Pernah Ditangkap 2017, Pangeran Arab Saudi Rival MBS Kini Menghilang

Kamis, 12 Agustus 2021 - 11:45 WIB
Pangeran Faisal bin Abdullah al-Saud dilaporkan menghilang sejak ditangkap agen keamanan Arab Saudi pada Maret 2020. Foto/REUTERS/Fahad Shadeed
RIYADH - Seorang pangeran senior Arab Saudi yang pernah ditangkap tahun 2017 bersama puluhan bangsawan lain dalam operasi korupsi kini dilaporkan menghilang. Dia dianggap pesaing atau rival Putra Mahkota Mohammad bin Salman (MBS) .

Pangeran Faisal bin Abdullah al-Saud pertama kali ditahan pada 4 November 2017 dan ditahan di Hotel Ritz-Carlton Riyadh bersama puluhan bangsawan lainnya. Dia dibebaskan tak lama setelah penahanannya.



Namun, pada 27 Maret 2020, agen keamanan Arab Saudi menahannya lagi di perkebunan pribadi Raja Abdullah dekat desa al-Janadriyah, dekat Riyadh. Hal itu diungkap sumber yang dekat dengan Pangeran Faisal kepada Insider.



Faisal adalah putra Raja Abdullah, raja Arab Saudi yang meninggal pada 2015 dan digantikan oleh saudara tirinya yang juga ayah MBS, Raja Salman.

Sumber-sumber yang minta ditulis anonim karena takut akan keselamatan mereka, mengatakan keberadaan Pangeran Faisal sekarang tidak diketahui sejak ditahan lagi Maret tahun lalu.

Hilangnya Pangeran Faisal pertama kali dilaporkan oleh Human Rights Watch, namun beberapa detail dari hilangnya itu belum pernah dilaporkan sebelumnya.

Salah satu sumber mengatakan agen Arab Saudi menuduh Pangeran Faisal terinfeksi COVID-19, sebuah tuduhan yang pernah dibantah Pangeran Faisal sebelum menghilang. Dia, lanjut sumber tersebut, kemudian disuntik dengan zat yang tidak diketahui dan dibawa pergi. Dia belum didakwa dengan kejahatan apa pun.

"Hilangnya Faisal sangat memilukan terutama ketika dia sendirian di perkebunan Raja Abdullah. Dia sudah berurusan dengan depresi, masalah jantung, perceraian lagi, [dan masalah lain] yang tidak diketahui," imbuh sumber itu.



Kedutaan Arab Saudi di Washington, DC, belum menanggapi permintaan Insider untuk memberikan komentar.

Banyak dari mereka yang dibebaskan dari Hotel Ritz-Carlton pada saat itu setuju untuk menyerahkan aset atau uang dalam jumlah besar ke istana dengan imbalan kebebasan mereka, termasuk Pangeran Faisal.

Meskipun demikian, alasan penahanan terakhirnya masih belum jelas.

Salah satu alasan yang masuk akal, kata sumber itu, adalah bahwa Faisal dianggap oleh bangsawan yang berkuasa dekat dengan Ahmed bin Abdulaziz, saudara laki-laki terakhir Raja Salman yang masih hidup.

Raja Salman sudah tua dan dalam kesehatan yang buruk, sedangkan MBS terindikasi ingin memastikan bahwa tidak ada perlawanan terhadap suksesi takhta ketika ayahnya meninggal.

Sebagai saudara raja, Ahmed pada prinsipnya merupakan pesaing takhta, meskipun pada kenyataannya dia tampaknya tidak memiliki kekuasaan pemerintahan yang nyata.

Ahmed ditahan pada 5 Maret 2020—tiga minggu sebelum Faisal—dan dituduh merencanakan kudeta dengan Mohammad bin Nayef, mantan putra mahkota yang digantikan MBS.

Namun, Faisal memiliki alasan untuk berharap.

Sejak mengambil alih kekuasaan pada Januari, pemerintahan Presiden Joe Biden telah menekan Riyadh untuk membebaskan bangsawan dan pembela hak asasi manusia yang ditahan, dengan keberhasilan yang nyata.

Juru kampanye hak mengemudi bagi perempuan Loujain al-Hathloul, dua ilmuwan Bader al-Ibrahim, dan Salah al-Haidar, putra aktivis hak-hak perempuan Aziza al-Yousef, semuanya dibebaskan pada awal Februari, meskipun ketiganya tetap dilarang melakukan perjalanan ke luar kerajaan.

Departemen Luar Negeri AS juga memasukkan kasus Faisal dalam laporan hak asasi manusia (HAM) Arab Saudi tahun 2020.

Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan kepada Insider bahwa pihaknya tidak dapat mengomentari rencananya mengenai Faisal, tetapi mengatakan: "Hak asasi manusia adalah pusat dari kebijakan luar negeri Administrasi ini dan Administrasi Biden menekankan penghormatan terhadap hak asasi manusia dalam hubungan bilateral kami, termasuk dengan mitra Saudi kami."

Adam Coogle, seorang wakil direktur di divisi Timur Tengah dan Afrika Utara Human Rights Watch, mengatakan kepada Insider: "Tidak ada seorang pun di Arab Saudi yang aman dari penindasan pemerintah yang sewenang-wenang, bahkan pangeran terkenal sekalipun."

"Penahanan yang berkepanjangan terhadap anggota keluarga kerajaan bahkan tanpa sedikit pun proses hukum dengan jelas menunjukkan penghinaan total MBS dan pejabatnya terhadap keadilan dan supremasi hukum," katanya, yang dilansir Kamis (12/8/2021).

Bangsawan lain yang tetap ditahan di Arab Saudi adalah Putri Basmah binti Saud, seorang aktivis dan penulis yang diculik pada Februari 2019 dan telah ditahan di penjara al-Ha'ir dengan keamanan tinggi di Riyadh sejak saat itu.

Seorang pejabat AS sebelumnya mengatakan kepada Insider bahwa Departemen Luar Negeri dan Komite Hubungan Luar Negeri Parlemen AS telah menekan pejabat Arab Saudi untuk menjelaskan keadaan penahanannya, tetapi dihalangi.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More