Media Israel: Ada Rekaman Fakhrizadeh Bicara Tentang Membangun 5 Hulu Ledak Nuklir Iran
Sabtu, 05 Desember 2020 - 09:34 WIB
TEL AVIV - Media Israel , Yedioth Ahronoth, menerbitkan laporan yang mengklaim bahwa mantan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert memiliki rekaman rahasia yang mana Mohsen Fakhrizadeh berbicara tentang pembuatan lima hulu ledak nuklir untuk Iran .
Olmert, menurut laporan yang diterbitkan pada Jumat (5/12/2020), memutar rekaman itu pada 2008 ketika Presiden Amerika Serikat (AS) George W. Bush berkunjung ke Israel. (Baca: China Nyalakan 'Matahari Buatan', 10 Kali Lebih Panas dari Matahari Asli )
Berdasarkan ingatan serangkaian pejabat intelijen tingkat tinggi dan Ehud Barak—yang menjabat sebagai menteri pertahanan di kabinet Olmert pada saat itu—Olmert memutar rekaman untuk Bush selama kunjungan terakhir Mei 2008 ke Israel untuk merayakan peringatan 60 tahun berdirinya negara Yahudi tersebut.
Dia dilaporkan sangat takut untuk mengungkapkan sumber rekaman sehingga dia menolak untuk memutarnya ketika ada orang lain di sekitarnya, bahkan termasuk penasihat keamanan nasional Gedung Putih, Stephen Hadley, yang menemani Bush dalam perjalanan tersebut.
Menurut laporan Yedioth Ahronoth, Fakhrizadeh terdengar memberikan rincian tentang pengembangan senjata nuklir Iran. Namun, laporan tersebut hanya mengutip frasa yang dipilih, tanpa menggunakan kata "nuklir". (Baca: Gordon Chang: China Koleksi DNA Dunia dan Alasannya Mengerikan )
Dalam rekaman tersebut, ilmuwan itu mengeluh bahwa pemerintah tidak memberinya cukup dana untuk melakukan pekerjaannya. Di satu sisi, Fakhrizadeh berkata dalam bahasa Persia, dengan mengacu pada atasannya; "Mereka menginginkan lima hulu ledak, tetapi di sisi lain, mereka tidak mengizinkan saya bekerja."
Olmert telah melengkapi rekaman tersebut sebagai bukti keseriusan program senjata nuklir Iran, meski Fakhrizadeh tidak pernah menggunakan kata "nuklir" dalam kutipan apa pun.
Bush dilaporkan cukup tersentuh oleh bocoran tersebut untuk setuju untuk berbagi informasi intelijen dengan Tel Aviv tentang kegiatan nuklir Iran, dan bahkan setuju untuk operasi bersama melawan Iran yang kemudian termasuk serangan siber Stuxnet. Namun, dia berhenti menyediakan Tel Aviv dengan senjata yang diperlukan untuk menyerang fasilitas penelitian Iran, termasuk pembelian bom "bunker buster" yang telah ditekankan Barak kepada Bush dan Hadley sebelumnya dalam pertemuan mereka.
Sekitar 27 tahun sebelumnya, pada tahun 1981, Israel membuktikan kesediaannya untuk melakukan serangan militer terhadap negara-negara yang tidak berperang untuk menghentikan program senjata nuklir mereka. Serangan udara Operasi Babylon pada 9 Juni memperlihatkan sekelompok pembom tempur F-16 Israel menyelinap ke Irak tanpa terdeteksi dan membom reaktor nuklir Osirak Irak di luar Baghdad, yang diklaim Israel digunakan untuk membuat plutonium untuk bom nuklir. Ironisnya, pesawat Iran menghantam pembangkit listrik yang sama beberapa bulan sebelumnya, tetapi gagal menonaktifkannya. (Baca juga: Viral, Calon Pengantin Lakukan Pemotretan Solo usai Kekasih Batalkan Pernikahan )
Olmert, menurut laporan yang diterbitkan pada Jumat (5/12/2020), memutar rekaman itu pada 2008 ketika Presiden Amerika Serikat (AS) George W. Bush berkunjung ke Israel. (Baca: China Nyalakan 'Matahari Buatan', 10 Kali Lebih Panas dari Matahari Asli )
Berdasarkan ingatan serangkaian pejabat intelijen tingkat tinggi dan Ehud Barak—yang menjabat sebagai menteri pertahanan di kabinet Olmert pada saat itu—Olmert memutar rekaman untuk Bush selama kunjungan terakhir Mei 2008 ke Israel untuk merayakan peringatan 60 tahun berdirinya negara Yahudi tersebut.
Dia dilaporkan sangat takut untuk mengungkapkan sumber rekaman sehingga dia menolak untuk memutarnya ketika ada orang lain di sekitarnya, bahkan termasuk penasihat keamanan nasional Gedung Putih, Stephen Hadley, yang menemani Bush dalam perjalanan tersebut.
Menurut laporan Yedioth Ahronoth, Fakhrizadeh terdengar memberikan rincian tentang pengembangan senjata nuklir Iran. Namun, laporan tersebut hanya mengutip frasa yang dipilih, tanpa menggunakan kata "nuklir". (Baca: Gordon Chang: China Koleksi DNA Dunia dan Alasannya Mengerikan )
Dalam rekaman tersebut, ilmuwan itu mengeluh bahwa pemerintah tidak memberinya cukup dana untuk melakukan pekerjaannya. Di satu sisi, Fakhrizadeh berkata dalam bahasa Persia, dengan mengacu pada atasannya; "Mereka menginginkan lima hulu ledak, tetapi di sisi lain, mereka tidak mengizinkan saya bekerja."
Olmert telah melengkapi rekaman tersebut sebagai bukti keseriusan program senjata nuklir Iran, meski Fakhrizadeh tidak pernah menggunakan kata "nuklir" dalam kutipan apa pun.
Bush dilaporkan cukup tersentuh oleh bocoran tersebut untuk setuju untuk berbagi informasi intelijen dengan Tel Aviv tentang kegiatan nuklir Iran, dan bahkan setuju untuk operasi bersama melawan Iran yang kemudian termasuk serangan siber Stuxnet. Namun, dia berhenti menyediakan Tel Aviv dengan senjata yang diperlukan untuk menyerang fasilitas penelitian Iran, termasuk pembelian bom "bunker buster" yang telah ditekankan Barak kepada Bush dan Hadley sebelumnya dalam pertemuan mereka.
Sekitar 27 tahun sebelumnya, pada tahun 1981, Israel membuktikan kesediaannya untuk melakukan serangan militer terhadap negara-negara yang tidak berperang untuk menghentikan program senjata nuklir mereka. Serangan udara Operasi Babylon pada 9 Juni memperlihatkan sekelompok pembom tempur F-16 Israel menyelinap ke Irak tanpa terdeteksi dan membom reaktor nuklir Osirak Irak di luar Baghdad, yang diklaim Israel digunakan untuk membuat plutonium untuk bom nuklir. Ironisnya, pesawat Iran menghantam pembangkit listrik yang sama beberapa bulan sebelumnya, tetapi gagal menonaktifkannya. (Baca juga: Viral, Calon Pengantin Lakukan Pemotretan Solo usai Kekasih Batalkan Pernikahan )
Lihat Juga :
tulis komentar anda