Aneksasi Tepi Barat, Palestina Minta ICC Selidiki Trump dan Netanyahu
Selasa, 30 Juni 2020 - 21:58 WIB
THE HAGUE - Sekelompok warga Palestina dari Tepi Barat yang diduduki mengajukan pengaduan ke Pengadilan Kriminal Internasional (ICC). Mereka meminta penyelidikan terhadap pejabat senior Israel dan Amerika Serikat (AS) yang mengesahkan rencana Perdamaian untuk Kemakmuran Donald Trump .
Seorang profesor hukum internasional di Universitas Middlesex Inggris, William Schabas, mengajukan pengaduan atas nama kliennya mengutip rencana Israel untuk secara sepihak dan secara ilegal mencaplok sepertiga wilayah Tepi Barat, sebuah skema yang mendapatkan daya tarik setelah rencana perdamaian Trump diluncurkan pada Januari.
Schabas meminta jaksa ICC untuk menyelidiki tindakan Presiden AS Donald Trump, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dan Jared Kushner, menantu Trump dan arsitek skema yang biasa dikenal sebagai "kesepakatan abad ini".
"Ada bukti yang dapat dipercaya bahwa Trump, Pompeo dan Kushner terlibat dalam tindakan yang mungkin sama dengan kejahatan perang terkait dengan perpindahan penduduk ke wilayah yang diduduki dan aneksasi wilayah berdaulat Negara Palestina,” kata Schabas dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Middle East Eye, Selasa (30/6/2020).
Schabas mewakili empat warga Palestina dari Tepi Barat yaitu Ahmad al-Khaldi, Gassan Khaled, Hasan M Masan dan Abderrahman F Zaidan, secara langsung dipengaruhi oleh rencana Trump.
Di bawah skema Perdamaian untuk Kemakmuran, sebuah negara Palestina merdeka yang terputus-putus akan didirikan di Tepi Barat dan Jalur Gaza melalui pertukaran tanah dan aneksasi Israel. Ini akan membuat wilayah Palestina menjadi wilayah kepulauan yang disatukan melalui serangkaian terowongan dan jembatan, tanpa kontrol perbatasannya sendiri.
Namun, unsur-unsur pemerintah Israel tampaknya ingin terus maju dengan aneksasi dengan atau tanpa koordinasi AS, dan rencananya dapat diungkapkan pada hari Rabu esok. Washington mungkin masih memberikan restu publik untuk langkah seperti itu, meskipun itu diambil tanpa bergerak menuju pembentukan negara Palestina sebagaimana diuraikan dalam rencana Perdamaian untuk Kesejahteraan.
"Aneksasi bagian dari Tepi Barat oleh Israel adalah kejahatan internasional yang didefinisikan dalam Pengadilan Kriminal Internasional Statuta Roma. Ini sangat terkait dengan kejahatan perang karena mengubah populasi wilayah yang diduduki," jelas Schabas.
Upaya untuk menyelidiki Israel di ICC sebelumnya sangat sengit.
Seorang profesor hukum internasional di Universitas Middlesex Inggris, William Schabas, mengajukan pengaduan atas nama kliennya mengutip rencana Israel untuk secara sepihak dan secara ilegal mencaplok sepertiga wilayah Tepi Barat, sebuah skema yang mendapatkan daya tarik setelah rencana perdamaian Trump diluncurkan pada Januari.
Schabas meminta jaksa ICC untuk menyelidiki tindakan Presiden AS Donald Trump, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dan Jared Kushner, menantu Trump dan arsitek skema yang biasa dikenal sebagai "kesepakatan abad ini".
"Ada bukti yang dapat dipercaya bahwa Trump, Pompeo dan Kushner terlibat dalam tindakan yang mungkin sama dengan kejahatan perang terkait dengan perpindahan penduduk ke wilayah yang diduduki dan aneksasi wilayah berdaulat Negara Palestina,” kata Schabas dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Middle East Eye, Selasa (30/6/2020).
Schabas mewakili empat warga Palestina dari Tepi Barat yaitu Ahmad al-Khaldi, Gassan Khaled, Hasan M Masan dan Abderrahman F Zaidan, secara langsung dipengaruhi oleh rencana Trump.
Di bawah skema Perdamaian untuk Kemakmuran, sebuah negara Palestina merdeka yang terputus-putus akan didirikan di Tepi Barat dan Jalur Gaza melalui pertukaran tanah dan aneksasi Israel. Ini akan membuat wilayah Palestina menjadi wilayah kepulauan yang disatukan melalui serangkaian terowongan dan jembatan, tanpa kontrol perbatasannya sendiri.
Namun, unsur-unsur pemerintah Israel tampaknya ingin terus maju dengan aneksasi dengan atau tanpa koordinasi AS, dan rencananya dapat diungkapkan pada hari Rabu esok. Washington mungkin masih memberikan restu publik untuk langkah seperti itu, meskipun itu diambil tanpa bergerak menuju pembentukan negara Palestina sebagaimana diuraikan dalam rencana Perdamaian untuk Kesejahteraan.
"Aneksasi bagian dari Tepi Barat oleh Israel adalah kejahatan internasional yang didefinisikan dalam Pengadilan Kriminal Internasional Statuta Roma. Ini sangat terkait dengan kejahatan perang karena mengubah populasi wilayah yang diduduki," jelas Schabas.
Upaya untuk menyelidiki Israel di ICC sebelumnya sangat sengit.
tulis komentar anda