Tak Sabar Ingin Menang, Putin Disebut Ambil Kendali Invasi Rusia ke Ukraina
Selasa, 03 Mei 2022 - 06:13 WIB
KIEV - Presiden Vladimir Putin dilaporkan telah mengambil alih kendali penuh atas invasi Rusia ke Ukraina . Dia disebut sudah tidak sabar menginginkan kemenangan perang karena peringatan Hari Kemenangan 9 Mei semakin dekat.
Hari Kemenangan 9 Mei dirayakan setiap tahun oleh Rusia untuk menandai hari kemenangan perang Uni Soviet atas Nazi Jerman pada tahun 1945 di akhir Perang Dunia II. Pada tanggal itu, Putin menetapkannya sebagai hari libur nasional untuk memuliakan Rusia.
Laporan perihal Putin mengambil alih kendali penuh atas invasi tersebut berasal dari sumber senior Uni Eropa yang berbicara kepada Mujtaba Rahman, direktur pelaksana di Eurasia Group.
Sebelum ini, Jenderal Aleksandr Dvornikov disebut-disebut sebagai pemegang komando invasi Rusia ke Ukraina. Namun, Kremlin maupun militer Moskow tidak pernah mengonfirmasi siapa pucuk kepemimpinan lapangan atas perangnya.
Laporan itu menyebutkan bahwa Putin, yang telah berusia 69 tahun, telah memerintahkan para jenderalnya yang lelah berperang untuk merebut kota Kryvyi Rih, kota tempat kelahiran Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Keberhasilan simbolis seperti itu dapat dimasukkan ke dalam mesin propaganda Kremlin, menutupi kampanye militer yang oleh media-media Barat digambarkan "gagap".
Perang antara pasukan Rusia melawan pasukan Ukraina telah berlarut-larut sejak dimulai 24 Februari. Peralatan tempur Moskow dipaksa menghadapi pertahanan Ukraina yang didukung senjata modern dari negara-negara NATO, terutama dari Amerika Serikat (AS).
Pasukan Moskow telah mundur dari Ibu Kota Ukraina, Kiev, dengan dalih hanya ingin berfokus pada wilayah Ukraina timur untuk membebaskan wilayah Donbass.
"Putin sekarang mengambil kendali konflik dari hari ke hari," kata sumber senior Uni Eropa kepada Mujtaba Rahman, yang dilansir Daily Express, Selasa (3/5/2022).
Target utama barunya, katanya, Kryvyi Rih. Itu adalah adalah kota terbesar kedua di Ukraina berdasarkan wilayah dengan populasi sekitar satu juta jiwa.
Pengguna media sosial "UOI", yang sering menjadi komentator pada peristiwa di Ukraina, menulis: "Putin menuntut agar Dvornikov mengambil Kryvyi Rih, tanah kelahiran Zelensky, pada 9 Mei."
"Kami diberitahu dari intersepsi komunikasi bahwa petugas Rusia hanya shock," lanjut dia.
"Mereka kehilangan 400 tentara sehari terbunuh dan terluka, dan peralatan mereka terus rusak."
Sementara itu, Ukraina mengeklaim bahwa pasukannya kembali menewaskan seorang jenderal Rusia dalam pertempuran. Menurut Kiev, perwira yang tewas adalah Jenderal Andrey Simonov, seorang komandan pasukan perang elektronik di distrik Barat.
Perwira veteran Ukraina, Victor Kovalenko mentweet: "Serangan Ukraina kemarin di markas besar Rusia di Izium dirancang untuk melikuidasi target bernilai tinggi—Kepala Staf Jenderal Pasukan Militer Rusia (RAF) Jenderal Valeriy Gerasimov.
"Kremlin mengirimnya untuk mendapatkan kemenangan untuk parade 9 Mei. Gerasimov dekat dengan ledakan tetapi terluka," tulis Kovalenko.
"Jenderal Gerasimov mengalami luka kecil akibat pecahan peluru di betis kanannya tanpa patah tulang."
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
Hari Kemenangan 9 Mei dirayakan setiap tahun oleh Rusia untuk menandai hari kemenangan perang Uni Soviet atas Nazi Jerman pada tahun 1945 di akhir Perang Dunia II. Pada tanggal itu, Putin menetapkannya sebagai hari libur nasional untuk memuliakan Rusia.
Laporan perihal Putin mengambil alih kendali penuh atas invasi tersebut berasal dari sumber senior Uni Eropa yang berbicara kepada Mujtaba Rahman, direktur pelaksana di Eurasia Group.
Sebelum ini, Jenderal Aleksandr Dvornikov disebut-disebut sebagai pemegang komando invasi Rusia ke Ukraina. Namun, Kremlin maupun militer Moskow tidak pernah mengonfirmasi siapa pucuk kepemimpinan lapangan atas perangnya.
Laporan itu menyebutkan bahwa Putin, yang telah berusia 69 tahun, telah memerintahkan para jenderalnya yang lelah berperang untuk merebut kota Kryvyi Rih, kota tempat kelahiran Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Keberhasilan simbolis seperti itu dapat dimasukkan ke dalam mesin propaganda Kremlin, menutupi kampanye militer yang oleh media-media Barat digambarkan "gagap".
Perang antara pasukan Rusia melawan pasukan Ukraina telah berlarut-larut sejak dimulai 24 Februari. Peralatan tempur Moskow dipaksa menghadapi pertahanan Ukraina yang didukung senjata modern dari negara-negara NATO, terutama dari Amerika Serikat (AS).
Pasukan Moskow telah mundur dari Ibu Kota Ukraina, Kiev, dengan dalih hanya ingin berfokus pada wilayah Ukraina timur untuk membebaskan wilayah Donbass.
"Putin sekarang mengambil kendali konflik dari hari ke hari," kata sumber senior Uni Eropa kepada Mujtaba Rahman, yang dilansir Daily Express, Selasa (3/5/2022).
Target utama barunya, katanya, Kryvyi Rih. Itu adalah adalah kota terbesar kedua di Ukraina berdasarkan wilayah dengan populasi sekitar satu juta jiwa.
Pengguna media sosial "UOI", yang sering menjadi komentator pada peristiwa di Ukraina, menulis: "Putin menuntut agar Dvornikov mengambil Kryvyi Rih, tanah kelahiran Zelensky, pada 9 Mei."
"Kami diberitahu dari intersepsi komunikasi bahwa petugas Rusia hanya shock," lanjut dia.
"Mereka kehilangan 400 tentara sehari terbunuh dan terluka, dan peralatan mereka terus rusak."
Sementara itu, Ukraina mengeklaim bahwa pasukannya kembali menewaskan seorang jenderal Rusia dalam pertempuran. Menurut Kiev, perwira yang tewas adalah Jenderal Andrey Simonov, seorang komandan pasukan perang elektronik di distrik Barat.
Perwira veteran Ukraina, Victor Kovalenko mentweet: "Serangan Ukraina kemarin di markas besar Rusia di Izium dirancang untuk melikuidasi target bernilai tinggi—Kepala Staf Jenderal Pasukan Militer Rusia (RAF) Jenderal Valeriy Gerasimov.
"Kremlin mengirimnya untuk mendapatkan kemenangan untuk parade 9 Mei. Gerasimov dekat dengan ledakan tetapi terluka," tulis Kovalenko.
"Jenderal Gerasimov mengalami luka kecil akibat pecahan peluru di betis kanannya tanpa patah tulang."
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
(min)
tulis komentar anda