Vladimir Putin: Rusia Harus Perhitungkan Senjata Nuklir NATO
loading...
A
A
A
MOSKOW - Presiden Vladimir Putin mengatakan Rusia menangguhkan partisipasinya dalam Perjanjian New START tidak hanya karena kemampuan senjata nuklir Amerika Serikat (AS) tetapi juga negara-negara NATO lainnya.
Seperti yang telah dia sampaikan berulang kali selama perang Rusia di Ukraina, Putin mengeklaim Rusia menghadapi ancaman eksistensial. Sebab, dalam pandangannya, anggota NATO mencari "kekalahan strategis" dari Moskow.
Putin mengumumkan pada Selasa pekan lalu bahwa Moskow menangguhkan partisipasinya dalam inspeksi hulu ledak nuklir dan rudal strategis yang diamanatkan dalam Perjanjian New START 2010 antara Rusia dan AS.
Dalam wawancara yang dijadwalkan tayang di saluran televisi pemerintah, Russia 1, setelah peringatan satu tahun invasi Rusia ke Ukraina, dia mengatakan pernyataannya berasal dari kebutuhan untuk "menjamin keamanan, stabilitas strategis" untuk Rusia.
“Ketika semua negara NATO terkemuka telah menyatakan tujuan utama mereka sebagai menimbulkan kekalahan strategis pada kita...bagaimana kita bisa mengabaikan kemampuan nuklir mereka dalam kondisi seperti ini?” tanya Putin dalam wawancara tersebut, yang dilansir Global News, Senin (27/2/2023).
Setahun yang lalu Putin berargumen bahwa tujuan utamanya dalam menginvasi Ukraina adalah untuk mengurangi apa yang dianggapnya sebagai ancaman terhadap keamanan Rusia.
Kadang-kadang selama konflik, dia menyebut dugaan ancaman itu sebagai pembenaran untuk kemungkinan penggunaan senjata nuklir di Ukraina.
Ketika bantuan militer Barat mengalir ke negara yang diinvasi, pemimpin Rusia dan menteri luar negerinya menggambarkan perang itu sebagai pertarungan de facto antara Rusia dengan bukan hanya Ukraina tetapi juga NATO.
Sekutu Barat-nya Ukraina telah menekankan bahwa mereka ingin menghindari menjadi pihak yang berperang langsung dalam perang tersebut sambil memperlengkapi Kiev untuk mempertahankan diri dan merebut kembali wilayah yang direbut Rusia.
Seperti yang telah dia sampaikan berulang kali selama perang Rusia di Ukraina, Putin mengeklaim Rusia menghadapi ancaman eksistensial. Sebab, dalam pandangannya, anggota NATO mencari "kekalahan strategis" dari Moskow.
Putin mengumumkan pada Selasa pekan lalu bahwa Moskow menangguhkan partisipasinya dalam inspeksi hulu ledak nuklir dan rudal strategis yang diamanatkan dalam Perjanjian New START 2010 antara Rusia dan AS.
Dalam wawancara yang dijadwalkan tayang di saluran televisi pemerintah, Russia 1, setelah peringatan satu tahun invasi Rusia ke Ukraina, dia mengatakan pernyataannya berasal dari kebutuhan untuk "menjamin keamanan, stabilitas strategis" untuk Rusia.
“Ketika semua negara NATO terkemuka telah menyatakan tujuan utama mereka sebagai menimbulkan kekalahan strategis pada kita...bagaimana kita bisa mengabaikan kemampuan nuklir mereka dalam kondisi seperti ini?” tanya Putin dalam wawancara tersebut, yang dilansir Global News, Senin (27/2/2023).
Setahun yang lalu Putin berargumen bahwa tujuan utamanya dalam menginvasi Ukraina adalah untuk mengurangi apa yang dianggapnya sebagai ancaman terhadap keamanan Rusia.
Kadang-kadang selama konflik, dia menyebut dugaan ancaman itu sebagai pembenaran untuk kemungkinan penggunaan senjata nuklir di Ukraina.
Ketika bantuan militer Barat mengalir ke negara yang diinvasi, pemimpin Rusia dan menteri luar negerinya menggambarkan perang itu sebagai pertarungan de facto antara Rusia dengan bukan hanya Ukraina tetapi juga NATO.
Sekutu Barat-nya Ukraina telah menekankan bahwa mereka ingin menghindari menjadi pihak yang berperang langsung dalam perang tersebut sambil memperlengkapi Kiev untuk mempertahankan diri dan merebut kembali wilayah yang direbut Rusia.