Respons Penumpukan Militer Rusia, NATO Bentuk Kelompok Tempur Baru

Kamis, 17 Februari 2022 - 06:06 WIB
NATO membentuk kelompok tempur baru sebagai respons atas penumpukan pasukan Rusia di sekitar Ukraina. Foto/Ilustrasi
BRUSSELS - NATO menugaskan para komandannya untuk menyusun rencana pengerahan kelompok tempur ke wilayah tenggara aliansi pertahanan itu sebagai tanggapan atas penumpukan militer Rusia di sekitar Ukraina . Hal itu diungkapkan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg.

“Para menteri memutuskan untuk mengembangkan opsi untuk lebih memperkuat pencegahan dan pertahanan NATO, termasuk untuk mempertimbangkan pembentukan kelompok tempur baru NATO di Eropa tengah dan timur serta tenggara,” katanya.

“Komandan militer kami sekarang akan mengerjakan perinciannya dan melaporkan kembali dalam beberapa minggu,” tambahnya seperti dilansir dari Al Arabiya, Kamis (17/2/2022).



Ketegangan internasional tetap tinggi karena Amerika Serikat (AS) mengatakan 150.000 tentara Rusia berkumpul di utara, selatan serta timur Ukraina, dan pejabat Barat mengatakan invasi Rusia masih bisa terjadi kapan saja.

“Sejauh ini kami tidak melihat tanda-tanda de-eskalasi di lapangan. Tidak ada penarikan pasukan atau peralatan di darat. Ini tentu saja dapat berubah, namun, apa yang kita lihat hari ini adalah bahwa Rusia mempertahankan kekuatan invasi besar-besaran yang siap menyerang dengan kemampuan kelas atas dari Krimea hingga Belarus. Ini adalah konsentrasi pasukan terbesar di Eropa sejak Perang Dingin,” kata Stoltenberg.

“Moskow telah menjelaskan bahwa mereka siap untuk menentang prinsip-prinsip dasar yang telah menopang keamanan kami selama beberapa dekade dan melakukannya dengan menggunakan kekuatan. Saya menyesal untuk mengatakan bahwa ini adalah normal baru di Eropa,” sambungnya.

“Jika mereka (Rusia) menggunakan kekuatan, itu akan datang dengan harga tinggi,” tegas Stoltenberg.



Para menteri pertahanan NATO mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa mereka mengerahkan pasukan darat tambahan di bagian timur Aliansi, serta aset laut dan udara tambahan, seperti yang diumumkan oleh Sekutu, dan telah meningkatkan kesiapan pasukan.

“Langkah-langkah kami adalah dan tetap preventif, proporsional dan non-eskalator. Kami siap untuk lebih memperkuat postur pertahanan dan pencegahan kami untuk menanggapi semua kontinjensi,” tambah mereka.

Rusia sendiri menegaskan tidak berniat menyerang Ukraina.

“Kami mendesak negara-negara Barat untuk berhenti mengobarkan histeria anti-Rusia, yang sebenarnya sudah anti-Ukraina juga, kami mendesak mereka untuk berhenti memompa Kiev dengan senjata," kata juru bicara kementerian luar negeri Rusia, Maria Zakharova.

"Tindakan ini secara negatif mempengaruhi penyelesaian konflik di Donbass dan situasi umum di jalur keamanan dan stabilitas di Eropa,” sambungnya seperti dilaporkan kantor berita negara TASS.

Sementara itu menurut Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, Moskow siap untuk pembicaraan yang ditawarkan Barat untuk dilakukan pada masalah keamanan tertentu jika itu tidak berarti mengesampingkan tuntutan penting negara itu seperti menghentikan ekspansi NATO ke timur.

“Kami percaya ini adalah langkah positif dan akan siap untuk dialog ini tetapi tidak dengan mengorbankan klarifikasi masalah prinsip posisi kami, yang menyangkut kebutuhan untuk menghentikan ekspansi cepat NATO ke timur dan mencari cara lain untuk memberikan keamanan untuk semua negara Euro-Atlantik,” katanya.



NATO mengatakan tidak akan mengirim pasukan untuk memerangi Rusia di Ukraina, yang bukan anggota aliansi pertahanan bentukan Amerika itu. Namun, ribuan pasukan Amerika Serikat (AS), Inggris, dan NATO telah dikirim untuk memperkuat pertahanan negara-negara Eropa Timur, termasuk Polandia dan negara-negara Baltik.

Rusia menuduh NATO memiliki agenda "ekspansionis" dan bergerak lebih dekat ke perbatasannya. Juga, salah satu tuntutan Moskow selama kesibukan negosiasi diplomatik yang telah berlangsung selama beberapa minggu terakhir adalah agar Ukraina membatalkan ambisinya menjadi anggota NATO.

Namun, NATO menolak permintaan Rusia dan menekankan bahwa Kiev memiliki hak untuk membuat keputusan sendiri.

(ian)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More