Takut Meledak Tersambar Petir, Jet Siluman F-35 Belanda Batal Kawal Bomber AS
Senin, 28 September 2020 - 10:07 WIB
“Pipa yang rusak telah ditemukan pada pesawat tempur F-35A. Ini adalah pipa dari On-Board Inert Gas Generation System (OBIGGS) di tangki bahan bakar. Semua negara dengan F-35A disarankan untuk menghindari penerbangan di dekat sel badai dan untuk melindungi pesawat di darat dengan tempat penampungan atau penangkal petir," bunyi pernyataan kementerian tersebut.
“OBIGGS memastikan bahwa risiko ledakan uap bahan bakar saat terjadi, misalnya, sambaran petir dikurangi seminimal mungkin. Pipa yang rusak bisa membuat tangki bahan bakar kurang terlindungi. Setelah pipa yang rusak ditemukan pada 4 pesawat (non-Belanda), saat inspeksi lebih lanjut dilanjutkan. Lebih banyak lagi pipa yang rusak ditemukan, termasuk di F-35A Belanda. Penyebab masalahnya masih dalam penyelidikan," imbuh kementerian itu. (Baca: Trump: Tak Masalah Jual Jet Tempur Siluman F-35 AS ke UEA )
Siaran pers itu juga menyebutkan bahwa masalah OBIGGS dan investigasi saat ini tidak akan memengaruhi pencapaian Initial Operational Capability (IOC), yang harus diumumkan oleh armada Belanda pada akhir tahun 2021.
F-35 telah diganggu dengan masalah ini selama beberapa tahun terakhir. Kekurangan pada sistem yang seharusnya memompa udara yang diperkaya nitrogen ke dalam tangki bahan bakar untuk membuatnya inert pertama kali itu ditemukan selama pengujian pada tahun 2009. Pengujian tersebut mengungkap kekurangan F-35 dan menyimpulkan bahwa jet yang perkasa dan siluman dapat meledak jika disambar petir.
Lantaran khawatir disamabr petir, pesawat F-35 Belanda harus tetap di darat di Pangkalan Udara Leeuwarden pada hari Mission Allied Sky berlangsung. Sebagai gantinya, Kementerian Pertahanan mengirim beberapa F-16 untuk mengawal beberapa bomber Amerika.
Pada hari Jumat pekan lalu, Angkatan Udara menghentikan operasi F-35 baru sebagai tindakan pencegahan selama badai petir. Di udara, pilot harus terbang dengan busur lebar di sekitar sel petir. Penyebabnya ternyata kecacatan pada saluran bahan bakar di pesawat.
Hal itu dapat menimbulkan risiko jika petir menyambar perangkat; di mana gas bahan bakar dapat menyebabkan ledakan. Kementerian Pertahanan Belanda mendengar tentang masalah itu pada bulan April lalu. Kemudian diputuskan untuk tidak mengekspos perangkat yang biayanya masing-masing 70 juta dolar tersebut terhadap petir sebagai tindakan pencegahan. "Jika tidak perlu, kami tidak akan melakukannya," kata Sidney Plankman.
Kontraktor utama AS, Lockheed Martin, sedang mencari penyebab kecacatan tersebut dan juga mencari solusinya.
“OBIGGS memastikan bahwa risiko ledakan uap bahan bakar saat terjadi, misalnya, sambaran petir dikurangi seminimal mungkin. Pipa yang rusak bisa membuat tangki bahan bakar kurang terlindungi. Setelah pipa yang rusak ditemukan pada 4 pesawat (non-Belanda), saat inspeksi lebih lanjut dilanjutkan. Lebih banyak lagi pipa yang rusak ditemukan, termasuk di F-35A Belanda. Penyebab masalahnya masih dalam penyelidikan," imbuh kementerian itu. (Baca: Trump: Tak Masalah Jual Jet Tempur Siluman F-35 AS ke UEA )
Siaran pers itu juga menyebutkan bahwa masalah OBIGGS dan investigasi saat ini tidak akan memengaruhi pencapaian Initial Operational Capability (IOC), yang harus diumumkan oleh armada Belanda pada akhir tahun 2021.
F-35 telah diganggu dengan masalah ini selama beberapa tahun terakhir. Kekurangan pada sistem yang seharusnya memompa udara yang diperkaya nitrogen ke dalam tangki bahan bakar untuk membuatnya inert pertama kali itu ditemukan selama pengujian pada tahun 2009. Pengujian tersebut mengungkap kekurangan F-35 dan menyimpulkan bahwa jet yang perkasa dan siluman dapat meledak jika disambar petir.
Lantaran khawatir disamabr petir, pesawat F-35 Belanda harus tetap di darat di Pangkalan Udara Leeuwarden pada hari Mission Allied Sky berlangsung. Sebagai gantinya, Kementerian Pertahanan mengirim beberapa F-16 untuk mengawal beberapa bomber Amerika.
Pada hari Jumat pekan lalu, Angkatan Udara menghentikan operasi F-35 baru sebagai tindakan pencegahan selama badai petir. Di udara, pilot harus terbang dengan busur lebar di sekitar sel petir. Penyebabnya ternyata kecacatan pada saluran bahan bakar di pesawat.
Hal itu dapat menimbulkan risiko jika petir menyambar perangkat; di mana gas bahan bakar dapat menyebabkan ledakan. Kementerian Pertahanan Belanda mendengar tentang masalah itu pada bulan April lalu. Kemudian diputuskan untuk tidak mengekspos perangkat yang biayanya masing-masing 70 juta dolar tersebut terhadap petir sebagai tindakan pencegahan. "Jika tidak perlu, kami tidak akan melakukannya," kata Sidney Plankman.
Kontraktor utama AS, Lockheed Martin, sedang mencari penyebab kecacatan tersebut dan juga mencari solusinya.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda