Lagi-lagi Korut Tembakkan 2 Rudal, Ke-6 dalam Bulan Ini
Kamis, 27 Januari 2022 - 08:21 WIB
SEOUL - Korea Utara (Korut) menembakkan dua rudal ke Laut Timur atau Laut Jepang, Kamis (27/1/2022). Ini adalah yang keenam kalinya negara bersenjata nuklir itu menguji tembak misil dalam bulan ini.
Rezim Kim Jong-un yang berkuasa di Korut melakukan rentetan uji tembak misil ketika mereka mengabaikan tawaran berunding yang diajukan Amerika Serikat (AS).
Terakhir kali Korea Utara menguji coba senjata sebanyak ini dalam sebulan adalah pada 2019, setelah negosiasi tingkat tinggi antara pemimpinnya; Kim Jong-un, dan presiden AS saat itu; Donald Trump, gagal.
Sejak itu, pembicaraan dengan AS telah kandas, dan Korut terhuyung-huyung secara ekonomi akibat sanksi internasional dan blokade terkait pandemi COVID-19 yang diberlakukan sendiri.
“Korea Utara menembakkan proyektil tak dikenal ke Laut Timur,” kata Kepala Staf Gabungan Korea Selatan, seperti dikutip AFP.
Pada Selasa lalu, rezim Kim Jong-un menembakkan dua rudal jelajah—senjata yang tidak dilarang untuk diuji coba berdasarkan sanksi PBB saat ini terhadap Korea Utara.
Negara itu juga menguji coba rudal balistik pada 14 dan 17 Januari, dan menembakkan apa yang diklaimnya sebagai rudal hipersonik pada 5 dan 11 Januari.
Serangkaian uji coba senjata memicu kecaman global, termasuk Dewan Keamanan PBB yang tiba-tiba menggelar pertemuan tertutup.
Amerika Serikat juga memberlakukan sanksi baru sebagai respons, yang memicu balasan kemarahan dari Korea Utara.
Korea Utara pada pekan lalu mengisyaratkan bahwa mereka dapat melanjutkan uji coba senjata nuklir dan jarak jauh.
Pyongyang belum menguji coba rudal balistik antarbenua atau pun senjata nuklir lagi sejak 2017, dan terus menegakkan moratorium yang diberlakukan sendiri bahkan setelah diplomasi dengan Amerika Serikat terhenti.
Manuver Korea Utara ini terjadi pada saat yang sulit di kawasan itu, dengan satu-satunya sekutu utama Kim Jong-un, China, akan menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin bulan depan dan Korea Selatan bersiap-siap untuk pemilihan presiden pada bulan Maret.
“Rezim Kim sedang mengembangkan keragaman senjata ofensif yang mengesankan meskipun sumber daya terbatas dan tantangan ekonomi yang serius,” kata Leif-Eric Easley, seorang profesor di Universitas Ewha Seoul.
“Tes Korea Utara tertentu bertujuan untuk mengembangkan kemampuan baru, terutama untuk menghindari pertahanan rudal,” ujarnya.
“Peluncuran lainnya dimaksudkan untuk menunjukkan kesiapan dan keserbagunaan pasukan rudal yang telah dikerahkan Korea Utara.”
Setelah satu dekade berkuasa, Kim Jong-un tidak memiliki banyak hal untuk dirayakan, dengan ekonomi yang dilanda pandemi COVID-19 menyebabkan kekurangan pangan di dalam negeri, diplomasi dengan Amerika Serikat terhenti dan sanksi yang menggigit telah menyebabkan kesengsaraan.
Menurut para analis, itu mungkin menjelaskan mengapa Korea Utara telah melakukan lima uji coba senjata dalam tiga minggu terakhir.
Rezim Kim Jong-un yang berkuasa di Korut melakukan rentetan uji tembak misil ketika mereka mengabaikan tawaran berunding yang diajukan Amerika Serikat (AS).
Terakhir kali Korea Utara menguji coba senjata sebanyak ini dalam sebulan adalah pada 2019, setelah negosiasi tingkat tinggi antara pemimpinnya; Kim Jong-un, dan presiden AS saat itu; Donald Trump, gagal.
Sejak itu, pembicaraan dengan AS telah kandas, dan Korut terhuyung-huyung secara ekonomi akibat sanksi internasional dan blokade terkait pandemi COVID-19 yang diberlakukan sendiri.
“Korea Utara menembakkan proyektil tak dikenal ke Laut Timur,” kata Kepala Staf Gabungan Korea Selatan, seperti dikutip AFP.
Pada Selasa lalu, rezim Kim Jong-un menembakkan dua rudal jelajah—senjata yang tidak dilarang untuk diuji coba berdasarkan sanksi PBB saat ini terhadap Korea Utara.
Negara itu juga menguji coba rudal balistik pada 14 dan 17 Januari, dan menembakkan apa yang diklaimnya sebagai rudal hipersonik pada 5 dan 11 Januari.
Serangkaian uji coba senjata memicu kecaman global, termasuk Dewan Keamanan PBB yang tiba-tiba menggelar pertemuan tertutup.
Amerika Serikat juga memberlakukan sanksi baru sebagai respons, yang memicu balasan kemarahan dari Korea Utara.
Korea Utara pada pekan lalu mengisyaratkan bahwa mereka dapat melanjutkan uji coba senjata nuklir dan jarak jauh.
Pyongyang belum menguji coba rudal balistik antarbenua atau pun senjata nuklir lagi sejak 2017, dan terus menegakkan moratorium yang diberlakukan sendiri bahkan setelah diplomasi dengan Amerika Serikat terhenti.
Manuver Korea Utara ini terjadi pada saat yang sulit di kawasan itu, dengan satu-satunya sekutu utama Kim Jong-un, China, akan menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin bulan depan dan Korea Selatan bersiap-siap untuk pemilihan presiden pada bulan Maret.
“Rezim Kim sedang mengembangkan keragaman senjata ofensif yang mengesankan meskipun sumber daya terbatas dan tantangan ekonomi yang serius,” kata Leif-Eric Easley, seorang profesor di Universitas Ewha Seoul.
“Tes Korea Utara tertentu bertujuan untuk mengembangkan kemampuan baru, terutama untuk menghindari pertahanan rudal,” ujarnya.
“Peluncuran lainnya dimaksudkan untuk menunjukkan kesiapan dan keserbagunaan pasukan rudal yang telah dikerahkan Korea Utara.”
Setelah satu dekade berkuasa, Kim Jong-un tidak memiliki banyak hal untuk dirayakan, dengan ekonomi yang dilanda pandemi COVID-19 menyebabkan kekurangan pangan di dalam negeri, diplomasi dengan Amerika Serikat terhenti dan sanksi yang menggigit telah menyebabkan kesengsaraan.
Menurut para analis, itu mungkin menjelaskan mengapa Korea Utara telah melakukan lima uji coba senjata dalam tiga minggu terakhir.
(min)
tulis komentar anda