China Tolak Kutuk Invasi Rusia ke Ukraina, G20 Berakhir Deadlock
loading...
A
A
A
NEW DELHI - Para menteri keuangan dari negara dengan ekonomi terbesar dunia, G20 , gagal menyepakati pernyataan penutupan setelah melakukan pertemuan di India . Itu terjadi setelah China menolak mengutuk invasi Rusia ke Ukraina.
China menolak untuk menerima bagian dari pernyataan G20 yang menyesalkan agresi Rusia "dalam istilah terkuat".
Itu terjadi setelah China minggu ini menerbitkan rencana untuk mengakhiri konflik yang dipandang oleh beberapa pihak sebagai pro-Rusia.
India, yang menjadi tuan rumah pembicaraan G20 minggu ini di kota selatan Bengaluru, mengeluarkan ringkasan dari pertemuan tersebut, mencatat ada penilaian berbeda tentang situasi di Ukraina, dan tentang sanksi yang dikenakan pada Rusia.
Sebuah catatan kaki mengatakan bahwa dua paragraf yang merangkum perang itu "disetujui oleh semua negara anggota kecuali Rusia dan China". Paragraf tersebut diadaptasi dari Deklarasi Pemimpin G20 di Bali pada bulan November lalu, dan mengkritik dalam istilah terkuat agresi oleh Federasi Rusia terhadap Ukraina.
Setelah pertemuan G20, Ajay Seth, seorang pejabat senior India, mengatakan dalam konferensi pers bahwa perwakilan Rusia dan China tidak menyetujui kata-kata di Ukraina karena mandat mereka adalah menangani masalah ekonomi dan keuangan.
"Di sisi lain, 18 negara lainnya merasa bahwa perang telah berimplikasi pada ekonomi global" dan perlu disebutkan," tambahnya seperti dilansir dari BBC, Minggu (26/2/2023).
Setelah mengambil peran yang tidak menonjol sejak invasi setahun lalu, Beijing telah meningkatkan upaya diplomasi seputar konflik dalam beberapa pekan terakhir. Diplomat utamanya Wang Yi berkeliling Eropa minggu ini, dengan puncaknya sambutan hangat dari Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow.
China juga minggu ini menerbitkan rencana 12 poin untuk mengakhiri perang di Ukraina, di mana Beijing menyerukan pembicaraan damai dan menghormati kedaulatan nasional. Namun, dokumen 12 poin tersebut tidak secara khusus mengatakan bahwa Rusia harus menarik pasukannya dari Ukraina, dan tidak mengutuk invasi Rusia.
China menolak untuk menerima bagian dari pernyataan G20 yang menyesalkan agresi Rusia "dalam istilah terkuat".
Itu terjadi setelah China minggu ini menerbitkan rencana untuk mengakhiri konflik yang dipandang oleh beberapa pihak sebagai pro-Rusia.
India, yang menjadi tuan rumah pembicaraan G20 minggu ini di kota selatan Bengaluru, mengeluarkan ringkasan dari pertemuan tersebut, mencatat ada penilaian berbeda tentang situasi di Ukraina, dan tentang sanksi yang dikenakan pada Rusia.
Sebuah catatan kaki mengatakan bahwa dua paragraf yang merangkum perang itu "disetujui oleh semua negara anggota kecuali Rusia dan China". Paragraf tersebut diadaptasi dari Deklarasi Pemimpin G20 di Bali pada bulan November lalu, dan mengkritik dalam istilah terkuat agresi oleh Federasi Rusia terhadap Ukraina.
Setelah pertemuan G20, Ajay Seth, seorang pejabat senior India, mengatakan dalam konferensi pers bahwa perwakilan Rusia dan China tidak menyetujui kata-kata di Ukraina karena mandat mereka adalah menangani masalah ekonomi dan keuangan.
"Di sisi lain, 18 negara lainnya merasa bahwa perang telah berimplikasi pada ekonomi global" dan perlu disebutkan," tambahnya seperti dilansir dari BBC, Minggu (26/2/2023).
Setelah mengambil peran yang tidak menonjol sejak invasi setahun lalu, Beijing telah meningkatkan upaya diplomasi seputar konflik dalam beberapa pekan terakhir. Diplomat utamanya Wang Yi berkeliling Eropa minggu ini, dengan puncaknya sambutan hangat dari Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow.
China juga minggu ini menerbitkan rencana 12 poin untuk mengakhiri perang di Ukraina, di mana Beijing menyerukan pembicaraan damai dan menghormati kedaulatan nasional. Namun, dokumen 12 poin tersebut tidak secara khusus mengatakan bahwa Rusia harus menarik pasukannya dari Ukraina, dan tidak mengutuk invasi Rusia.