Mengapa Raja Arab Saudi Bukan Keturunan Nabi Muhammad? Ini Sejarahnya
Kamis, 25 November 2021 - 11:00 WIB
RIYADH - Nabi Muhammad SAW , menurut berbagai riwayat, lahir di Makkah, Arab Saudi , dan menjadi pemimpin pertama pemerintahan Islam. Namun, raja negara tersebut saat ini Salman bin Abdulaziz al-Saud bukanlah keturunan sang Nabi Agung melainkan keturunan pendiri kerajaan Saudi modern Muhammad bin Saud al-Muqrin yang dikenal sebagai Ibn Saud.
Sekitar tahun 610, Muhammad—menurut keyakinan umat Islam—menerima wahyu Allah melalui Malaikat Jibril atau menjadi nabi. Pengikut Nabi Muhammad SAW tumbuh pesat.
Pada tahun 622, mengetahui rencana pembunuhan terhadapnya, Nabi Muhammad SAW memimpin para pengikutnya hijrah atau pindah ke kota Yathrib, yang kemudian dinamai Madinat Al-Nabi (Kota Nabi) dan sekarang hanya dikenal sebagai Madinah. Ini adalah hijrah yang menandai awal dari kalender Islam.
Dalam beberapa tahun berikutnya, beberapa pertempuran terjadi antara pengikut Nabi Muhammad SAW dan orang-orang Makkah yang memusuhinya. Pada tahun 628, ketika Madinah sepenuhnya berada di tangan kaum Muslim, Nabi berhasil menyatukan berbagai suku sehingga dia dan para pengikutnya masuk kembali ke Makkah tanpa pertumpahan darah.
Kurang dari 100 tahun setelah kelahiran Islam, dinasti atau pemerintahan Islam meluas dari Spanyol hingga ke sebagian India dan China. Meskipun pusat-pusat politik kekuasaan telah pindah dari Jazirah Arab, perdagangan berkembang di daerah tersebut.
Juga, sejumlah besar peziarah mulai secara teratur mengunjungi semenanjung Arab, dengan beberapa menetap di dua kota suci Makkah dan Madinah. Para peziarah ini memfasilitasi pertukaran ide dan budaya antara orang-orang di semenanjung dan peradaban lain di dunia Arab dan Muslim.
Munculnya bahasa Arab sebagai bahasa pembelajaran internasional merupakan faktor utama lain dalam perkembangan budaya Jazirah Arab. Dunia Muslim menjadi pusat pembelajaran dan kemajuan ilmiah selama apa yang dikenal sebagai “Zaman Keemasan". Cendekiawan Muslim memberikan kontribusi besar di berbagai bidang, termasuk kedokteran, biologi, filsafat, astronomi, seni dan sastra. Banyak ide dan metode yang dipelopori oleh para cendekiawan Muslim menjadi landasan ilmu-ilmu modern.
Pemerintahan Islam berkembang dengan baik hingga abad ke-17, ketika pecah menjadi kerajaan-kerajaan Islam yang lebih kecil.
Sekitar tahun 610, Muhammad—menurut keyakinan umat Islam—menerima wahyu Allah melalui Malaikat Jibril atau menjadi nabi. Pengikut Nabi Muhammad SAW tumbuh pesat.
Pada tahun 622, mengetahui rencana pembunuhan terhadapnya, Nabi Muhammad SAW memimpin para pengikutnya hijrah atau pindah ke kota Yathrib, yang kemudian dinamai Madinat Al-Nabi (Kota Nabi) dan sekarang hanya dikenal sebagai Madinah. Ini adalah hijrah yang menandai awal dari kalender Islam.
Dalam beberapa tahun berikutnya, beberapa pertempuran terjadi antara pengikut Nabi Muhammad SAW dan orang-orang Makkah yang memusuhinya. Pada tahun 628, ketika Madinah sepenuhnya berada di tangan kaum Muslim, Nabi berhasil menyatukan berbagai suku sehingga dia dan para pengikutnya masuk kembali ke Makkah tanpa pertumpahan darah.
Kurang dari 100 tahun setelah kelahiran Islam, dinasti atau pemerintahan Islam meluas dari Spanyol hingga ke sebagian India dan China. Meskipun pusat-pusat politik kekuasaan telah pindah dari Jazirah Arab, perdagangan berkembang di daerah tersebut.
Juga, sejumlah besar peziarah mulai secara teratur mengunjungi semenanjung Arab, dengan beberapa menetap di dua kota suci Makkah dan Madinah. Para peziarah ini memfasilitasi pertukaran ide dan budaya antara orang-orang di semenanjung dan peradaban lain di dunia Arab dan Muslim.
Munculnya bahasa Arab sebagai bahasa pembelajaran internasional merupakan faktor utama lain dalam perkembangan budaya Jazirah Arab. Dunia Muslim menjadi pusat pembelajaran dan kemajuan ilmiah selama apa yang dikenal sebagai “Zaman Keemasan". Cendekiawan Muslim memberikan kontribusi besar di berbagai bidang, termasuk kedokteran, biologi, filsafat, astronomi, seni dan sastra. Banyak ide dan metode yang dipelopori oleh para cendekiawan Muslim menjadi landasan ilmu-ilmu modern.
Pemerintahan Islam berkembang dengan baik hingga abad ke-17, ketika pecah menjadi kerajaan-kerajaan Islam yang lebih kecil.
Lihat Juga :
tulis komentar anda