Profesor Ini Dukung Pembunuhan Salman Rushdie karena Dianggap Menghina Nabi Muhammad
Senin, 15 Agustus 2022 - 09:35 WIB
WASHINGTON - Seorang profesor studi Islam di Oberlin College, Ohio, Amerika Serikat (AS), mendukung kampanye untuk membunuh Salman Rushdie sang novelis "The Satanic Verses" atau "Ayat-Ayat Setan". Alasannya, novelnya itu telah menghina Nabi Muhammad SAW.
Rushdie ditikam berkali-kali di leher dan dada oleh pria bernama Hadi Matar (24) di atas panggung acara sastra di Chautauqua, New York, pada Jumat pekan lalu.
Rushdie—penulis asal India tapi telah menjadi warga negara Inggris—sempat menggunakan ventilator, namun pihak keluarga, seperti dikutip Reuters, Senin (15/8/2022), mengonfirmasi bahwa ventilator sudah dilepas dan novelis tersebut sudah bisa mengucapkan beberapa patah kata.
Menurut pejabat penegak hukum AS, jejak media sosial Hadi Matar menunjukkan bahwa dia adalah penggemar Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, sebuah organisasi yang dimasukkan dalam daftar kelompok teroris oleh AS.
Profesor yang mendukung upaya pembunuhan Rushdie tersebut adalah Mohammad Jafar Mahallati. Dia adalah mantan diplomat Iran.
Ketika ditanya tentang fatwa mati untuk Rushdie yang dikeluarkan pemimpin revolusi Iran Ayatollah Ruhollah Khomeini saat itu, menurut laporan Reuterstahun 1989, Mahallati menjawab: "Saya pikir semua negara Islam setuju dengan Iran. Semua negara dan negara Islam setuju dengan Iran bahwa pernyataan penistaan terhadap tokoh-tokoh suci harus dikutuk.”
"Saya pikir jika negara-negara Barat benar-benar percaya dan menghormati kebebasan berbicara, oleh karena itu mereka juga harus menghormati kebebasan berbicara kami," ujarnya.
"Kami tentu menggunakan hak itu untuk mengekspresikan diri kami, keyakinan agama kami, dalam kasus pernyataan penistaan apa pun terhadap tokoh-tokoh Islam yang suci.”
Rushdie ditikam berkali-kali di leher dan dada oleh pria bernama Hadi Matar (24) di atas panggung acara sastra di Chautauqua, New York, pada Jumat pekan lalu.
Rushdie—penulis asal India tapi telah menjadi warga negara Inggris—sempat menggunakan ventilator, namun pihak keluarga, seperti dikutip Reuters, Senin (15/8/2022), mengonfirmasi bahwa ventilator sudah dilepas dan novelis tersebut sudah bisa mengucapkan beberapa patah kata.
Menurut pejabat penegak hukum AS, jejak media sosial Hadi Matar menunjukkan bahwa dia adalah penggemar Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, sebuah organisasi yang dimasukkan dalam daftar kelompok teroris oleh AS.
Profesor yang mendukung upaya pembunuhan Rushdie tersebut adalah Mohammad Jafar Mahallati. Dia adalah mantan diplomat Iran.
Ketika ditanya tentang fatwa mati untuk Rushdie yang dikeluarkan pemimpin revolusi Iran Ayatollah Ruhollah Khomeini saat itu, menurut laporan Reuterstahun 1989, Mahallati menjawab: "Saya pikir semua negara Islam setuju dengan Iran. Semua negara dan negara Islam setuju dengan Iran bahwa pernyataan penistaan terhadap tokoh-tokoh suci harus dikutuk.”
"Saya pikir jika negara-negara Barat benar-benar percaya dan menghormati kebebasan berbicara, oleh karena itu mereka juga harus menghormati kebebasan berbicara kami," ujarnya.
"Kami tentu menggunakan hak itu untuk mengekspresikan diri kami, keyakinan agama kami, dalam kasus pernyataan penistaan apa pun terhadap tokoh-tokoh Islam yang suci.”
tulis komentar anda