Horor, Kelompok Bersenjata Bantai 34 Orang di Dalam Bus Ethiopia
Senin, 16 November 2020 - 07:22 WIB
ADDIS ABABA - Kelompok bersenjata membantai sedikitnya 34 orang yang berada di dalam bus penumpang di Ethiopia barat. Serangan horor pada Sabtu malam ini menambah daftar serangan mematikan terhadap warga sipil di negara Afrika tersebut.
"Perkiraan jumlah korban saat ini mencapai 34 (orang), kemungkinan akan meningkat," kata Komisi Hak Asasi Manusia Ethiopia (EHRC) mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dilansir AFP, Senin (16/11/2020). Pembantaian massal di dalam bus penumpang itu terjadi di Debate, wilayah Benishangul-Gumuz. (Baca: Dua Bandara di Ethiopia Dihantam Roket, Pertempuran Memanas )
Menurut EHRC, ada laporan serangan serupa di tiga wilayah lain. "Orang-orang melarikan diri untuk mencari perlindungan," kata kelompok yang merupakan badan pemerintah yang independen tersebut.
Pemerintah Perdana Menteri Abiy Ahmed telah memberikan sedikit informasi tentang kekerasan baru-baru ini di Benishangul-Gumuz, khususnya di zona Metekel, tempat Debate berada.
Sebanyak 12 orang tewas dalam serangan di zona itu pada Oktober, sementara 15 tewas dalam serangan serupa pada akhir September.
Berbicara kepada anggota parlemen pada Oktober, Abiy mengatakan para milisi yang bertanggung jawab atas pembunuhan itu menerima pelatihan dan perlindungan di negara tetangga; Sudan, dan bantuan Khartoum diperlukan untuk menstabilkan wilayah itu. (Baca juga: Pembantaian di Ethiopia, Warga Sipil Satu Kota Dibacok hingga Tewas )
Tidak ada kaitan yang diketahui antara kekerasan di Benishangul-Gumuz dan operasi militer di wilayah utara Tigray Ethiopia, yang telah menewaskan ratusan orang dan memaksa lebih dari 20.000 orang melarikan diri dari perbatasan ke Sudan.
Politisi oposisi menggambarkan kekerasan di Benishangul-Gumuz sebagai serangan bermotif etnis. Secara khusus mereka mengatakan ada kampanye yang ditargetkan oleh milisi etnis Gumuz terhadap etnis Amhara dan Agew yang tinggal di Metekel.
"Kecepatan serangan yang tak henti-hentinya terhadap warga sipil di Benishangul-Gumuz menyerukan kewaspadaan yang lebih tinggi dan tindakan yang lebih terkoordinasi antara pasukan keamanan regional dan federal," kata kepala komisaris EHRC Daniel Bekele pada hari Minggu.
"Kami mendesak otoritas keamanan dan peradilan federal dan regional untuk bekerja sama, dan dalam konsultasi dengan komunitas lokal, untuk merancang ulang strategi keamanan regional yang dapat menghentikan serangan-serangan ini."
Lihat Juga: Penerbangan Spirit Airlines Ditembaki saat Coba Mendarat di Haiti, Pramugari Terkena Peluru
"Perkiraan jumlah korban saat ini mencapai 34 (orang), kemungkinan akan meningkat," kata Komisi Hak Asasi Manusia Ethiopia (EHRC) mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dilansir AFP, Senin (16/11/2020). Pembantaian massal di dalam bus penumpang itu terjadi di Debate, wilayah Benishangul-Gumuz. (Baca: Dua Bandara di Ethiopia Dihantam Roket, Pertempuran Memanas )
Menurut EHRC, ada laporan serangan serupa di tiga wilayah lain. "Orang-orang melarikan diri untuk mencari perlindungan," kata kelompok yang merupakan badan pemerintah yang independen tersebut.
Pemerintah Perdana Menteri Abiy Ahmed telah memberikan sedikit informasi tentang kekerasan baru-baru ini di Benishangul-Gumuz, khususnya di zona Metekel, tempat Debate berada.
Sebanyak 12 orang tewas dalam serangan di zona itu pada Oktober, sementara 15 tewas dalam serangan serupa pada akhir September.
Berbicara kepada anggota parlemen pada Oktober, Abiy mengatakan para milisi yang bertanggung jawab atas pembunuhan itu menerima pelatihan dan perlindungan di negara tetangga; Sudan, dan bantuan Khartoum diperlukan untuk menstabilkan wilayah itu. (Baca juga: Pembantaian di Ethiopia, Warga Sipil Satu Kota Dibacok hingga Tewas )
Tidak ada kaitan yang diketahui antara kekerasan di Benishangul-Gumuz dan operasi militer di wilayah utara Tigray Ethiopia, yang telah menewaskan ratusan orang dan memaksa lebih dari 20.000 orang melarikan diri dari perbatasan ke Sudan.
Politisi oposisi menggambarkan kekerasan di Benishangul-Gumuz sebagai serangan bermotif etnis. Secara khusus mereka mengatakan ada kampanye yang ditargetkan oleh milisi etnis Gumuz terhadap etnis Amhara dan Agew yang tinggal di Metekel.
"Kecepatan serangan yang tak henti-hentinya terhadap warga sipil di Benishangul-Gumuz menyerukan kewaspadaan yang lebih tinggi dan tindakan yang lebih terkoordinasi antara pasukan keamanan regional dan federal," kata kepala komisaris EHRC Daniel Bekele pada hari Minggu.
"Kami mendesak otoritas keamanan dan peradilan federal dan regional untuk bekerja sama, dan dalam konsultasi dengan komunitas lokal, untuk merancang ulang strategi keamanan regional yang dapat menghentikan serangan-serangan ini."
Lihat Juga: Penerbangan Spirit Airlines Ditembaki saat Coba Mendarat di Haiti, Pramugari Terkena Peluru
(min)
tulis komentar anda