malah mempercepat proses desentralisasi Barat dan mendorong hubungan baru antara Rusia dan mitra di Afrika dan Asia.

Dia juga menunjuk pada peningkatan perdagangan dalam rubel dan yuan, meskipun dia memperingatkan Rusia tidak pernah bermaksud untuk "mengurangi dolar" pada ekonominya.

Profesor Joe Siracusa, ilmuwan politik dan dekan Global Futures di Curtin University di Australia Barat, mengatakan kepada Sputnik pada Jumat bahwa, “Putin hanya mencatat apa yang sudah menjadi kenyataan.”

“Dunia telah hancur, dengan BRICS dan Perjanjian Kerjasama Shanghai, dan kita mendapatkan kelompok Barat. Dunia dipecah menjadi lembaga multi-kutub. Saya pikir itu pernyataan yang sangat bagus,” ujar Siracusa.

Dia menjelaskan, "Ini tidak seperti akan terjadi, itu telah terjadi, dan Rusia telah bergabung dalam pertunjukan."

Siracusa mencatat, "Orang-orang berpakaian sangat bagus dari seluruh dunia, pria dan wanita di sana di SPIEF, dengan menyatakan kepada saya bahwa sanksi yang dipimpin Amerika terhadap Rusia adalah kegagalan total."

“Putin benar-benar meninggalkan sanksi untuk mati malam ini dan membuatnya terlihat konyol, apa yang coba dilakukan oleh Barat. Pada saat yang sama, dia tidak memiliki banyak kedengkian dalam suaranya, dia mengundang perusahaan Barat, transnasional untuk kembali ke Rusia tanpa penalti. Itu sangat murah hati,” tutur dia.

“Multipolaritas adalah kondisi alami dunia,” ungkap Paolo Raffone, analis strategis dan direktur Yayasan CIPI di Brussels, Belgia.

Baca juga: Putin: Senjata Nuklir Kami Lebih Banyak dari NATO
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1532 seconds (0.1#10.140)