Rusia Keluar dari Perjanjian Open Skies dan Salahkan AS
Sabtu, 16 Januari 2021 - 02:00 WIB
Tahun lalu Washington mengumumkan meninggalkan perjanjian itu setelah menuduh Rusia melakukan pelanggaran, termasuk memblokir penerbangan di atas situs-situs tertentu dan melarang survei latihan militer.
Konstantin Kosachev, ketua komite urusan luar negeri majelis tinggi parlemen Rusia, mengatakan keputusan Moskow untuk meninggalkan perjanjian Open Skies dapat diprediksi karena negara-negara anggota lainnya tidak memenuhi persyaratannya.
Dalam sebuah posting di Facebook, Kosachev mengatakan Rusia meminta penandatangan yang tersisa untuk mengonfirmasi bahwa mereka tidak akan mentransfer informasi yang diperoleh berdasarkan perjanjian Open Skies ke Washington.
“Kesalahan atas apa yang sedang terjadi—dan ini adalah skenario yang sangat disayangkan—sepenuhnya ada pada Amerika Serikat dan sekutu NATO,” tulis Kosachev, seperti dikutip AFP, Sabtu (16/1/2021).
Wakil juru bicara NATO Piers Cazalet menyalahkan Rusia atas rusaknya perjanjian Open Skies. Dia mengatakan "implementasi selektif" Rusia atas tugas dalam perjanjian Open Skies untuk sementara waktu telah merusak kontribusi perjanjian itu demi keamanan regional.
"Semua sekutu NATO tetap berkomitmen untuk kontrol senjata internasional yang efektif, pelucutan senjata, dan non-proliferasi—yang penting untuk keamanan kami," kata Cazalet dalam sebuah pernyataan.
Perjanjian Open Skies adalah salah satu dari tiga perjanjian utama yang ditinggalkan Washington di bawah administrasi Presiden Donald Trump yang akan lengser.
Pada 2018, Amerika Serikat menarik diri dari Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), yang umumnya dikenal sebagai kesepakatan Iran, yang mengekang program nuklir Teheran dengan imbalan pelonggaran sanksi internasional.
Iran menangguhkan beberapa komitmennya sendiri berdasarkan kesepakatan 2015 sebagai pembalasan.
Konstantin Kosachev, ketua komite urusan luar negeri majelis tinggi parlemen Rusia, mengatakan keputusan Moskow untuk meninggalkan perjanjian Open Skies dapat diprediksi karena negara-negara anggota lainnya tidak memenuhi persyaratannya.
Dalam sebuah posting di Facebook, Kosachev mengatakan Rusia meminta penandatangan yang tersisa untuk mengonfirmasi bahwa mereka tidak akan mentransfer informasi yang diperoleh berdasarkan perjanjian Open Skies ke Washington.
“Kesalahan atas apa yang sedang terjadi—dan ini adalah skenario yang sangat disayangkan—sepenuhnya ada pada Amerika Serikat dan sekutu NATO,” tulis Kosachev, seperti dikutip AFP, Sabtu (16/1/2021).
Wakil juru bicara NATO Piers Cazalet menyalahkan Rusia atas rusaknya perjanjian Open Skies. Dia mengatakan "implementasi selektif" Rusia atas tugas dalam perjanjian Open Skies untuk sementara waktu telah merusak kontribusi perjanjian itu demi keamanan regional.
"Semua sekutu NATO tetap berkomitmen untuk kontrol senjata internasional yang efektif, pelucutan senjata, dan non-proliferasi—yang penting untuk keamanan kami," kata Cazalet dalam sebuah pernyataan.
Perjanjian Open Skies adalah salah satu dari tiga perjanjian utama yang ditinggalkan Washington di bawah administrasi Presiden Donald Trump yang akan lengser.
Pada 2018, Amerika Serikat menarik diri dari Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), yang umumnya dikenal sebagai kesepakatan Iran, yang mengekang program nuklir Teheran dengan imbalan pelonggaran sanksi internasional.
Iran menangguhkan beberapa komitmennya sendiri berdasarkan kesepakatan 2015 sebagai pembalasan.
Lihat Juga :
tulis komentar anda