Rusia: Ukraina Kumpulkan Pasukan di Jalur Kontak Donbass, Siap Menyerang!
Senin, 24 Januari 2022 - 20:50 WIB
MOSKOW - Ketegangan di sekitar Ukraina meningkat ketika NATO menempatkan pasukannya dalam keadaan siaga tinggi dan tuduhan media Barat bahwa Rusia siap "menginvasi" Ukraina.
Moskow membantah tuduhan itu dan menegaskan hak kedaulatannya mengerahkan pasukan di dalam wilayahnya sendiri saat ekspansi NATO sedang berlangsung ke arah timur.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan penumpukan besar pasukan Ukraina di jalur kontak Donbass menunjukkan Kiev sedang mempersiapkan serangan.
"Memang, pihak berwenang Ukraina memusatkan sejumlah besar pasukan dan peralatan di perbatasan dengan republik-republik yang memproklamirkan diri di jalur kontak. Memang, sifat konsentrasi ini menunjuk pada persiapan untuk operasi ofensif, dan, memang, ada ancaman seperti itu sekarang," tegas Peskov pada Senin (24/1/2022).
Dia mengatakan dalam kasus ini, Moskow ingin melihat negara-negara NATO mendesak Kiev untuk tidak memikirkan kemungkinan penyelesaian militer di Ukraina.
Menurut Peskov, pengiriman setiap unit senjata ke Ukraina menginspirasi Kiev untuk memulai operasi militer di Donbass.
"Ancaman provokasi dari Kiev di Donbass sekarang sangat tinggi, bahkan lebih tinggi dari sebelumnya," papar juru bicara Kremlin.
Dmitry Peskov juga menunjukkan histeria informasi di Barat, bukan Rusia, yang harus disalahkan atas meningkatnya ketegangan di sekitar Ukraina.
Dia didukung Denis Pushilin, Ketua Republik Rakyat Donetsk (DPR) yang memproklamirkan diri di Ukraina Timur, yang mengatakan sebelumnya pada Senin, bahwa Kiev memindahkan artileri dan tank ke jalur kontak Donbass.
“Sifat tindakan yang diambil Ukraina (menunjukkan bahwa) ini adalah persiapan untuk serangan. Saya berbicara tentang fakta bahwa peralatan dibawa (ke jalur kontak), kru tank sedang dipersiapkan, dan kru artileri dan tank terkonsentrasi di tempat penempatan di mana mereka ditugaskan," papar Pushilin kepada penyiar Rossiya 1.
Pushilin menambahkan Republik Rakyat Donetsk yang memproklamirkan kemerdekaan di Donetsk "dalam siaga tinggi karena apa pun dapat dilakukan Kiev."
Dia berbicara ketika NATO mengumumkan menempatkan pasukannya dalam keadaan siaga dan mengirim lebih banyak kapal dan jet tempur ke lokasi penempatan aliansi di Eropa Timur.
Langkah itu menurut NATO disebabkan oleh "peningkatan militer Rusia yang konon terus berlanjut di dalam dan sekitar Ukraina."
Pengerahan itu terungkap di tengah tuduhan pejabat Barat dan media bahwa Rusia mengumpulkan pasukan di perbatasan dengan Ukraina, seolah-olah dalam persiapan untuk "invasi".
Rusia menolak tuduhan itu, menekankan bahwa mereka dapat memindahkan pasukan di wilayahnya sendiri atas kebijakannya sendiri, terutama di tengah ekspansi NATO yang terus berlanjut ke arah timur.
Moskow juga menuduh Barat secara artifisial meningkatkan ketegangan dan mungkin menghasut Ukraina mencoba menyelesaikan konflik di wilayah Donbass timur secara paksa.
Dalam upaya meredakan ketegangan, Kementerian Luar Negeri Rusia menerbitkan proposal jaminan keamanan pada pertengahan Desember yang mendesak AS dan NATO untuk menghentikan ekspansi blok itu ke arah timur.
Rusia mengusulkan sejumlah tindakan, termasuk pembatasan yang mengikat secara hukum pada pengerahan pasukan, sistem rudal, pesawat terbang, dan kapal perang di daerah di mana mereka dapat dianggap sebagai ancaman bagi pihak lain.
Moskow membantah tuduhan itu dan menegaskan hak kedaulatannya mengerahkan pasukan di dalam wilayahnya sendiri saat ekspansi NATO sedang berlangsung ke arah timur.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan penumpukan besar pasukan Ukraina di jalur kontak Donbass menunjukkan Kiev sedang mempersiapkan serangan.
"Memang, pihak berwenang Ukraina memusatkan sejumlah besar pasukan dan peralatan di perbatasan dengan republik-republik yang memproklamirkan diri di jalur kontak. Memang, sifat konsentrasi ini menunjuk pada persiapan untuk operasi ofensif, dan, memang, ada ancaman seperti itu sekarang," tegas Peskov pada Senin (24/1/2022).
Dia mengatakan dalam kasus ini, Moskow ingin melihat negara-negara NATO mendesak Kiev untuk tidak memikirkan kemungkinan penyelesaian militer di Ukraina.
Menurut Peskov, pengiriman setiap unit senjata ke Ukraina menginspirasi Kiev untuk memulai operasi militer di Donbass.
"Ancaman provokasi dari Kiev di Donbass sekarang sangat tinggi, bahkan lebih tinggi dari sebelumnya," papar juru bicara Kremlin.
Dmitry Peskov juga menunjukkan histeria informasi di Barat, bukan Rusia, yang harus disalahkan atas meningkatnya ketegangan di sekitar Ukraina.
Dia didukung Denis Pushilin, Ketua Republik Rakyat Donetsk (DPR) yang memproklamirkan diri di Ukraina Timur, yang mengatakan sebelumnya pada Senin, bahwa Kiev memindahkan artileri dan tank ke jalur kontak Donbass.
“Sifat tindakan yang diambil Ukraina (menunjukkan bahwa) ini adalah persiapan untuk serangan. Saya berbicara tentang fakta bahwa peralatan dibawa (ke jalur kontak), kru tank sedang dipersiapkan, dan kru artileri dan tank terkonsentrasi di tempat penempatan di mana mereka ditugaskan," papar Pushilin kepada penyiar Rossiya 1.
Pushilin menambahkan Republik Rakyat Donetsk yang memproklamirkan kemerdekaan di Donetsk "dalam siaga tinggi karena apa pun dapat dilakukan Kiev."
Dia berbicara ketika NATO mengumumkan menempatkan pasukannya dalam keadaan siaga dan mengirim lebih banyak kapal dan jet tempur ke lokasi penempatan aliansi di Eropa Timur.
Langkah itu menurut NATO disebabkan oleh "peningkatan militer Rusia yang konon terus berlanjut di dalam dan sekitar Ukraina."
Pengerahan itu terungkap di tengah tuduhan pejabat Barat dan media bahwa Rusia mengumpulkan pasukan di perbatasan dengan Ukraina, seolah-olah dalam persiapan untuk "invasi".
Rusia menolak tuduhan itu, menekankan bahwa mereka dapat memindahkan pasukan di wilayahnya sendiri atas kebijakannya sendiri, terutama di tengah ekspansi NATO yang terus berlanjut ke arah timur.
Moskow juga menuduh Barat secara artifisial meningkatkan ketegangan dan mungkin menghasut Ukraina mencoba menyelesaikan konflik di wilayah Donbass timur secara paksa.
Dalam upaya meredakan ketegangan, Kementerian Luar Negeri Rusia menerbitkan proposal jaminan keamanan pada pertengahan Desember yang mendesak AS dan NATO untuk menghentikan ekspansi blok itu ke arah timur.
Rusia mengusulkan sejumlah tindakan, termasuk pembatasan yang mengikat secara hukum pada pengerahan pasukan, sistem rudal, pesawat terbang, dan kapal perang di daerah di mana mereka dapat dianggap sebagai ancaman bagi pihak lain.
(sya)
tulis komentar anda