Panglima Militer Ukraina: Rusia Berhasil Beradaptasi dengan Sistem HIMARS AS
Sabtu, 17 Desember 2022 - 01:46 WIB
KIEV - Panglima militer Ukraina Jenderal Valeriy Zaluzhnyi mengatakan Rusia berhasil menyesuaikan taktiknya di medan perang. Menurutnya, Moskow juga telah beradaptasi dengan persenjataan yang dipasok Barat, termasuk sistem roket canggih HIMARS buatan Amerika Serikat (AS).
Pernyataan jenderal tertinggi militer Kiev itu disampaikan dalam wawancara dengan The Economist, yang dikutip Russia Today, Jumat (16/12/2022).
"Mobilisasi Rusia telah berhasil. Tidak benar bahwa masalah mereka begitu parah sehingga orang-orang ini tidak akan berperang. Mereka akan melakukannya. Seorang tsar menyuruh mereka berperang, dan mereka pergi berperang," kata Zaluzhnyi.
"Sementara tentara Rusia mungkin tidak dilengkapi dengan baik, mereka masih menghadirkan masalah bagi kami," ujarnya.
Jenderal Zaluzhnyi bahkan tidak ragu Moskow akan mencoba dorongan baru menuju Ibu Kota Ukraina, Kiev.
Menurutnya, militer Rusia telah mengubah taktiknya dalam perang yang sedang berlangsung, menyesuaikan dengan persenjataan yang digunakan untuk melawannya.
“Mereka telah pergi ke jarak yang tidak bisa dijangkau oleh HIMARS. Dan kami tidak memiliki jarak yang lebih jauh,” paparnya, menggemakan tuntutan berulang dari Kiev kepada pendukung Barat-nya untuk memasoknya dengan amunisi jarak jauh.
Panglima militer tidak merinci ke mana tepatnya pasukan Moskow pergi untuk berada di luar jangkauan sistem HIMARS.
Komandan tersebut juga mengeluhkan serangan rudal yang diluncurkan oleh Moskow terhadap infrastruktur kritis Ukraina.
Namun, pada saat yang sama, dia mengeklaim pertahanan udara Ukraina telah menunjukkan rasio intersepsi yang sangat tinggi.
“Sekarang kami memiliki rasio 0,76 [menjatuhkan rudal]. Rusia menggunakan koefisien kemanjuran 0,76 ini ketika mereka merencanakan serangan mereka. Ini berarti bahwa alih-alih 76 rudal, mereka meluncurkan 100. Dan 24 melewati dan mencapai target mereka. Dan apa yang dilakukan dua rudal ke pembangkit listrik? Itu tidak akan berfungsi selama dua tahun. Jadi harus dibangun," papar Zaluzhnyi.
Pengeboman besar-besaran terhadap infrastruktur Ukraina terjadi setelah serangan terhadap Jembatan Crimea, yang menurut Moskow didalangi dinas intelijen Kiev.
Jenderal Zaluzhnyi mengatakan serangan besar itu telah membuat sistem energi Ukraina berada di ujung tanduk, dan keruntuhannya akan memakan banyak korban juga pada pasukan Kiev.
“Menurut pendapat pribadi saya, saya bukan ahli energi tetapi bagi saya tampaknya kami berada di ujung tanduk. Kami menyeimbangkan garis yang tipis. Dan jika [jaringan listrik] dihancurkan...saat itulah istri dan anak-anak tentara mulai membeku. Dan skenario seperti itu mungkin terjadi. Suasana hati seperti apa yang akan dialami para pejuang, dapatkah Anda bayangkan? Tanpa air, cahaya, dan panas, dapatkah kita berbicara tentang menyiapkan cadangan untuk terus berperang?" tanya Zaluzhnyi.
Kendati demikian, kata dia, orang-orang Ukraina siap untuk melanjutkan pertempuran.
Zaluzhnyi menambahkan bahwa dia teguh dalam keyakinan agama bahwa Rusia dan musuh lainnya harus dibunuh. "Dibunuh saja, dan yang paling penting, kita tidak perlu takut untuk melakukannya," katanya.
Pernyataan jenderal tertinggi militer Kiev itu disampaikan dalam wawancara dengan The Economist, yang dikutip Russia Today, Jumat (16/12/2022).
"Mobilisasi Rusia telah berhasil. Tidak benar bahwa masalah mereka begitu parah sehingga orang-orang ini tidak akan berperang. Mereka akan melakukannya. Seorang tsar menyuruh mereka berperang, dan mereka pergi berperang," kata Zaluzhnyi.
"Sementara tentara Rusia mungkin tidak dilengkapi dengan baik, mereka masih menghadirkan masalah bagi kami," ujarnya.
Jenderal Zaluzhnyi bahkan tidak ragu Moskow akan mencoba dorongan baru menuju Ibu Kota Ukraina, Kiev.
Menurutnya, militer Rusia telah mengubah taktiknya dalam perang yang sedang berlangsung, menyesuaikan dengan persenjataan yang digunakan untuk melawannya.
“Mereka telah pergi ke jarak yang tidak bisa dijangkau oleh HIMARS. Dan kami tidak memiliki jarak yang lebih jauh,” paparnya, menggemakan tuntutan berulang dari Kiev kepada pendukung Barat-nya untuk memasoknya dengan amunisi jarak jauh.
Panglima militer tidak merinci ke mana tepatnya pasukan Moskow pergi untuk berada di luar jangkauan sistem HIMARS.
Komandan tersebut juga mengeluhkan serangan rudal yang diluncurkan oleh Moskow terhadap infrastruktur kritis Ukraina.
Namun, pada saat yang sama, dia mengeklaim pertahanan udara Ukraina telah menunjukkan rasio intersepsi yang sangat tinggi.
“Sekarang kami memiliki rasio 0,76 [menjatuhkan rudal]. Rusia menggunakan koefisien kemanjuran 0,76 ini ketika mereka merencanakan serangan mereka. Ini berarti bahwa alih-alih 76 rudal, mereka meluncurkan 100. Dan 24 melewati dan mencapai target mereka. Dan apa yang dilakukan dua rudal ke pembangkit listrik? Itu tidak akan berfungsi selama dua tahun. Jadi harus dibangun," papar Zaluzhnyi.
Pengeboman besar-besaran terhadap infrastruktur Ukraina terjadi setelah serangan terhadap Jembatan Crimea, yang menurut Moskow didalangi dinas intelijen Kiev.
Jenderal Zaluzhnyi mengatakan serangan besar itu telah membuat sistem energi Ukraina berada di ujung tanduk, dan keruntuhannya akan memakan banyak korban juga pada pasukan Kiev.
“Menurut pendapat pribadi saya, saya bukan ahli energi tetapi bagi saya tampaknya kami berada di ujung tanduk. Kami menyeimbangkan garis yang tipis. Dan jika [jaringan listrik] dihancurkan...saat itulah istri dan anak-anak tentara mulai membeku. Dan skenario seperti itu mungkin terjadi. Suasana hati seperti apa yang akan dialami para pejuang, dapatkah Anda bayangkan? Tanpa air, cahaya, dan panas, dapatkah kita berbicara tentang menyiapkan cadangan untuk terus berperang?" tanya Zaluzhnyi.
Kendati demikian, kata dia, orang-orang Ukraina siap untuk melanjutkan pertempuran.
Zaluzhnyi menambahkan bahwa dia teguh dalam keyakinan agama bahwa Rusia dan musuh lainnya harus dibunuh. "Dibunuh saja, dan yang paling penting, kita tidak perlu takut untuk melakukannya," katanya.
(min)
tulis komentar anda