AS Diguncang Kerusuhan Terkait George Floyd, Publik China Bersorak
Selasa, 02 Juni 2020 - 11:08 WIB
BEIJING - Para warga China bersorak atas kerusuhan yang melanda berbagai wilayah Amerika Serikat setelah pembunuhan pria kulit hitam George Floyd oleh polisi kulit putih di Minneapolis.
Media pemerintah di Beijing melaporkan kerusuhan di beberapa kota di Amerika adalah balasan atas dukungan administrasi Trump terhadap para pengunjuk rasa di Hong Kong.
"Protes dan kekacauan telah menyebar dari negara bagian Minnesota di AS ke seluruh negara itu, dan netizen China bersorak," tulis Hu Xijin dalam editorial Global Times yang dikelola pemerintah China pada hari Senin (1/6/2020).
"Washington mendukung para perusuh di Hong Kong, sementara sekarang ditampar di wajah oleh protes keras di seluruh AS," lanjut Hu.
Para pengunjuk rasa telah berkumpul di seluruh negeri Amerika selama beberapa hari sebagai reaksi atas kematian Floyd pada 25 Mei 2020. Pria kulit hitam itu meninggal setelah lehernya dicekik polisi dengan lutut di tanah. (Baca: AS Masih Rusuh, Trump Kerahkan Ribuan Tentara Garda Nasional )
Floyd awalnya ditangkap empat petugas polisi atas tuduhan membeli rokok di sebuah toko dengan uang kertas palsu. Dalam penengkapan itulah, adegan mencekik leher dengan lutut oleh polisi terjadi dan memicu kemarahan publik Amerika.
Petugas polisi yang mencekik Floyd, Derek Chauvin, telah dipecat bersama tiga petugas polisi lainnya. Chauvin didakwa melakukan pembunuhan.
Protes di beberapa kota di Amerika untuk menuntut akuntabilitas polisi awalnya berlangsung damai. Namun, demo itu berubah menjadi kerusuhan dan penjarahan yang meluas. Ribuan tentara dari Garda Nasional telah dikerahkan ke berbagai wilayah, termasuk di sekitar Gedung Putih untuk meredam demo rusuh.
Hu, pemimpin redaksi untuk Global Times, mencatat bahwa hampir tidak ada pengguna internet China yang bersimpati dengan petugas kepolisian Amerika. Dia menambahkan bahwa pemerintah China dan Kongres Rakyat Nasional "melakukan pengekangan" dengan tidak secara terbuka mengutuk penembakan gas air mata dan penangkapan terhadap para demonstran.
Media pemerintah di Beijing melaporkan kerusuhan di beberapa kota di Amerika adalah balasan atas dukungan administrasi Trump terhadap para pengunjuk rasa di Hong Kong.
"Protes dan kekacauan telah menyebar dari negara bagian Minnesota di AS ke seluruh negara itu, dan netizen China bersorak," tulis Hu Xijin dalam editorial Global Times yang dikelola pemerintah China pada hari Senin (1/6/2020).
"Washington mendukung para perusuh di Hong Kong, sementara sekarang ditampar di wajah oleh protes keras di seluruh AS," lanjut Hu.
Para pengunjuk rasa telah berkumpul di seluruh negeri Amerika selama beberapa hari sebagai reaksi atas kematian Floyd pada 25 Mei 2020. Pria kulit hitam itu meninggal setelah lehernya dicekik polisi dengan lutut di tanah. (Baca: AS Masih Rusuh, Trump Kerahkan Ribuan Tentara Garda Nasional )
Floyd awalnya ditangkap empat petugas polisi atas tuduhan membeli rokok di sebuah toko dengan uang kertas palsu. Dalam penengkapan itulah, adegan mencekik leher dengan lutut oleh polisi terjadi dan memicu kemarahan publik Amerika.
Petugas polisi yang mencekik Floyd, Derek Chauvin, telah dipecat bersama tiga petugas polisi lainnya. Chauvin didakwa melakukan pembunuhan.
Protes di beberapa kota di Amerika untuk menuntut akuntabilitas polisi awalnya berlangsung damai. Namun, demo itu berubah menjadi kerusuhan dan penjarahan yang meluas. Ribuan tentara dari Garda Nasional telah dikerahkan ke berbagai wilayah, termasuk di sekitar Gedung Putih untuk meredam demo rusuh.
Hu, pemimpin redaksi untuk Global Times, mencatat bahwa hampir tidak ada pengguna internet China yang bersimpati dengan petugas kepolisian Amerika. Dia menambahkan bahwa pemerintah China dan Kongres Rakyat Nasional "melakukan pengekangan" dengan tidak secara terbuka mengutuk penembakan gas air mata dan penangkapan terhadap para demonstran.
tulis komentar anda