Perusahaan Asing Tinggalkan Rusia, Putin: Terima Kasih Tuhan

Jum'at, 27 Mei 2022 - 06:05 WIB
Perusahaan Asing Tinggalkan Rusia, Putin: Terima Kasih Tuhan. FOTO/Reuters
MOSKOW - Presiden Vladimir Putin mengatakan pada Kamis (26/5/2022), bahwa dia senang beberapa perusahaan asing telah meninggalkan Rusia karena bisnis dalam negeri dapat menggantikan mereka. Dia memperingatkan Barat, bahwa Moskow masih akan menemukan cara untuk memperoleh teknologi canggih dan barang-barang mewah.

Sejak perang, sejumlah investor asing utama - mulai dari BP hingga McDonald's Corp - telah keluar, tepat ketika ekonomi Rusia menghadapi kontraksi terburuk sejak tahun-tahun setelah gejolak keruntuhan Soviet.



"Kadang-kadang ketika Anda melihat mereka yang pergi - terima kasih Tuhan, mungkin? Kami akan menempati ceruk mereka: bisnis kami, produksi kami - itu telah berkembang, dan itu akan dengan aman duduk di tanah yang disiapkan oleh mitra kami," kata Putin, seperti dikutip dari Reuters.

Berbicara melalui tautan video kepada para pemimpin negara-negara bekas Soviet, Putin menyindir bahwa kemewahan seperti Mercedes yang disukai oleh para bandit dalam kekacauan pasca-Soviet Rusia masih akan tersedia, meskipun ia mengakui bahwa mereka mungkin sedikit lebih mahal.



"Ini akan sedikit lebih mahal bagi mereka, tetapi ini adalah orang-orang yang sudah mengendarai Mercedes 600 dan mereka masih akan melakukannya. Saya dapat meyakinkan Anda bahwa mereka akan membawanya dari mana saja, dari negara mana pun," lanjutnya.



Putin mengatakan Rusia masih membutuhkan akses ke teknologi maju dari ekonomi maju. "Kami tidak akan memisahkan diri dari ini - mereka ingin memeras kami sedikit, tetapi di dunia modern ini sama sekali tidak realistis, tidak mungkin," jelas Putin.

Dia tidak merinci bagaimana Rusia akan menemukan cara untuk mempertahankan akses ke komponen dan perangkat lunak barat. Putin juga berjanji bahwa upaya Barat untuk mengisolasi Rusia akan gagal, dengan mengatakan ekonomi maju sedang bergulat dengan spiral inflasi, rantai pasokan yang rusak dan krisis pangan tepat ketika pusat kekuatan ekonomi global telah pindah ke Asia.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More