Rusia Kuasai Penuh Wilayah Kherson, Sita 10 Sistem Rudal Javelin AS
Selasa, 15 Maret 2022 - 16:46 WIB
MOSKOW - Angkatan bersenjata Rusia telah mengambil kendali penuh atas seluruh wilayah wilayah Kherson selama operasi militer khusus yang sedang berlangsung di Ukraina . Demikian pengumuman yang dikeluarkan Kementerian Pertahanan Rusia dalam pengarahan harian, Selasa (15/3/2022).
Menurut juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Mayor Jenderal Igor Konashenkov, unit pasukan Republik Rakyat Donetsk (DPR) melanjutkan operasi ofensif dan berhasil menembus pertahanan nasionalis Ukraina. Mereka menguasai pemukiman Panteleimonovka di wilayah Donetsk.
Konashenkov juga mengungkapkan bahwa pasukan terjun payung Rusia telah menyita 10 sistem rudal anti-tank Javelin buatan Amerika Serikat (AS) setelahmerebut benteng nasionalis dan tentara bayaran asing. Selanjutnya, Konashenkov menekankan, semua senjata asing yang disita oleh pasukan Rusia sedang diserahkan ke Milisi Rakyat Lugansk dan Donetsk.
“Secara total, selama sehari terakhir, sistem pertahanan udara dan penerbangan Angkatan Udara Rusia menembak jatuh 16 target udara: satu pesawat Su-24 dan Su-25 Angkatan Udara Ukraina, satu helikopter Mi-8 dan tiga belas pesawat tak berawak Ukraina. kendaraan udara, termasuk enam Bayraktar TB-2," jelasnya seperti dilansir dari Sputnik.
Juru bicara kementerian pertahanan Rusia itu juga mengumumkan bahwa tiga hanggar dengan empat Su-25 Ukraina dan enam helikopter telah dihancurkan di bandara militer.
"Sejak peluncuran operasi militer khusus pada 24 Februari, militer Rusia telah menghancurkan total 156 pesawat tak berawak, 1.306 tank dan kendaraan tempur lapis baja lainnya, 127 sistem peluncuran roket ganda (MLRS), 471 senjata artileri lapangan dan mortir, serta 1.054 unit kendaraan militer khusus," tutur Konashenkov.
Operasi militer khusus Rusia untuk demiliterisasi dan "de-Nazifikasi" Ukraina telah memasuki hari ke-20. Pejabat pertahanan dan pemerintah Rusia sebelumnya mengatakan bahwa operasi itu berjalan sesuai jadwal.
Rusia memulai operasi militer khusus di Ukraina pada 24 Februari sebagai respons atas seruan dari republik rakyat Donetsk dan Lugansk untuk perlindungan terhadap serangan intensif oleh pasukan Ukraina. Presiden Rusia Vladimir Putin menekankan bahwa tujuannya adalah untuk melindungi rakyat Donbass, yang telah mengalami pelecehan, genosida oleh rezim Kiev selama delapan tahun.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan operasi khusus hanya menargetkan infrastruktur militer Ukraina dan penduduk sipil tidak dalam bahaya. Moskow telah berulang kali mengatakan tidak memiliki rencana untuk menduduki Ukraina. Akibatnya, negara-negara Barat telah memberlakukan banyak sanksi terhadap Rusia.
Menurut juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Mayor Jenderal Igor Konashenkov, unit pasukan Republik Rakyat Donetsk (DPR) melanjutkan operasi ofensif dan berhasil menembus pertahanan nasionalis Ukraina. Mereka menguasai pemukiman Panteleimonovka di wilayah Donetsk.
Konashenkov juga mengungkapkan bahwa pasukan terjun payung Rusia telah menyita 10 sistem rudal anti-tank Javelin buatan Amerika Serikat (AS) setelahmerebut benteng nasionalis dan tentara bayaran asing. Selanjutnya, Konashenkov menekankan, semua senjata asing yang disita oleh pasukan Rusia sedang diserahkan ke Milisi Rakyat Lugansk dan Donetsk.
“Secara total, selama sehari terakhir, sistem pertahanan udara dan penerbangan Angkatan Udara Rusia menembak jatuh 16 target udara: satu pesawat Su-24 dan Su-25 Angkatan Udara Ukraina, satu helikopter Mi-8 dan tiga belas pesawat tak berawak Ukraina. kendaraan udara, termasuk enam Bayraktar TB-2," jelasnya seperti dilansir dari Sputnik.
Juru bicara kementerian pertahanan Rusia itu juga mengumumkan bahwa tiga hanggar dengan empat Su-25 Ukraina dan enam helikopter telah dihancurkan di bandara militer.
"Sejak peluncuran operasi militer khusus pada 24 Februari, militer Rusia telah menghancurkan total 156 pesawat tak berawak, 1.306 tank dan kendaraan tempur lapis baja lainnya, 127 sistem peluncuran roket ganda (MLRS), 471 senjata artileri lapangan dan mortir, serta 1.054 unit kendaraan militer khusus," tutur Konashenkov.
Operasi militer khusus Rusia untuk demiliterisasi dan "de-Nazifikasi" Ukraina telah memasuki hari ke-20. Pejabat pertahanan dan pemerintah Rusia sebelumnya mengatakan bahwa operasi itu berjalan sesuai jadwal.
Rusia memulai operasi militer khusus di Ukraina pada 24 Februari sebagai respons atas seruan dari republik rakyat Donetsk dan Lugansk untuk perlindungan terhadap serangan intensif oleh pasukan Ukraina. Presiden Rusia Vladimir Putin menekankan bahwa tujuannya adalah untuk melindungi rakyat Donbass, yang telah mengalami pelecehan, genosida oleh rezim Kiev selama delapan tahun.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan operasi khusus hanya menargetkan infrastruktur militer Ukraina dan penduduk sipil tidak dalam bahaya. Moskow telah berulang kali mengatakan tidak memiliki rencana untuk menduduki Ukraina. Akibatnya, negara-negara Barat telah memberlakukan banyak sanksi terhadap Rusia.
(ian)
Lihat Juga :
tulis komentar anda