Kedubes China Sebut Australia Salah Baca Tweet Gambar Menyinggung
Selasa, 01 Desember 2020 - 20:01 WIB
CANBERRA - Kedutaan Besar (Kedubes) China di Australia mengatakan politisi di Negeri Kanguru telah "salah membaca" tweet yang menunjukkan gambar rekayasa digital berupa seorang tentara Australia yang memegang pisau berlumuran darah di tenggorokan seorang anak Afghanistan.
Perdana Menteri (PM) Australia Scott Morrison pada Senin menyebut tweet yang diposting juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China, Zhao Lijian, "benar-benar menjijikkan." Morrison menuntut permintaan maaf dari China.
Pada Selasa, tweet tersebut ditempelkan di bagian atas akun media sosial Zhao. Surat kabar China, Global Times, yang terkenal dengan pandangan nasionalis, lantas mewawancarai seniman China yang membuat gambar rekayasa digital tersebut.
"Kemarahan dan raungan beberapa politisi dan media Australia hanyalah salah membaca dan bereaksi berlebihan terhadap tweet Zhao," papar Kedubes China di Canberra dalam pernyataan pada Selasa (1/12). (Baca Juga: Takut Balasan Iran, Israel Peringatkan Diplomatnya di Penjuru Dunia)
Menteri Luar Negeri dan Perdagangan Australia telah menelepon Duta Besar (Dubes) China Cheng Jingye pada Senin untuk memprotes gambar tersebut. (Lihat Infografis: Terpeleset, Presiden Terpilih Joe Biden Alami Patah Tulang Kaki)
Cheng kemudian "menyangkal tuduhan yang tidak beralasan dan benar-benar tidak dapat diterima itu." (Lihat Video: Gubernur DKI Anies Baswedan Terkonfirmasi Positif Covid-19)
“Australia berusaha memicu nasionalisme domestik dan mengalihkan perhatian publik dari kekejaman yang mengerikan yang dilakukan tentara Australia tertentu," ujar dia.
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan sebelumnya bahwa Selandia Baru telah menyatakan keprihatinannya dengan pihak berwenang China atas penggunaan gambar tentara yang "tidak sebenarnya" itu.
Penyelidikan independen atas tuduhan kejahatan perang oleh pasukan khusus Australia di Afghanistan menemukan 39 tahanan tak bersenjata dan warga sipil tewas dibunuh, dan Australia mengatakan 19 tentara akan diusut untuk kemungkinan dakwaan pidana.
Morrison meminta maaf kepada Presiden Afghanistan Ashraf Ghani sebelum laporan investigasi itu dirilis dua pekan lalu.
Tweet itu muncul beberapa hari setelah China secara efektif memblokir industri ekspor wine senilai USD883,44 juta dengan memberlakukan tarif dumping hingga 200% untuk wine Australia.
Australia menduga ada pola sanksi perdagangan China terhadap produk-produk Australia tahun ini, terkait keluhan diplomatik Beijing atas kebijakan keamanan nasional, hak asasi manusia, dan kebijakan luar negeri Australia.
Perdana Menteri (PM) Australia Scott Morrison pada Senin menyebut tweet yang diposting juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China, Zhao Lijian, "benar-benar menjijikkan." Morrison menuntut permintaan maaf dari China.
Pada Selasa, tweet tersebut ditempelkan di bagian atas akun media sosial Zhao. Surat kabar China, Global Times, yang terkenal dengan pandangan nasionalis, lantas mewawancarai seniman China yang membuat gambar rekayasa digital tersebut.
"Kemarahan dan raungan beberapa politisi dan media Australia hanyalah salah membaca dan bereaksi berlebihan terhadap tweet Zhao," papar Kedubes China di Canberra dalam pernyataan pada Selasa (1/12). (Baca Juga: Takut Balasan Iran, Israel Peringatkan Diplomatnya di Penjuru Dunia)
Menteri Luar Negeri dan Perdagangan Australia telah menelepon Duta Besar (Dubes) China Cheng Jingye pada Senin untuk memprotes gambar tersebut. (Lihat Infografis: Terpeleset, Presiden Terpilih Joe Biden Alami Patah Tulang Kaki)
Cheng kemudian "menyangkal tuduhan yang tidak beralasan dan benar-benar tidak dapat diterima itu." (Lihat Video: Gubernur DKI Anies Baswedan Terkonfirmasi Positif Covid-19)
“Australia berusaha memicu nasionalisme domestik dan mengalihkan perhatian publik dari kekejaman yang mengerikan yang dilakukan tentara Australia tertentu," ujar dia.
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan sebelumnya bahwa Selandia Baru telah menyatakan keprihatinannya dengan pihak berwenang China atas penggunaan gambar tentara yang "tidak sebenarnya" itu.
Penyelidikan independen atas tuduhan kejahatan perang oleh pasukan khusus Australia di Afghanistan menemukan 39 tahanan tak bersenjata dan warga sipil tewas dibunuh, dan Australia mengatakan 19 tentara akan diusut untuk kemungkinan dakwaan pidana.
Morrison meminta maaf kepada Presiden Afghanistan Ashraf Ghani sebelum laporan investigasi itu dirilis dua pekan lalu.
Tweet itu muncul beberapa hari setelah China secara efektif memblokir industri ekspor wine senilai USD883,44 juta dengan memberlakukan tarif dumping hingga 200% untuk wine Australia.
Australia menduga ada pola sanksi perdagangan China terhadap produk-produk Australia tahun ini, terkait keluhan diplomatik Beijing atas kebijakan keamanan nasional, hak asasi manusia, dan kebijakan luar negeri Australia.
(sya)
tulis komentar anda