Waswas Nuklir China, Australia Bakal Miliki Rudal Lacak Cepat JASSM-ER
Selasa, 05 April 2022 - 11:43 WIB
CANBERRA - Australia merasa waswas dengan militer China yang bersenjata nuklir. Tak ingin seperti Ukraina, negara itu akan mempersenjatai jet tempurnya dengan rudal jarak jauh lacak cepat Joint Air-to-Surface Standoff Missile-Extended Range (JASSM-ER).
Senjata canggih itu akan diperoleh 2024, tiga tahun lebih awal dari yang diperkirakan, sebagai bagian dari upgrade militer senilai 3,5 miliar dolar.
Menteri Pertahanan Peter Dutton pada Selasa (5/4/2022) dijadwalkan akan mengumumkan percepatan perolehan senjata yang di-upgrade, dengan fokus pada perusahaan senjata yang berdaulat.
Dutton akan mengatakan bahwa upgrade militer yang dipercepat, serta perusahaan senjata, sangat penting mengingat lingkungan strategis yang kompleks dan menantang di ambang pintu Australia di Indo-Pasifik.
“Kami sangat khawatir tentang apa yang terjadi di Indo-Pasifik, dan China berada di jalur yang berkaitan dengan Taiwan,” kata Dutton kepada Nine Network.
“Kami ingin memastikan bahwa kami memiliki kemampuan untuk mencegah tindakan agresi apa pun terhadap negara kami," ujarnya.
“Kita harus realistis tentang apa yang terjadi selama beberapa tahun ke depan. Semua yang kami lakukan dirancang untuk mencoba dan mencegah tindakan agresi apa pun.”
Dutton mengatakan Presiden China Xi Jinping adalah seorang "otokrat", dan tindakan militernya yang meningkat telah mengkhawatirkan.
Senjata canggih itu akan diperoleh 2024, tiga tahun lebih awal dari yang diperkirakan, sebagai bagian dari upgrade militer senilai 3,5 miliar dolar.
Menteri Pertahanan Peter Dutton pada Selasa (5/4/2022) dijadwalkan akan mengumumkan percepatan perolehan senjata yang di-upgrade, dengan fokus pada perusahaan senjata yang berdaulat.
Dutton akan mengatakan bahwa upgrade militer yang dipercepat, serta perusahaan senjata, sangat penting mengingat lingkungan strategis yang kompleks dan menantang di ambang pintu Australia di Indo-Pasifik.
“Kami sangat khawatir tentang apa yang terjadi di Indo-Pasifik, dan China berada di jalur yang berkaitan dengan Taiwan,” kata Dutton kepada Nine Network.
“Kami ingin memastikan bahwa kami memiliki kemampuan untuk mencegah tindakan agresi apa pun terhadap negara kami," ujarnya.
“Kita harus realistis tentang apa yang terjadi selama beberapa tahun ke depan. Semua yang kami lakukan dirancang untuk mencoba dan mencegah tindakan agresi apa pun.”
Dutton mengatakan Presiden China Xi Jinping adalah seorang "otokrat", dan tindakan militernya yang meningkat telah mengkhawatirkan.
tulis komentar anda