Biden Akan Akhiri Dukungan AS untuk Operasi Militer Arab Saudi di Yaman
Jum'at, 05 Februari 2021 - 04:37 WIB
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden , akan mengumumkan berakhirnya dukungan negaranya untuk serangan militer selama lima tahun pimpinan Arab Saudi di Yaman yang telah memperdalam penderitaan kemanusiaan di negara termiskin di semenanjung Arab. Hal itu diungkapkan penasihat keamanan nasional Jake Sullivan.
Langkah tersebut akan memenuhi janji kampanye oleh Biden, yang pemerintahannya berencana untuk mengejar diplomasi untuk mengakhiri keseluruhan konflik di Yaman.
"Biden melihat Amerika Serikat memainkan peran yang lebih aktif dan terlibat untuk mengakhiri perang melalui pembicaraan," kata Sullivan pada briefing Gedung Putih seperti dikutip dari Independent, Jumat (5/2/2021).
Baca juga: AS Segera Cabut Penetapan Houthi Yaman sebagai Kelompok Teroris
Biden juga mengumumkan pilihan Timothy Lenderking sebagai utusan khusus untuk Yaman secepatnya Kamis sore, ketika ia dijadwalkan berbicara di Departemen Luar Negeri. Seseorang yang mengetahui masalah tersebut mengkonfirmasi pemilihan tersebut, berbicara dengan syarat anonim sebelum pengumuman. Surat kabar yang berbasis di Teluk The National pertama kali melaporkan pilihan itu.
Lenderking telah menjadi wakil asisten menteri luar negeri di bagian Timur Tengah badan tersebut. Karir sebagai anggota dinas luar negeri, ia pernah bertugas di Arab Saudi, Kuwait dan negara lain di Timur Tengah dan tempat lain.
Arab Saudi memulai serangan ke Yaman pada 2015 untuk melawan faksi Houthi yang telah merebut wilayah di negara itu dan meluncurkan rudal lintas batas ke Arab Saudi.
Kampanye udara yang dipimpin Arab Saudi sejak saat itu telah menewaskan banyak warga sipil Yaman, terlepas dari bantuan AS dengan komando dan kendali militer Saudi yang menurut pejabat AS dimaksudkan untuk meminimalkan korban sipil dalam kampanye pemboman tersebut.
Pemerintahan Obama pada awalnya menyoroti serangan yang dipimpin Arab Saudi. Beberapa pejabat AS yang terlibat sejak itu mengatakan mereka menyesali keputusan tersebut, dan sekarang berada dalam pemerintahan Biden bergerak untuk menghentikan keterlibatan AS dan mengakhiri konflik multipartai.
Para penyintas memperlihatkan pecahan yang menunjukkan bom buatan Amerika. Konflik juga telah memperdalam kelaparan dan kemiskinan di Yaman. Para ahli hak asasi internasional mengatakan negara-negara Teluk dan Houthi telah melakukan pelanggaran hak yang parah.
Langkah tersebut akan memenuhi janji kampanye oleh Biden, yang pemerintahannya berencana untuk mengejar diplomasi untuk mengakhiri keseluruhan konflik di Yaman.
"Biden melihat Amerika Serikat memainkan peran yang lebih aktif dan terlibat untuk mengakhiri perang melalui pembicaraan," kata Sullivan pada briefing Gedung Putih seperti dikutip dari Independent, Jumat (5/2/2021).
Baca juga: AS Segera Cabut Penetapan Houthi Yaman sebagai Kelompok Teroris
Biden juga mengumumkan pilihan Timothy Lenderking sebagai utusan khusus untuk Yaman secepatnya Kamis sore, ketika ia dijadwalkan berbicara di Departemen Luar Negeri. Seseorang yang mengetahui masalah tersebut mengkonfirmasi pemilihan tersebut, berbicara dengan syarat anonim sebelum pengumuman. Surat kabar yang berbasis di Teluk The National pertama kali melaporkan pilihan itu.
Lenderking telah menjadi wakil asisten menteri luar negeri di bagian Timur Tengah badan tersebut. Karir sebagai anggota dinas luar negeri, ia pernah bertugas di Arab Saudi, Kuwait dan negara lain di Timur Tengah dan tempat lain.
Arab Saudi memulai serangan ke Yaman pada 2015 untuk melawan faksi Houthi yang telah merebut wilayah di negara itu dan meluncurkan rudal lintas batas ke Arab Saudi.
Kampanye udara yang dipimpin Arab Saudi sejak saat itu telah menewaskan banyak warga sipil Yaman, terlepas dari bantuan AS dengan komando dan kendali militer Saudi yang menurut pejabat AS dimaksudkan untuk meminimalkan korban sipil dalam kampanye pemboman tersebut.
Pemerintahan Obama pada awalnya menyoroti serangan yang dipimpin Arab Saudi. Beberapa pejabat AS yang terlibat sejak itu mengatakan mereka menyesali keputusan tersebut, dan sekarang berada dalam pemerintahan Biden bergerak untuk menghentikan keterlibatan AS dan mengakhiri konflik multipartai.
Para penyintas memperlihatkan pecahan yang menunjukkan bom buatan Amerika. Konflik juga telah memperdalam kelaparan dan kemiskinan di Yaman. Para ahli hak asasi internasional mengatakan negara-negara Teluk dan Houthi telah melakukan pelanggaran hak yang parah.
(ber)
Lihat Juga :
tulis komentar anda