China Terapkan Pembatasan di Shanghai, Warga Kesulitan Beli Sembako
Jum'at, 08 April 2022 - 01:37 WIB
SHANGHAI - Penduduk Shanghai berjuang untuk mendapatkan daging, beras, dan persediaan makanan lainnya di bawah pembatasan pandemi Corona yang membatasi aktivitas sebagian besar dari 25 juta penduduk Shanghai. Kondisi ini memicu frustrasi ketika pemerintah berusaha menahan penyebaran wabah.
Orang-orang di ibukota bisnis China itu mengeluh bahwa barang-barang di pedagang online sering terjual habis. Beberapa menerima paket makanan pemerintah berupa daging dan sayuran selama beberapa hari. Tetapi tanpa kabar kapan mereka akan diizinkan keluar, kecemasan meningkat.
Seorang warga Shanghai, Zhang Yu (33) mengatakan, keluarganya yang terdiri dari delapan orang makan tiga kali sehari, tetapi telah mengurangi mie untuk makan siang. Mereka tidak menerima pasokan pemerintah.
“Tidak mudah untuk mempertahankan ini,” kata Zhang, yang mulai berbelanja online pada pukul 7 pagi, seperti dikutip dari AP. “Kami membaca di berita ada (makanan), tetapi kami tidak bisa membelinya. Begitu Anda membuka aplikasi belanja bahan makanan, dikatakan pesanan hari ini sudah terisi," tambahnya.
Toko kelontong online, Dingdong Maicai, mengatakan telah memindahkan 500 karyawan di Shanghai dari pos lain ke melakukan pengiriman.
Li Xiaoliang (30), seorang karyawan perusahaan kurir, mengeluh bahwa pemerintah mengabaikan orang-orang yang tinggal di hotel. Dia mengaku berbagi kamar dengan dua rekan kerja setelah kasus positif ditemukan di dekat rumah kontrakannya.
Xiaoliang mengatakan, mereka membawa mie instan, tapi sekarang sudah habis. Kini, mereka makan satu kali sehari dengan kotak makan siang seharga 40 yuan ($6) yang dipesan di meja depan, tetapi penjual terkadang tidak mengirimkannya. Pada hari Kamis, Li mengatakan bahwa dia hanya memiliki air sepanjang hari.
Orang-orang di ibukota bisnis China itu mengeluh bahwa barang-barang di pedagang online sering terjual habis. Beberapa menerima paket makanan pemerintah berupa daging dan sayuran selama beberapa hari. Tetapi tanpa kabar kapan mereka akan diizinkan keluar, kecemasan meningkat.
Seorang warga Shanghai, Zhang Yu (33) mengatakan, keluarganya yang terdiri dari delapan orang makan tiga kali sehari, tetapi telah mengurangi mie untuk makan siang. Mereka tidak menerima pasokan pemerintah.
“Tidak mudah untuk mempertahankan ini,” kata Zhang, yang mulai berbelanja online pada pukul 7 pagi, seperti dikutip dari AP. “Kami membaca di berita ada (makanan), tetapi kami tidak bisa membelinya. Begitu Anda membuka aplikasi belanja bahan makanan, dikatakan pesanan hari ini sudah terisi," tambahnya.
Toko kelontong online, Dingdong Maicai, mengatakan telah memindahkan 500 karyawan di Shanghai dari pos lain ke melakukan pengiriman.
Li Xiaoliang (30), seorang karyawan perusahaan kurir, mengeluh bahwa pemerintah mengabaikan orang-orang yang tinggal di hotel. Dia mengaku berbagi kamar dengan dua rekan kerja setelah kasus positif ditemukan di dekat rumah kontrakannya.
Xiaoliang mengatakan, mereka membawa mie instan, tapi sekarang sudah habis. Kini, mereka makan satu kali sehari dengan kotak makan siang seharga 40 yuan ($6) yang dipesan di meja depan, tetapi penjual terkadang tidak mengirimkannya. Pada hari Kamis, Li mengatakan bahwa dia hanya memiliki air sepanjang hari.
tulis komentar anda