Cover Charlie Hebdo Kartun Erdogan Cabul, Begini Reaksi Turki

Rabu, 28 Oktober 2020 - 06:42 WIB
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Foto/Murat Cetinmuhurdar/Presidential Press Office/Handout via REUTERS
ANKARA - Charlie Hebdo , majalah satire Prancis , menerbitkan edisi terbaru dengan cover atau halaman depan menampilkan kartun yang menggambarkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berperilaku cabul. Edisi Rabu (28/10/2020) telah dirilis online Selasa malam.

Pemerintah Turki dengan cepat merespons tindakan majalah tersebut. Ankara menilai majalah Charlie Hebdo melakukan "rasisme budaya". (Baca: Setelah Nabi Muhammad, Charlie Hebdo Pajang Kartun Erdogan Cabul )

"Kami mengutuk upaya paling menjijikkan dari publikasi ini untuk menyebarkan rasisme dan kebencian budayanya," kata asisten Erdogan untuk pers, Fahrettin Altun, di Twitter.

"Agenda anti-Muslim Presiden Prancis Macron membuahkan hasil! Charlie Hebdo baru saja menerbitkan serangkaian yang disebut kartun berisi gambar-gambar tercela yang konon adalah Presiden kita."

Majalah itu pernah menerbitkan kartun yang menghina Nabi Muhammad , yang memicu serangan dan pembantaian di kantor redaksinya pada 2015. (Baca: Inilah Daftar Produk Prancis yang Berpotensi Diboikot Dunia Muslim )



Kartun nabi itu pula yang dipertontonkan seorang guru kepada para murid-muridnya dalam diskusi kebebasan berekspresi di kelas sebuah sekolah di pinggiran Paris. Guru bernama Samuel Paty tersebut akhirnya dibunuh dengan cara dipenggal pada 16 Oktober lalu oleh remaja Chechnya yang mengungsi di Prancis.

Dalam edisi terbarunya, Charlie Hebdo memajang karikatur yang menunjukkan Erdogan dengan kaus dan celana dalam, minum sekaleng bir dan mengangkat rok seorang wanita yang mengenakan jilbab untuk memperlihatkan pantat telanjangnya. (Baca: Produknya Diboikot di Arab, Dubes Prancis Bilang Prancis Negara Muslim )

"Ooh, nabi!" bunyi karakter kartun tersebut dalam balon ucapan, sedangkan judulnya berbunyi; "Erdogan: secara pribadi, dia sangat lucu".

Intervensi Charlie Hebdo terjadi selama perang kata-kata yang meningkat antara Erdogan, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan para pemimpin Eropa lainnya setelah pemenggalan guru sejarah Samuel Paty.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More