China Melesat di Tengah Pandemi
Selasa, 20 Oktober 2020 - 06:01 WIB
Pemerintah China membantu proses pemulihan dari pandemi Covid-19 dengan memberikan sejumlah paket bantuan ekonomi, penurunan pajak, dan pemotongan bunga pinjaman sehingga perusahaan tidak mudah bangkrut dan masyarakat tetap bekerja.
Perdana Menteri (PM) China Li Keqiang mengatakan, China perlu berjuang lebih keras agar dapat mencapai target penuh. China pun menjadi satu-satunya negara superpower yang berhasil menghindari resesi ekonomi akibat Covid-19 tahun ini. Amerika Serikat (AS) dan Jepang pun tak mampu mengalahkan China.
Bank Dunia pun mengapresiasi kinerja ekonomi China seraya memprediksi pertumbuhan PDB negara itu bisa mencapai 1,6%, pada saat ekonomi global mengalami kontraksi sebesar 5,2%. (Baca juga: Ibu Penyitas Covid-19 Jangan Berhenti Menyusui)
China memang sukses bangkit dan lebih cepat pulih dibandingkan negara lainnya karena berhasil menanggulangi Covid-19 secara cepat dan tepat. Di balik semua itu, Pemerintah China juga menanamkan investasi dalam berbagai proyek infrastruktur untuk mendukung ekonomi dan membagikan insentif uang tunai sehingga kemampuan belanja masyarakat tetap kuat.
Akhir tahun ini PDB China terhadap dunia meningkat sebesar 1,1% atau tiga kali lebih tinggi dibandingkan 2019. Sebaliknya, PDB AS dan Eropa terhadap dunia menurun. Estimasinya, ekonomi China diperkirakan setara dengan USD14,6 triliun atau setara dengan 17,5% PDB dunia.
Ahli ekonomi dari Macquarie Group Larry Hu mengatakan, kemajuan China tidak terlepas dari besarnya pengaruh China dalam ekonomi dunia. Saat ini banyak perusahaan China yang sukses mengadu strategi di berbagai sektor dan menguasai pasar. “Karena itu, tak heran jika China mampu pulih lebih baik dibandingkan yang lain,” kata Hu.
Pertumbuhan itu juga dirangsang berbagai program ekonomi dan budaya. Pekan ini China telah merayakan liburan panjang Golden Week. Festival musiman itu menandai berdirinya Republik Rakyat China dan Moon Festival, satu di antara festival dengan arus mudik terbesar di China. Lebih dari 630 juta orang disebut mudik selama Golden Week tahun ini atau 80% dari jumlah normal. (Baca juga: DPR Minta Perjokian Kartu Prakerja Diusut Tuntas)
Tingkat belanja masyarakat juga disebut pulih sebesar 70% dibandingkan tahun lalu atau mencapai USD70 miliar. Adapun penjualan tiket bioskop melampaui USD580 juta atau 12% di belakang Golden Week tahun lalu. Golden Week telah mendorong rakyat China untuk kembali menjalani dan menikmati hidup seperti sebelum Covid-19 mewabah.
Imbas wabah Covid-19 memang tidak seburuk seperti prediksi sebelumnya. Berdasarkan laporan terbaru Organisasi Pembangunan dan Kerja Sama Ekonomi (OECD), ekonomi dunia akan menyusut tahun ini, tapi tidak sebesar prediksi beberapa bulan lalu menyusul ada perkembangan positif.
Lembaga penelitian yang berkantor pusat di Prancis itu memperkirakan ekonomi dunia akan turun sebesar 4,5% tahun ini dan juga naik sebesar 5% pada 2021. Beberapa bulan sebelumnya, OECD pernah mengeluarkan rilis serupa dan memperkirakan ekonomi global akan turun 6% dan naik 5,2% tahun depan. (Baca juga: Eropa Khawatirkan Sengketa Hasil Pemilu AS)
Perdana Menteri (PM) China Li Keqiang mengatakan, China perlu berjuang lebih keras agar dapat mencapai target penuh. China pun menjadi satu-satunya negara superpower yang berhasil menghindari resesi ekonomi akibat Covid-19 tahun ini. Amerika Serikat (AS) dan Jepang pun tak mampu mengalahkan China.
Bank Dunia pun mengapresiasi kinerja ekonomi China seraya memprediksi pertumbuhan PDB negara itu bisa mencapai 1,6%, pada saat ekonomi global mengalami kontraksi sebesar 5,2%. (Baca juga: Ibu Penyitas Covid-19 Jangan Berhenti Menyusui)
China memang sukses bangkit dan lebih cepat pulih dibandingkan negara lainnya karena berhasil menanggulangi Covid-19 secara cepat dan tepat. Di balik semua itu, Pemerintah China juga menanamkan investasi dalam berbagai proyek infrastruktur untuk mendukung ekonomi dan membagikan insentif uang tunai sehingga kemampuan belanja masyarakat tetap kuat.
Akhir tahun ini PDB China terhadap dunia meningkat sebesar 1,1% atau tiga kali lebih tinggi dibandingkan 2019. Sebaliknya, PDB AS dan Eropa terhadap dunia menurun. Estimasinya, ekonomi China diperkirakan setara dengan USD14,6 triliun atau setara dengan 17,5% PDB dunia.
Ahli ekonomi dari Macquarie Group Larry Hu mengatakan, kemajuan China tidak terlepas dari besarnya pengaruh China dalam ekonomi dunia. Saat ini banyak perusahaan China yang sukses mengadu strategi di berbagai sektor dan menguasai pasar. “Karena itu, tak heran jika China mampu pulih lebih baik dibandingkan yang lain,” kata Hu.
Pertumbuhan itu juga dirangsang berbagai program ekonomi dan budaya. Pekan ini China telah merayakan liburan panjang Golden Week. Festival musiman itu menandai berdirinya Republik Rakyat China dan Moon Festival, satu di antara festival dengan arus mudik terbesar di China. Lebih dari 630 juta orang disebut mudik selama Golden Week tahun ini atau 80% dari jumlah normal. (Baca juga: DPR Minta Perjokian Kartu Prakerja Diusut Tuntas)
Tingkat belanja masyarakat juga disebut pulih sebesar 70% dibandingkan tahun lalu atau mencapai USD70 miliar. Adapun penjualan tiket bioskop melampaui USD580 juta atau 12% di belakang Golden Week tahun lalu. Golden Week telah mendorong rakyat China untuk kembali menjalani dan menikmati hidup seperti sebelum Covid-19 mewabah.
Imbas wabah Covid-19 memang tidak seburuk seperti prediksi sebelumnya. Berdasarkan laporan terbaru Organisasi Pembangunan dan Kerja Sama Ekonomi (OECD), ekonomi dunia akan menyusut tahun ini, tapi tidak sebesar prediksi beberapa bulan lalu menyusul ada perkembangan positif.
Lembaga penelitian yang berkantor pusat di Prancis itu memperkirakan ekonomi dunia akan turun sebesar 4,5% tahun ini dan juga naik sebesar 5% pada 2021. Beberapa bulan sebelumnya, OECD pernah mengeluarkan rilis serupa dan memperkirakan ekonomi global akan turun 6% dan naik 5,2% tahun depan. (Baca juga: Eropa Khawatirkan Sengketa Hasil Pemilu AS)
tulis komentar anda